18. Deran?

27 7 0
                                    

Happy reading💆

"Lama banget lo!"

"Yeee, kalo mau cepet, beli sendiri lah!"

Aris menghempaskan tubuhnya pada kasur di kamar Erick. Sedangkan Erick, mengambil camilan di dalam kresek yang dibawa Aris. "Kok gak ada Pocky stroberi sih Ris?!"

"Diem anjeng, gue capek nih! Kalo mau, beli sendiri sana!"

Erick berdecak, lalu mau tak mau, cowok itu memilih untuk mengambil soda dan meneguk nya habis.

Aris yang teringat sesuatu pun beranjak. "Tadi gue liat Imel sama Farid."

"Terus?" balas Erick nampak tak peduli

"Terus gue kayak ngeliat mereka deket banget sama orang."

"Ya terus apa hubungannya sama kita sat?!"

"Makanya dengerin dulu babi!"

"Tadi gue ngeliat Imel sama Farid interaksi sama orang gitu, nah orangnya ini perawakannya kayak Deran, terus itu orang nepuk kepala Imel."

Seketika Erick menyemburkan air pada wajah Aris. "Buset!" Lantas, Aris langsung meraup wajahnya yang sudah basah terkena semburan maut dari Erick.

"Yang bener lo?!"

"Ying binir li," Aris menyahut menye-menye

"Tapi masa iya Deran mau nikung Alex?"

"Mana gue tau, tapi gue bilang cuma perawakan. Soalnya gue liat dia dari belakang tadi."

"Gak valid banget informasi lo!" cerca Erick.

〜⁠(⁠꒪⁠꒳⁠꒪⁠)⁠〜

"Pagi cantik, ngapain?" Cowok yang kerap dipanggil Dendy itu duduk disebelah Anya.

Sedangkan Anya tersenyum manis, dan menunjukkan foto-fotonya sewaktu kecil. "Itu aku waktu kecil. Dulu aku tembam banget."

Dendy terkekeh sejenak. "Lo nya tembam malah nambah gemoy."

"Masa sih?" Pipi Anya memerah

"Hari ini free gak? Pulang sekolah, kita ke resto yok? Gue traktir?"

Anya menunduk lalu memilin tangannya. "Eumm, hari ini banyak banget yang nawarin aku itu," gumamnya

Dendy mengerjap. "Emang ada selain gue? Siapa?"

"Alex, Devan—"

"What?!" Dendy menatap Anya tak percaya. "Beneran mereka? Yakin mereka yang ngajak lo pulang bareng?"

Anya mengangguk polos. "Aku jadi bingung harus pilih siapa."

Dendy menggaruk kepalanya. "Mending sama gue aja gak sih?"

Anya menyelipkan anak rambutnya. "Aku gak tau, aku gak enak nolak mereka."

Dendy memegang tangan Anya. "Biar gue yang ngomong sama mereka."

Anya kelabakan, lalu tersenyum tipis. "J-jangan gak usah, biar aku aja."

"Lho, katanya lo gak enak. Daripada lo nanti kepikiran soal itu, dan berakhir waktu berdua kita terganggu, mending gue aja yang ngomong."

"G-gak usah Den, aku gak mau ngerepotin. Mmm, aku pikirin dulu ya."

Dendy mengangguk. "Senyaman lo aja. Nanti kalo jadi sama gue, call aja." Dendy menepuk puncak kepala Anya dua kali.

Melihat punggung Dendy yang sudah menjauh, Anya menepuk-nepuk rambutnya, seakan rambutnya kotor. "Apaan sih tepuk-tepuk kepala aku. Nanti kalo rambut aku rusak gimana?" Cewek itu mencebikkan bibirnya.

About Friends (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang