MAS SARDI TUKANG BANGUNAN

1.1K 14 0
                                    

Sardiyono..
Nama yang sederhana, sesederhana orang dan kisah tentangnya...

Aku tinggal di sebuah dusun kecil di lereng merbabu. Rumahku, berada tepat di pinggir sawah dengan aliran sungai kecil - lebih tepatnya parit - sebagai pembatasnya. Dari aliran air parit sawah ini, kakekku membuat blumbang (kolam penampungan air), sebagai tempat MCK kami, yang berada di samping rumah.

Blumbang ini cukup unik. Area MCK nya dibatasi oleh dinding anyaman bambu, kalau dari luar tingginya hanya sekitar satu meter, tapi kalau dari dalam, maka bisa setinggi 170 cm, karena lokasi MCK yang lebih rendah dari jalan atau pelataran. Jadi orang dewasa pun tidak akan kelihatan dari luar. tapi kalo kita mendekat ke bibir blumbang, maka akan kelihatan jelas.

Ahh... blumbang ini blumbang yang penuh kenangan..

Waktu itu, aku masih kelas 2 atau 3 Sekolah dasar, aku tidak ingat persisnya. Bapaku membangun rumah di sebelah rumah kakekku. Selama ini kami tinggal bersama kakek. Mungkin sudah tiba saat nya untuk mandiri, pikir bapakku, walaupun sebetulnya rumah kakekku itu sudah diberikan ke keluargaku. tapi bapak tetap membangun rumah sendiri.

Rumah ini tepat berada di depan blumbang, jadi blumbang itu kini diapit oleh rumahku di depannya dan rumah kakekku di sampingnya. di belakangnya adalah sawah. Lokasi tanah kami memang di paling pinggir dusun.

Rumah baruku dikerjakan oleh beberapa orang tukang, seingatku ada lima orang, namun yang paling menarik diantara tukang-tukang itu adalah mas sardiy...

ahhh... menulis namanya pun, hatiku masih merasakan kerinduan.. samapi kini... mas sardiy...

sardiyono namanya, kami memanggilnya sardiy...
dia masih saudara denganku, kakekknya adalah kakaknya kakekku.. hmmm agak membingungkan ya... tapi di jawa, hal itu adalah biasa, hubungan saudara masih terjalin hingga buyut dan canggah..

mas sardiy usianya waktu itu sekitar 20 tahunan, atau malah belum sampai. dia hanya lulus SMP. Tidak melanjutkan sekolah, Kemudian ikut pakdenya menjadi tukang bangunan. jadi yang mengerjakan rumahku bisa dibilang keluargaku semua. Kulitnya sawo matang lebih ke arah gelap. tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 165 cm dengan badan sedang saja. dan... cukup berotot.. ya karena tuntutan pekerjaan, yang membuat otot-ototnya terlatih sempurna.. Ahh.. waktu itu aku masih kecil, belum sampai memikirkan keindahan lekuk tubuhnya... sayang sekali...

rumah mereka kebetulan berjarak cukup jauh dari rumahku, sehingga mereka tinggal di rumahku, ruang tamuku jadi tempat tidur sementara mereka, sampai rumah yang dibangun hampir jadi. Setelah rumah yang dibangun memiliki atap, mereka pindah tidur di rumah baru itu.

setiap sabtu sore mereka pulang ke rumah mereka masing-masing, kemudian senin pagi mereka datang kembali untuk melanjutkan pekerjaannya. Hanya mas sardiy, yang jarang pulang, karena memang hanya dia yang belum berkeluarga. mas sardiy lebih sering melewatkan malam minggu di rumah kami..

Mandi Sore

sore itu, mas sardiy dan tukang-tukang yang lainnya sedang beristirahat setelah capek seharian bekerja. Tiba-tiba mas sardiy memanggilku
"di... reneo"
"opo mas?" jawabku sambil mendekat..
hari itu adalah minggu-minggu awal pekerjaan bangunan di mulai.

"wes adus durung" tanyanya
"durung mas"
"ilang baguse ngko nek ra adus"
"yo kosek mas, isih males" jawabku sekenanya..
"ayo adus bareng, ngko tak jak dolan"
"dolan nengdi mas?"
"lapangan, ndelok bal balan"
"yo, ayo", akhirnya aku mau juga diajak mandi bareng. Mandi bareng adalah hal biasa bagi para tukang itu. aku selalu mengamati, mereka mandi bareng di blumbang setiap selesai bekerja. hanya saja aku tidak berani mendekat, walaupun sebetulnya ada keinginan untuk melihat, tapi tidak ada keberanian. kebetulan sekali mas sardiy ngajak mandi bareng... ahhh seneng sekali rasanya...

KUMPULAN CERITA GAY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang