Lagu jazz asik sedang berdendang di headset ku. Sendirian dibawah pohon dekat parkiran,
memang salah satu kebiasaanku kalau disekolah. Bukannya aku nggak punya temen tapi
nanti juga banyak yang nyamperin aku. Siapa sih yang nggak mau deket-deket sama orang
secakep aku! Hahaha! Dasar sok kecakepan! Tapi emang bener kok, awalnya aku cuma
sendiri nanti juga banyak yang datengin aku disini, cewek-cewek dan cowok-cowok. Kalau
aku lagi mujur, kak Ridho juga ikut-ikutan gabung diarea ini. Dia biasanya nggak ngobrol ma
aku tapi tetep aja aku tahu kalau dia kesini cuma buat cari perhatianku saja.“Hei!! Dengerin lagu apa sih sampai asyik gitu?”.
Aku membuka mata dan ternyata orang ini adalah Juno. Juno adalah temen sebangku aku.
Dia orangnya putih, tinggi namun agak kerempeng. Dagunya agak panjang apa lagi kalau
mulutnya mangap! Tapi, aku suka dengan sikapnya yang baik dan nggak suka macem-
macem. Sumpah aku tidak terlalu mengenalnya semasa SMP padahal kami satu sekolahan
dan satu angkatan. Aku mengenal Juno baru saja setelah masuk SMA ini dan itupun karena
Juno sekelas denganku. Jujur, Juno memang anak yang pendiam dan sangat sedikit
mempunyai teman. Bukannya apa-apa ya, semenjak Juno temenan ama aku Juno sekarang
sudah mulai Pede dan mudah bergaul. Padahal jujur sewaktu SMP dia mana ada punya
temen. Ya, sudahlah. Berarti aku memberikan dampak positive bagi Juno.
“Mau tau aja! Ngapain ngagetin aku?”, tanyaku dingin. Satu yang aku suka dari Juno karena
dia ini pendiam dan tidak banyak melawan jadinya aku sering menindas dia.
“Ke kantin yuk Bay”.
Aku bangkit dari rebahanku dirumput dan duduk mengahadap Juno. “Mau traktir aku ya?”,
godaku.
“Nggak, aku mau ngajak kamu kekantin bukan berarti aku mau mentraktir kamu. Bayar
sendiri-sendiri lah…”.
“Biasa aja dong. Lagian siapa juga yang mau nemenin kamu ke kantin. Males ah! Kayak
anak kecil aja pake ditemenin segala”. Aku kembali merebahkan tubuh keatas hamparan
rumput yang seperti karpet itu.
“Hehehe.. Ya udah aku nggak jadi juga deh…”.
Ni anak manja banget sih. Kekantin aja pake minta temenin, dasar anak mami.
Lagu jazz-ku terhenti karena ada sebuah sms masuk. Aku melihat layar ponselku dan melihat
sms yang masuk. “kak Satria?”. Tumben dia sms pagi seperti ini.
Aku baca sms dari kak Satria. “Dek… Udah istirahat belum?”.
“Udah kak. Ini lagi rebahan dibawah poHon ma temen. Tumben kakak sms aku jam segini”.
“Temen? Cowok kah?”.
Wah kayaknya kak Satria jealous nih. “Temen sebangku kak,namanya Juno. Kakak lagi
apa?”, tanyaku untuk mencairkan suasana.
Dia tidak menjawab sms-ku dan tak lama kemudian malah Hp-ku berbunyi tanda panggilan
masuk. Waduh gawat nih, kalau sampai dia manggil aku sayang bisa kedengeran Juno. Kalau
aku nggak jawab dia tambah curiga lagi. Angkat? Nggak? Angkat? Nggak?“Hallo kak? Ada apa?”. Aku akhirnya mengangkat telepon kak Satria. Wajah Juno tampak
bertanya-tanya siapakah orang yang menghubungi aku tersebut.
“Lagi apa dek?”.
“Lagi rebahan dirumput kak. Tumben nih. Nggak tugas ya?”.
“Tugas kok, tapi pas piket jadi nggak ada kerjaan. Adek sama temennya?”.
“Iya kak, sama Juno. Ni dia lagi duduk disamping aku”.
“Kamu jam berapa pulangnya?”.
“jam setengah dua kak. Kakak tadi malam ada sms aku ya? Aku lupa bales soalnya udah
tidur.
Aku ngobrol beberapa menit dengan kak Satria sampai aku memutuskan untuk mengakhiri
teleponnya karena jam istirahat sudah hampir selesai.
“Siapa Bay? Pacar kamu ya? Hehehe”. Walau nada pertanyaan Juno bercanda tapi dibalik itu
tampaknya dia menyelidik.
“Waduh! Dia itu kakakku. Dia Polisi dan kebetulan lagi gak sibuk-sibuk amat. Kalau kamu
mau mabil aja”, serangku balik.
“Untuk kamu saja”.
Aku tahu aja Juno itu ‘sakit’ alias gay juga. Tapi dia sok jaim kayak aku jadi gak bakalan
ngaku deh meskipun dicongkel matanya. Untung saja kak satria nggak ngomong yang mesra-
mesra jadi Juno nggak bisa nyerang aku. Huuh! Repot..
Gemericik air sungai menghanyutkan lamunanku. Sore yang indah ditemani kail yang masih
lurus menandakan ikan belum tertarik dengan umpan yang berada diujung kailku. Kalau
sore-sore begini aku memang suka mancing. Itung-itung menenangkan diri dari kesuntukan
dirumah. Mau main kerumah temen males, karena motorku lagi dipakai ibu buat datang
arisan. Jadinya aku santai dipinggir sungai aja deh.
Kailku tampak merunduk dan diseret-seret sesuatu. Pasti itu adalah ikan. Aku sentak kailku
dan seekor ikan berukuran sedang nampak diujungnya. Hore!!! Dapet juga akhirnya
walaupun tidak besar-besar amat. Dari pada nggak dapet sama sekali.
Hubungan aku dengan bang Wando masih terus berjalan dan setiap malam selasa kami sering
bertemu. Pasti kalian udah tahu apa yang kami lakukan saat bertemu. Tak lain dan tak bukan
pasti ML. Aku sayang banget sama bang Wando. Namun hidupku semakin berwarna dengan
adanya kak Satria. Walaupun jarak kami beda kabupaten, tetapi sebenarnya tidak terlalu jauh
kalau mau ketemu.Tiga jam perjalanan menggunakan motorpun sampai tapi kami masih mencari waktu yang tepat buat bertemu. Nah, kali ini aku akan bercerita mengenai
pertemuanku dengan kak Satria.
Hari itu hari sabtu. Aku dan kak Satria sudah berencana untuk bertemu. Kak Satria katanya
mau ketempatku malam ini. Aku sungguh nggak sabar pengen peluk tubuhnya yang tinggi
besar itu. Pasti kontolnya besar juga kayak milik bang Wando. Aku udah ngebayangin ngisep
kontol kak Satria sampai pejuhnya keluar dan meleleh didalam mulutku. Pokoknya malam ini
harus sampai pagi! Titik nggak pake tanda tanya.