I
Adalah Indra. Seorang suami baik hati. Saking baiknya, segala kemauan istrinya dituruti. Mirna, istri Indra, emang terkenal garang dan ceriwis. Segala urusan Indra diaturnya. Bila Indra tak mengikuti aturannya, maka Mirna akan betah untuk ngomelin suaminya itu seharian. Daripada pusing dengerin omelan istrinya yang bak radio rusak itu, Indra akhirnya lebih memilih untuk mengalah dan mengikuti apa keinginan dan aturan Mirna. Karena itu Indra digelari oleh tetangganya satu kompleks sebagai Suami Takut Istri.
Diusia yang sebaya, awal tiga puluh tahunan, Indra dan Mirna sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama tujuh tahun. Keduanya sudah dikaruniai tiga orang anak yang masih kecil-kecil dengan usia kelahiran yang hanya selisih satu tahun. Anak mereka yang paling besar masih duduk di bangku taman kanak-kanak saat ini.
Meski sudah disibukkan dengan pekerjaan kantor, Mirna masih juga menambah kesibukan Indra dengan mengurusi anak-anak mereka. Antar jeput anak-anak ke sekolah atau jalan-jalan atau juga segala tetek bengek lainnya, adalah urusan Indra. Sementara Mirna lebih suka dengan kegiatan arisan dan aktivitas jual beli segala perhiasan mewah.
Satu kali di hari Minggu sore, Indra membawa ketiga anaknya pergi berenang ke kolam renang. Bayangkan, gimana repotnya Indra mengurusi ketiga anaknya yang mungil-mungil itu saat bermain-main di kolam anak-anak. Mirna tidak ikut. Hari itu ia ada arisan katanya. Saat Indra sedang repot membujuk anaknya yang menangis karena rebutan ban, tiba-tiba seseorang menegurnya.
“Indra kan?” kata suara teguran itu.
“Ya benar. Siapa ya?” tanya Indra sambil mengamati orang yang menegurnya, seorang laki-laki tampan berperawakan tinggi atletis. Laki-laki itu berdiri tegak di tepi kolam anak. Tubuhnya yang tinggi berotot hanya ditutupi cawat renang yang mungil. Posisi Indra yang berada dalam kolam renang membuatnya jadi lebih rendah dari laki-laki itu. Saat berdiri, wajah Indra lurus sejajar dengan selangkangan cowok itu. Tatapan Indra leluasa memandangi gundukan kontol milik cowok itu yang meski masih dalam keadaan tidur terlihat sangat besar dan diselipkan ke arah bawah didalam cawat renang mungil itu. Sejenak Indra terkesima melihat besarnya gundukan milik cowok itu, namun kemudian ditengadahkannya kepalanya menatap wajah ganteng cowok yang menegurnya itu.
“Gue, Dharma. Masak gak ingat sih,” kata laki-laki itu tersenyum pada Indra.
“Dharma?” Indra berpikir keras.
“Masih muda kok udah pikun sih Dra. Gue teman SMU elo dulu. Ingat gak, waktu kita ngintip cewek-cewek di kolam renang?” kata cowok itu mengingatkan.
“Astaga. Dharma! Elo ini. Bukannya elo katanya ke Amrik. Kok udah disini sekarang?” tanya Indra. Ingatannya akan Dharma sudah kembali rupanya.
Selanjutnya keduanya bejabat tangan dengan erat sambil tertawa-tawa girang.
“Sama siapa elo kemari?” tanya Indra.
“Sama istri gue. Tuh, dia sedang asik jemuran disitu,” kata Dharma menunjuk ke arah kolam orang dewasa. Indra mengikuti tatapannya sesuai arah yang ditunjuk Dharma.
“Astaga! Itukan cewek yang gue pelototin sejak tadi,” kata Indra dalam hati. Ia tak ingin Dharma mengetahui kalo istrinya itu sejak tadi adalah objek fantasi sexualnya.
“Henny, namanya,” kata Dharma.
II
Indra ngobrol dengan Dharma dan istrinya di tepi kolam renang. Agar tak menggangu obrolan mereka, Indra membelikan makanan kecil untuk cemilan ketiga itu.
“Udah berapa lama balik ke Jakarta Dhar?” tanya Indra. Sambil bicara, matanya sesekali melirik ke arah Henny. Mengawasi segala gerakan istri Dharma yang sexy itu. Gimana gak melirik Henny cuman pake bikini doang. Sepertinya dua suami istri muda ini tahu dengan kelebihan yang mereka miliki atas tubuh mereka. Sehingga tidak malu-malu untuk memamerkannya. Indra sendiri, meskipun tubuhnya tak kalah atletisnya dibandingkan Dharma, masih mikir-mikir untuk menggenakan cawat segitiga seminim yang dikenakan Dharma itu. Ia hanya berani menggenakan cawat segi empat menutupi selangkangannya, seperti saat ini.