RESIDIVIS PENJARA

762 9 1
                                    

Malam itu aku bermaksud mengajak sahabatku Dinar jalan-jalan, maka kuhampiri ia di rumahnya. Saat kuketuk pintu, ternyata yang membukakan adalah adiknya Rendy.
Mas Dinar ada di gang samping, lagi ngobrol dengan teman-teman kampung,terang Rendy. Segera aku meluncur ke pos yang ada di ujung gang. Ternyata Dinar tidak ada di situ. Namun kudapati Bang Wahyu yang setahuku, seorang residivis yang seminggu kemaren baru kena kasus narkoba di diskotik. 

“Ngeliat Dinar, Bang?,”tanyaku pada Bang Wahyu.

“Oh, dia pamit keluar ama Beben. Mungkin bentar lagi dia kembali” jawab Bang Wahyu.
“Mending kamu tunggu disini saja sambil ngobrol”. timpal Bang Wahyu lagi, melihat aku kebingungan.

“Ya udah lah. Oh ya, Bang Wahyu udah keluar nih. Gimana kasus kemaren?” tanyaku tentang kasus Wahyu yang sempat di penjara.

“Untung lah aku bisa nebus, sehingga aku ga perlu berlama-lama di dalam pejara”. tandas Wahyu.

Singkat cerita, dari cerita Bang Wahyu, sedikitnya aku menjadi tahu kondisi di dalam penjara.

"Kita kalo tidak pandai-pandai di sel penjara, bisa celakalah, kita bisa seenaknya diperlakukan, dipukuli, disuruh-suruh atau bahkan kita bisa disodomi"

"Ah! Di sodomi?", tanyaku.

Bang Wahyu menghentikan pembicaraannya dan meneguk kopi yang ada di depannya.

"Kalo kita tidak banyak berkawan di dalam sel penjara tersebut kita bisa mampus, di dalam sel penjara itu orangnya macem-macem. Ada karena kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan lainnya. Bahkan multi etnis juga, ada Jawa, Flores, Batak dan lainnya".

Ketertarikanku mengenai cerita sodomi tersebut meminta Bang Wahyu untuk menceritakannya, cerita yang berbau porno yang membangkitkan gairah seksku malam itu, nafsu haus membelai-belai laki-laki saat udara malam yang dingin.

Bang Wahyu melanjutkan ceritanya dan aku menjadi pendengar terbaiknya malam itu.
Dua bulan berada di Penjara membuat pengalaman Bang Wahyu bertambah khususnya untuk sex. Di usianya yang 27 tahun, Bang Wahyu yang terjerat kasus narkoba harus menelan pahitnya kehidupan di sel Lembaga Pemasyarakatan.

"Kang Warso, namanya yang menyodomi Abang pertama kali, Abang waktu itu baru masuk sel. Sebagai orang baru Abang awalnya disuruh memijit badannya saat malam hari. Saat penjaga sipir penjara, tertidur. Dari pijitan badan, sampai akhirnya Kang Warso minta kontolnya dipijit juga, dikocok-kocok sampai maninya muncrat dan bukan itu saja, Abang juga ditelanjangi Kang Warso dan disodomi. Abang jadi benci sama Kang Warso, tapi lama-lama Abang sadar, ternyata sudah wajar di dalam penjara, jauh dari anak istri, jauh dari keluarga, jauh dari tempat hiburan dan semuanya "cap lonceng", ceritanya.

"Karena rata-rata tidak pernah berhubungan dengan wanita, jadinya harus melampiaskan nafsu seks dengan cara apapun.Yang lebih sering yah itu, kalo tidak ngocok, sodomi atau sama teman gantian ngocok-ngocok kontol. Bagi orang baru, akan disodomi. Sedangkan kalau sudah lama, dia gantian yang akan menyodomi penghuni baru", ucap Bang Wahyu lagi.

"Kalo Abang?Apakah Abang juga pernah menyodomi?" tanyaku.

"Mau tahu yah?", tanya Bang Wahyu sambil tersenyum.

"Tidak usahlah, cerita jorok", ucap Bang Wahyu meneguk sisa kopi dari gelas plastiknya.

"Aku justru suka Bang. Aku pernah juga melakukannya, tidak begitu seringlah, makanya kalo aku mendengar cerita sodomi jadi terangsang, apalagi kalo bisa meremas-remas totong Abang sekalian sambil mendengarkan Abang. Kalo melihat postur Abang yang besar begini, pasti kontolnya juga besar yah?", ucapku sambil tersenyum.

Bang Wahyu memandangku dan tersenyum. Senyumannya yang membuat wajahnya semakin tampan, enak dilihat dengan gigi-giginya yang rapat berwarna kekuning-kuningan. Hidungnya sedikit mancung dengan rambut-rambut halus yang belum dicukur menghiasi di sekitar pipi, dagu, leher dan di atas bibirnya.

Aku berusaha memijit-mijit bahu Bang Wahyu agar dia menjadi bersemangat menceritakan saat kejadian di dalam penjara. Dan cerita selanjutnya tentang kedua kalinya Bang Wahyu disodomi teman selnya.

"Saat itu Abang bertugas membersihkan toilet sipir, ketika orang Batak tersebut datang mendekati Abang sambil tersenyum, menarik tangan Abang ke dalam kamar kecil tersebut. Abang menolak saat orang keling itu menyuruh mengisap-isap kontolnya yang panjang dan belum sunat lagi, mana jembut-jembutnya lebat, hitam dan panjang-panjang. Orang Batak itu langsung menyodomi Abang, menciumi Abang dengan bernafsu. Abang selalu menghindar saat orang Batak itu mau mencium mulut Abang dan entah berapa kali orang Batak itu mengubah posisi tubuh Abang dan menyodomi lobang pantat Abang. Untung perbuatan orang Batak tersebut ketahuan di saat orang Batak tersebut menyodomi Abang dengan posisi menggendong tubuh Abang, dua sipir sel menyeret tubuh orang Batak tersebut", ceritanya.

"Ternyata laki-laki tersebut sudah terlalu sering monyodomi laki-laki remaja. Orang Batak tersebut dipukuli babak belur sampai kelenger, baru tahu rasa dia. Abang dipindahkan ke kamar sel yang lain. Abang minta untuk dipindahkan ke kamar sel Kang Warso. Bersama Kang Warso, tentu saja Abang sedikit aman walau laki-laki tersebut suka nyodomi juga. Abang menolak saat Kang Warso mau menyodomi Abang, untungnya laki-laki tersebut mengerti, Abang hanya disuruh mengocok-ngocok kontolnya sampai dia puas. Pernah juga Kang Warso menyodomi Abang, katanya dia tidak tahan, yah Abang cuma diam saja. Sejak saat itu bukan Kang warso saja yang menyodomi Abang, Johanness, orang Flores yang satu sel dengan Abang juga melakukannya. Dia melihat Abang disodomi Kang Warso malam itu, yah, mau tak mau Abang mengikuti permainannya. Dia orang lama di sel tersebut, boleh dikatakan dia kepala kamar di sel tersebut", lanjutnya.

Saat Bang Wahyu bercerita tentang sodomi tersebut, aku menjadi bergairah dan sangat bernafsu, tanganku meraba-raba kontolnya, mengelus-elusnya. Bang Wahyu hanya diam saja saat tanganku bereaksi dan terus melanjutkan ceritanya. Pandangan Bang Wahyu turun ke bawah melihat tanganku yang asyik meraba-raba kontolnya dari balik celananya, laki-laki tersebut tersenyum.

"Kamu mau?", tanya Bang Wahyu memandangku sambil tersenyum. Aku mengangguk dan kemudian menatapnya.

"Kalo Abang mau, kontol Abang aku isap-isap", tantangku.

"Wah, kebetulan sekali, sudah seminggu ini kontol Abang belum merasakan kenikmatan", ucap Bang Wahyu dan mengajakku meninggalkan pos di ujung gang itu.

Kami berjalan ke ujung gang, mencari toilet umum. Bang Wahyu merangkulkan tangannya ke pundakku, akh.. aman rasanya dalam rangkulan laki-laki berbadan besar dan tegap ini.

"Abang sodomi nanti yah?", pintanya.
"Tenang Bang, aku akan memberikan kenikmatan yang tak terlupakan", ucapku tersenyum demikian juga Bang Wahyu.

"Ayo, Abang sudah tidak sabar lagi", ucap Bang Wahyu.
Bang Wahyu mengajakku meninggalkan tempat tersebut, tangannya merangkul pundakku kembali dan kami memasuki kamar mandi umum warga..

Kami memasuki kamar mandi uum itu dan langsung mengunci pintunya. Bang Wahyu membuka pakaiannya satu persatu, menelanjangi pakaiannya demikian juga aku. Bang Wahyu memperhatikan tubuhku yang telanjang, hingga tak sabar saat melihat tubuhku yang putih dan bersih tersebut dan membantuku membuka celana jeans yang kukenakan.

Kami sudah sama-sama dalam keadaan telanjang bulat, Bang Wahyu langsung memeluk tubuhku, mendorong badanku ke pintu dan memepetnya. Dengan sangat bernafsu Bang Wahyu menciumi bibirku, mencumbuinya, melumat habis bibirku, aku membalas cumbuannya dengan bergairah dan sangat bernafsu sekali, ada rasa geli saat bulu-bulu halus di wajah Bang Wahyu menyentuh mukaku. Tanganku yang dari tadi gatal untuk meremas-remas kontolnya, langsung kutarik. Totongnya begitu besar dan panjang, persis seperti dugaanku. Aku menarik-narik batang kontolnya, mengocok-ngocoknya pelan, Bang Wahyu semakin bernafsu mencumbuiku. Aku menarik biji totong Bang Wahyu, menggenggam bersamaan batang kontolnya dan kutarik-tarik.

"Lagi.. Lagi..", ucap Bang Wahyu di selingi dengan suara desahannya.

Cerita selengkapnya
https://karyakarsa.com/ACDC

KUMPULAN CERITA GAY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang