Hari itu saya diterima sebagai supir pribadi di daerah intercon setelah pencarian sekian lama. Tak mengapa jadi seorang supir pribadi ini, yang penting kerjaan halal. Toh saya hanya lulusan smu sederajat yang tidak sebanding dengan mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Universitas. Saya harus mensyukuri bahwa saya akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan ini, dibandingkan dengan teman sepermainan lulusan Universitas yang tidak memiliki pekerjaan. Walau jauh dari kampung, saya diberikan fasilitas untuk tinggal di dalam serta makan. Kenapa tidak? Batin saya dalam hati. Toh jauh lebih baik daripada di kampung hanya bercocok tanam saja. Bercocok tanam tanpa hasil apa-apa diumur 27 ini apalah yang bisa saya banggakan? Hasil menanam sungguh tidak sepadan dengan pengeluaran kami, terlebih jika melihat hasil tanam kami dihargai sangat mahal saat dijual di hypermarket dan mall-mall dibanding saat diambil oleh pengepul.
Saat interview kerja, saya belum tahu siapa atasan yang akan saya layani. Saat itu Ibu Leila hanya mengatakan saya bertugas untuk mengantarkan atasannya dan umumnya pekerjaan supir lainnya. Hari pertama saya ditempatkan di mess karyawan bercampur dengan karyawan-karyawan lainnya. Hari keempat saya diminta untuk memindahkan semua barang saya menuju rumah atasan saya, karena atasan saya itu ternyata baru balik dari Australia 2 hari lagi.
Wow, takjub saya melihat rumahnya. Besar tapi sederhana, tidak seperti orang kaya umumnya. Disana semua tertata rapi dan berbentuk rumah kebun, sungguh sangat asri. Sehingga kondisi rumah tidak panas dan sumpek. Disana saya berkenalan dengan mbok Rini, beliau sudah bekerja pada majikan saya ini sekitar 10 tahun. Mbok Rini tidak tinggal di dalam, karena mbok rini tinggal dengan anak perempuannya di dekat rumah majikan saya ini. Jadi saya selain bekerja jadi supir - tukang jaga rumah - tukang kebun. Hahaha, tidak buruk lah.
Hari pertama, mbok Rini menjelaskan semua pekerjaan saya dan menceritakan sedikit tentang majikan saya ini. Mbok sangat menyayangi majikan saya ini, karena beliau sangat baik kepadanya. Mbok menasehati saya untuk kerja dengan baik dan tidak panjang tangan - salah satu kekurangan para pekerja di rumah orang kaya. Tapi apalah yang mau diambil dari rumah asri ini? Tidak ada. Hehehe. "Ini orangnya, den Hermawan, kamu panggilnya Pak Hermawan saja dahulu, umurnya kira-kira 32 tahun" kata mbok Rini. Terdiam saya melihat Pak Hermawan, tampan! Sungguh saya ingin segera melihat beliau. "Besok den awan akan balik, jadi kamu siap-siap yah" lanjut mbok Rini. Saya masih terpana melihat foto yang ditunjukkan oleh mbok Rini, beruntung sekali saya dapat majikan ini.
Setelah menunggu sekian lama menunggu dengan penasaran, akhirnya saya bisa bertemu beliau. "Hi, Yanto? Semoga betah yah disini" salam pak Awan kepada saya. Tampan, tegap, baik serta sopan walau saya hanya seorang supir saja. Saya sangat senang bisa bekerja untuknya. Bayangkan, tas kerja, laptop maupun buku map kantor selalu dibawa sendiri, tidak pernah meminta saya membawakannya dengan alasan. Hari-hari saya lalui bersama pak Awan, tiada yang aneh dengan beliau, setiap hari hanya rutinitas saja, selalu kerja - kerja - kerja dan kerja. Beliau jarang pergi bersama teman-temannya, setiap minggu selalu di rumah membaca buku dan Koran, bahkan sesekali menanam atau menyiangi tanaman. Beliau juga tidak bermasalah jika saya tidak memakai baju atau hanya bertelanjang dada saja, maklum kebiasaan di kampung. Tapi tanggapan pak Awan sangatlah biasa saja, dia tidak terlihat bernafsu dengan badan saya. Toh dengan fisik wajah yang laki dan bentuk badan hasil kerja keras di ladang, saya masih bangga kok, kekurangan saya hanya hitam saja hahaha. Buktinya tante Sonia tetangga pak Awan dan pembantunya suka sekali menggoda dan meminta tolong saya serta sesekali mereka memegang saya. Saya tidak melihat pak Awan memiliki hasrat seperti tante Sonia dan minah kepada saya, sungguh membuat saya penasaran. Karena pak Awan sendiri tidak merespon tingkah laku binal tante Sonia kepadanya, jadi saya tidak tahu sebenarnya pak Awan ini gay atau bukan.
Sungguh membuat saya tersiksa berada di dekat pak Awan, sesekali saya sampai mengintipnya mandi! Wow, badannya atletis bukan build seperti orang yang fitness sampai besar seperti Ade Rai. Kontolnya panjang dengan ukuran 18 cm dengan diameter 4 cm, kebetulan waktu mengintipnya dia sedang mengocok. Jantung saya serasa mau lepas saat melihat seluruh badannya, pantatnya yang semok dengan kontol yang besar... ohhh... ingin segera saya seruduk dan memperkosanya! Sangat ingin sekali. Akhirnya, saya semakin rajin mengintip pak Awan serta tidak menggunakan baju, kolor dan memakai celana pendek saat mbok Rini tidak ada, sengaja saya membuat lubang-lubang tertentu di celana saya, sehingga kadang kala kontol saya keliatan dari sela-sela lubang. Upaya saya cukup membuat beliau salah tingkah, karena tanpa sepengetahuan beliau, saya menangkap bahwa dia melirik kearah kontol saya. Kadang kala saya tidur telanjang bulat dengan kontol ngaceng berharap pak Awan datang dan memanggil saya, berhasil? Tentu saja beberapa kali dia melihat, mengamati saya yang sedang tidur telanjang dengan kontol ngaceng.
Hingga suatu saat hehehe... Saat itu sedang pemadaman bergilir, YES!
Saat itu saya sebenarnya belum tidur dan saya mendengar beliau memanggil saya. "Yanto, kamu di dalam?" panggil pak Awan sambil membuka pintu kamar saya, saya pura-pura tidur telanjang bulat. Karena kondisi rumah yang gelap, terpaksa pak Awan meraba-raba sekeliling dengan bantuan sinar temaram dari hpnya. Ternyata pak Awan sedang mandi saat mati lampu, karena pak Awan hanya memakai handuk dan kelihatan basah sekujur tubuhnya. Setelah melihat saya yang telanjang dengan kontol ngaceng, beliau menepuk-nepuk saya agar saya bangun,
"to, bangun... to" pak Awan
"kenapa pak... mmm" Yanto
"tolong buka kran manual dari toran atas, saya belum selesai mandinya" pak Awan
Cerita selengkapnya
https://karyakarsa.com/ACDC