PROYEK JEMBATAN

704 4 0
                                    

Jembatan Way Arong di daerahku akan direnovasi dan itu berarti aku harus lewat memutar jika ingin
berangkat kerja, itu berarti mulai hari ini. Setengah bersungut-sungut aku berangkat ke kantor dan
kembali lagi ke rumah sore itu dengan perasaan dongkol. Bagaimana tidak, rumah sewaanku tepat
diseberang kali kecil yang akan dibikin jembatan itu, rasanya tanggung sekali kalau harus memutar
karena terlalu jauh belum lagi kalau malam hari pasti sepi karena tak ada orang yang akan lewat situ.
Setelah membuka pintu aku masuk ke dalam rumah, membuka baju, lalu mengurus cucianku. Saat
aku akan menjemur di belakang rumah, aku mendengar banyak suara-suara. Aku segera menuju
samping dan ternyata tepat di tanah kosong samping rumahku sudah dibangun rumah ala kadarnya
yang terbuat dari kayu. Setelah aku amati aku mulai paham, rumah itu tempat para pekerja menaruh
bahan bangunan dan mungkin sebagai tempat mereka menginap saat malam hari.
Otak homoku segera berputar dan darahku berdesir saat aku membayangkan mereka mungkin
menginap di rumah sementara itu. Masih aku melamun tiba-tiba seseorang datang dari arah
samping, "Permisi mas," ujarnya. Aku kaget karena tak siap akan kedatangan seseorang. Aku melihat
seseorang yang tingginya kurang lebih 160cm dengan badan berkulit sawo matang dan badan yang
kekar, rambutnya klimis dan tampangnya tidak terlalu tampan tapi sangat laki-laki. Ia tidak memakai
baju dan hanya mengenakan celana jeans lusuh selutut sehingga dadanya yang kekar dan terbentuk
serta perutnya yang berkotak-kotak seakan-akan melambai-lambai ke arahku. Belum lagi banyak
bulu-bulu yang tumbuh di perut bawahnya. "Oh ya. Aduh jadi kaget, biasanya nggak ada orang,"
kataku. "Iya, kenalkan saya Darno. Begini saya tadi sudah ijin sama pemilik tanah sebelah, karena
kebetulan ada proyek perbaikan jembatan jadi kami minta ijin untuk tinggal sementara selama
kurang lebih seminggu di tanah sebelah," "Oh begitu. Ya sudah tinggal aja, yang punya tanah itu juga
yang punya rumah ini," kataku. "Ya terima kasih, sekalian nih mas. Kalau nggak keberatan kita bisa
tidak mandi atau cuci baju di sumur belakang ini?" tanyanya.
HAHHHHHH.....!!!! "Apa aku nggak salah denger, MANDI...????!! di sini, disumur belakang
rumahku!??!" kataku dalam hati. Ingin rasanya aku berlari dan mencium sumur itu untuk
mengucapkan terima kasih, karena mandi disitu berarti semoga telanjang. "Oh ya nggak apa-apa
mas, silahkan aja airnya kebetulan banyak dan bersih. Daripada mandi di kali nanti kena gatal-gatal,"
kataku berpromosi. "Lagipula disini nggak ada siapa-siapa kecuali saya, jadi ya kalo mo mandi atau
nyuci nggak usah risih segala." Ia hanya tersenyum dan mengangguk, "kalau begitu saya permisi dulu
ya mas, nggak enak masih ada kerjaan." Dan aku masuk dengan hati berdegub-degub kencang
menanti yang bakalan terjadi.
Benar saja, sekitar jam 4 sore aku mendengar tali sumurku berbunyi, dan aku cepat-cepat masuk ke
kamar belakang yang aku jadikan gudang. Letak jendela kamar belakang tepat disamping sumur
sehingga apapun yang terjadi disana pasti terlihat. Seperti sore itu aku melihat ada 4 orang pekerja
yang sudah ada disana, mereka bergantian menarik tali sumur dan mandi, tapi aku sedikit kecewa
karena tak ada satupun dari mereka yang telanjang, mereka mandi hanya memakai celana pendek.
Kemudian datang 2 orang lagi. Tubuh mereka berdua sama seperti lainnya dan aku mendengar
mereka saling menyapa dengan ke 4 pekerja yang sudah ada disana terlebih dahulu dan tanpa basa-
basi mereka menurunkan celana pendek mereka hingga kontol mereka terlihat jelas. Darahku
mendidih melihat pemandangan itu, kontol 2 kuda jantan ada dihadapanku. Yang satu segera
bergabung dengan mereka tanpa ada rasa risih sedikitpun, sementara satunya mencuci celana
pendeknya. Aku melihat keempat orang itu sempat melirik ke arah mereka berdua, tapi mungkin ego mereka sesama lelaki membuat mereka akhirnya tidak perduli lagi.
Wah rasanya senang sekali, hari itu lebih dari 20 kontol dengan beragam ukuran bisa aku lihat.
Terkadang mereka saling bercanda dengan menyentil batang kontol lainnya, atau ada yang diam-
diam menarik jembut temannya yang cukup lebat. Ada yang bercanda dengan mempertontonkan
gerakan ngocok kontol, ada juga yang memang ngocok kontolnya betulan, seneng banget melihatnya.
Aku tak pernah bosan melihat mereka meski aku hanya jadi pengamat pasif saja.
Namun ada satu yang menarik perhatianku, ada seorang pekerja yang aku kenal bernama
Widatmanto, teman-temannya biasanya memanggil dia Wiwit. umurnya sekitar 23 tahun, badannya
tegap sekali dengan kulit sawo matang. Tingginya sekitar 160cm dan tidak terlihat terlalu tinggi, dan
aku tahu setiap sore dia selalu ngocok diam-diam dan sudah 2 hari ini aku melihat dia sering ngocok
kontolnya di pagi dan siang hari saat aku pulang untuk makan siang (terlalu dipaksakan karena aku
sesungguhnya ingin ngintip aktifitas sumur siang mereka).
Kalau dia datang pasti kontolnya sudah tegang, ukurannya sekitar 16cm dan gemuk batangnya
dengan kepala kontol yang besar. Dia sering menggesek-gesekkan batang kontolnya di tembok sumur
yang licin, naik turun dan kadang diputar-putar, lalu biasanya dia mengerang kalau mau ngecrot.
Sayangnya dia tidak tinggal disitu jadi aku tidak bisa banyak bicara dengannya.
Siang itu aku sudah mempersiapkan diri dan aku tahu dia pasti datang saat keadaan sepi. Dan tepat
sekali, sekitar jam 1 siang dia datang padahal aku hampir saja akan pergi karena jam istirahat
kantorku sudah habis. Tiba-tiba dia datang dan setelah tengok kanan kiri untuk memastikan tidak ada
orang dia segera mengeluarkan batang kontolnya. Pintu belakang sengaja tidak aku kunci agar saat
aku membuka tiba-tiba dia tidak sempat memasukkan kontolnya kembali ke dalam celana.
Pintu belakang aku buka dengan cepat dan aku bergerak keluar. Dia terlihat kaget dan tak siap
dengan kehadiranku, namun aku sudah mempersiapkan semuanya dan aku bersikap biasa saja. "Oh
maaf ada orang ya." ujarku. Dia tersenyum canggung dan kontolnya masih menempel di dinding
sumur. "Sampean lagi onani ya mas?" tanyaku langsung. Dia tersenyum lagi dan menjawab, "iya mas,
aku nggak tahan rasanya pengen ngocok terus." "Ya udah, terusin aja." Dia masih malu-malu dan
batang kontolnya tetap menempel tanpa bergerak. "Malu ya aku liatin, biasa aja lah mas aku aja
biasa ngocok tiap malem." ujarku. "Apa sampean mau aku bantuin? kalo mau ya masuk, nanti tak
kocokin?" kataku semakin berani. Dia terlihat ragu dan aku melihatnya. "Belum pernah dikocokin ya
mas, udah nggak usah malu-malu aku nggak bakal bilang siapa-siapa kok."
Dia akhirnya masuk ke dalam rumah. Baru saja satu kakinya masuk ke dalam rumah, aku sudah
memegang batang kontolnya dan menariknya ke dalam. Dia terlihat kaget, tapi aku bergerak cepat
dengan menggunakan kakiku aku menutup pintu dan aku segera berlutut lalu mulai mengocok
batang kontolnya yang besar dan berurat. Dia masih terlihat malu-malu dan hanya
memperhatikanku. Sementara tangan kiriku mengocok batangnya, tangan kananku bergerilya dengan
mengelus-elus kedua biji pelernya. Dia mulai mendesah-desah keenakan dan dia mulai menggerak-
gerakkan kontolnya yang masih dalam genggamanku.

Cerita selengkapnya

Karyakarsa/ACDC

KUMPULAN CERITA GAY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang