6. Bukan pembunuh

79 10 1
                                    

Happy reading💆

"Ganteng banget," puji Asya, pada foto Asahi. Cowok asal jepang itu mampu membuat Asya cengar-cengir sendiri.

Tiba-tiba saja ponselnya diambil oleh seseorang membuat Asya kaget. "Eh, hp gue!" pekik Asya, dan berusaha menggapai ponselnya.

Devan yang melihatnya pun terkekeh. "Lo ngapain?" tanya Devan, lalu melihat ponsel Asya. "Password?"

"Lupa!" ketusnya

"Kalo bohong, dosa."

Ucapan Devan, membuat Asya menggerutu kesal. "Lagian, mau diapain, cobak?"

Devan menggeram, dan melangkah mendekat kearah Asya, membuat langkah Asya mundur. "M-mau ngapain lo?! Jangan macem-macem, atau nggak, gue teriak!"

Bukannya berhenti, Devan malah semakin menyudutkan Asya. Entah kenapa, wajah panik Asya membuat nya senang. Tak lama setelah itu, Devan tertawa tanpa merasa berdosa sama sekali, membuat Asya kembali mengumpat.

"Lucu, muka panik lo, pengen gue gigit pipinya," ungkap Devan jujur.

"Dasar kanibal!" Setelah mengucapkan itu, lantas Asya pergi, meninggalkan Devan yang senyam-senyum.

"Napa lo?" tanya Deran

Devan tidak menjawab, dan mengusap wajahnya kasar. "Gue.... sarap kayaknya." Sepertinya, dia sudah gila, gara-gara gadis itu.

"Lah baru nyadar? Emang dari dulu lo udah sarap. Udah terbukti, yang paling waras disini cuma gue," Deran berucap bangga, dengan membusungkan dadanya songong.

"Sesama sarap harus akur," cetus Gio, dengan melewati mereka begitu saja. Tidak lupa tampang datar, yang selalu dia ditunjukkan.

"Yeuh si anying," umpat Deran

〜⁠(⁠꒪⁠꒳⁠꒪⁠)⁠〜

"Kenapa diem aja? Mau gue bantuin naik?" tawar Alex, membuat Imel menggeleng cepat.

Imel pun segera menaiki motor besar Alex, dengan bantuan tangan Alex tentunya. "Kalo kita gak belajar hari ini, gak pa-pa kan?" Suara Imel, membuat Alex terdiam.

"Gak boleh," balas Alex

"Ck, sehari aja Lex," mohon Imel

"Gue bilang, gak boleh!"

Imel menggerutu kesal. "Turunin gue,"

"Hm?"

"Turunin gue, sekarang!" Alex semakin mengencangkan laju motornya, membuat Imel sedikit kaget, dan memegang bagian belakang motor Alex. "Gila lo?! Kalo mau mati jangan ngajak-ngajak!" teriak Imel.

Alex tertawa dibalik helm full face nya. "Nikmati aja!" Dia ikut berteriak.

"Nikmati kematian maksud lo?!"

Beberapa hari melakukan pembelajaran dengan Imel, membuat cowok itu tidak canggung lagi. Bahkan, dia sekarang ingin selalu dekat dengan gadis yang sekarang berboncengan dengannya.

Alex menyalip beberapa kendaraan, membuat Imel semakin berteriak.

"Hati hati dong kalo jalan!"

"MAAF OM, GAK SENGAJA!" teriak Imel

"Gue masih seumuran lo, tai!" umpatnya, yang masih terdengar, meskipun samar-samar.

About Friends (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang