3. Secret admirer

97 9 1
                                    

Happy reading💆

"Tapi non, nanti saya dimarahi tuan Devian non."

"Vian gak bakalan marah sama pak Maman. Pak Maman jemput ayah gih, nantinya kalo pak Maman lama, malah Imel yang disalahin."

"Maaf ya non,"

"Iya," Imel pun menjauh dari mobil. Dengan langkah sempoyongan, dia duduk di pinggir jalan. Seperti gembel saja, pikirnya.

Imel pun berniat untuk memesan ojek online, tapi ponselnya berdering. Dan tertera nama Asya disana.

"Kenapa?"

"Gue otw ke tempat lo."

"Lah? Mau jemput gue?"

"Hm. Tinggal di apartemen gue,"

"Kenapa gak di rumah lo aja? Wait, pasti lo..."

"Ck! Iya, udah jangan diterusin, males banget gue. Bikin mood gue ancur aja."

"Yaudah hati hati."

Tut!

Tak berselang lama, mobil Asya sudah berada dihadapannya. "Tunggu, gue mau beli es krim." Asya pun segera menuju kedai es krim itu, diikuti Imel.

"Gue juga mau beli deh," monolog Imel. Begitulah dia, mood nya suka berubah secepat itu.

"Astaga Mel, itu gak kebanyakan lo belinya?"

"Buat stok."

"Serah lo deh," Asya pun membalikkan badannya, dan tanpa sengaja melihat kearah segerombolan laki laki yang menatap kearah mereka berdua. "Mel?"

"Hah?" Imel menoleh kearah Asya, sambil mencicipi es krim yang sudah dia bayar.

"Liat itu," Imel membalikkan badannya, dan disana berbagai tatapan sudah tertuju padanya. "Astagfirullah, cepet kabur Sya!" bisik Imel pada Asya.

Keduanya mengalihkan pandangan, dan berjalan tanpa menoleh lagi. Tapi suara menginterupsi, mampu membuat mereka mematung di tempat.

"Asya, Imel!" panggil Deran

Mereka akhirnya berbalik, lalu tersenyum canggung.

"Sini," Lagi, Deran membuat mereka merasa ingin menghilang dari tempat itu, sekarang juga.

"Ng-ngapain juga gue kesitu?" Imel menatap Deran marah. Tanpa sadar, tindakan Imel, membuat Alex tersenyum tipis. Tingkah Imel... Menggemaskan? Entahlah, mungkin pikirannya itu sudah tidak waras.

"Yaelah, sini dulu, gue mau ngomong."

Asya berdecih, namun tak urung, dia menghampiri Deran. Sedangkan Imel, gadis itu memilih diam di tempat, dan mengalihkan pandangannya.

"Mau ngomong apa?" sentak Asya

"Lo napa sinis terus sama gue?"

"Apa? Gak terima? Atau, lo mau gue gak kasih jawaban, kalo ada pr lagi?"

Deran kelabakan, sambil mengibaskan tangannya cepat. "Jangan lah, lo kalo ngancem brutal banget."

"Ck, buru, gue mau pulang." Asya bergerak gelisah. Bagaimana tidak, sedari tadi dia ditatap lekat oleh keempat cowok itu. Sesekali, Asya melirik Imel yang diam saja, membuat dia mengumpat dalam hati.

"Duduk aja dulu," Deran berucap santai.

"Sini Mel," panggil Asya. Imel menunjuk dirinya sendiri, membuat Asya mengangguk. Imel menggeleng, sambil terus memakan es krim nya.

Asya yang geram pun, menarik tangan Imel, dan akhirnya mereka berdua duduk berseberangan dengan mereka bertiga, dan duduk bersebelahan dengan Gio.

"Ngomong paan?" tanya Asya lagi, sedangkan Imel tidak berani menatap keempat cowok itu.

About Friends (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang