Saat aktif dikegiatan pencinta alam di kampus dulu, aku punya sahabat karib bernama Rendra. Walaupun belum tentu sekali setahun berjumpa tetapi semenjak sama-sama kami berkeluarga hingga anak-anak tumbuh dewasa, jalinan persahabatan kami tetap berlanjut. Setidaknya setiap bulan kami saling bertelpon atau sms. Ada saja masalah untuk diomongkan. Suatu pagi Rendra telepon bahwa dia baru pulang dari Malang, kota kelahirannya.
Dia bilang ada oleh-oleh kecil untuk aku.
Dibilangnya, kalau aku tidak keluar rumah, Yusuf anaknya, akan mengantarkannya kerumahku. Ah, repotnya sahabatku, demikian pikirku. Aku sambut gembira atas kebaikan hatinya, aku memang jarang keluar rumah dan aku menjawab terima kasih untuk oleh-olehnya. Ah, rejeki ada saja, Rendra pasti membawakan apel Malang dan kripik tempe, makanan tradisional dari Malang kesukaanku. Aku tidak akan keluar rumah untuk menunggu si Yusuf anak Rendra, yang seingatku sudah lebih dari 10 tahun aku tidak berjumpa dengannya.
Menjelang tengah hari sebuah jeep Cherokee masuk ke halaman rumahku. Kuintip dari jendela. Dua orang anak muda tanggung turun dari jeep itu. Mungkin si Yusuf datang bersama temannya. Ah, jangkung bener Yusuf anak Rendra ini. Aku buka pintu. Dengan sebuah bingkisan si Yusuf naik ke teras rumah.“Selamat siang, Om. Ini titipan Papa untuk Om Tian. Kenalin ini Donny teman saya, Om”. Yusuf menyerahkan kiriman dari papanya dan mengenalkan temannya padaku. Aku sambut gembira mereka. Oleh-oleh apel Malang dari Rendra dan langsung aku simpan di lemari es-ku, sementara kripik tempenya ku taruh di meja. Tapi sungguh, aku terpesona saat melihat anak Rendra yang sudah demikian gede dan jangkung itu. Dengan gaya pakaian dan rambutnya yang trendy sungguh keren anak sahabatku ini. Demikian pula si Donny temannya, mereka berdua adalah pemuda-pemuda masa kini yang sangat tampan dan simpatik. Ah, anak jaman sekarang, mungkin karena pola makannya sudah maju pertumbuhan mereka jadi subur. Lalu mereka aku ajak masuk ke rumah. Kubuatkan minuman untuk mereka berdua.
Kuperhatikan mata si Donny, ternyata tatapannya agak nakal, dia lama memperhatikan dadaku dan sesekali melirik sekitar selangkanganku. Bahkan matanya mengikuti apapun yang sedang aku lakukan, saat aku jalan, saat aku ngomong, saat aku mengambil sesuatu. Ah, apakah anak laki-laki sekarang, kalau lihat pria muscle akan bertindak demikian??. Selain itu, dia juga pinter ngomong lucu dan banyak nyerempet-nyerempet ke masalah seksual. Dan si Yusuf sendiri justru senang dengan omongan dan kelakar temannya. Dia juga suka nimbrung, nambahin lucu sambil melempar senyuman manisnya.
Kami jadi banyak tertawa dan cepat saling akrab. Terus terang aku senang dengan mereka berdua. Dan tiba-tiba aku merasa berlaku aneh, apakah ini karena ketertarikanku pada dua anak remaja ini. Tapi aku harus menjaga image dan pribadiku, agar orang lain tidak tau jika aku menyukai cowok sejenisku.
Mungkin hal ini disebabkan oleh tingkah si Donny yang mengingatkanku pada peristiwa-peristiwa berkesan saat aku ML dengan cowok seumuran dia. Peristiwa-peristiwa penuh birahi yang selalu mendebarkan jantung dan hatiku. Ah, dasar homo tua yang nggak tahu diri, makian dari hatiku untukku sendiri. Tetapi gebu libidoku ini demikian cepat menyeruak ke darahku dan lebih cepat lagi ke wajahku yang langsung terasa bengap kemerahan menahan gejolak birahi mengingat masa laluku itu.
“Om, jangan ngelamun. Cicak jatuh karena ngelamun, lho” ujar Yusuf. Kami kembali terbahak mendengar kelakar Yusuf. Dan kulihat mata Donny terus menunjukkan minatnya pada bagian-bagian tubuhku yang kekar karena otot hasil nge-gym ku ini. Dan aku tidak heran kalau anak-anak muda macam Donny dan Yusuf ini pengen tubuh kekar dan berotot macam bodyku ini. Walaupun usiaku yang memasuki tahun ke 42 aku tetap fresh dan good looking. Aku memang suka merawat tubuhku sejak muda. Boleh dibilang tak ada kerutan tanda ketuaan pada bagian-bagian tubuhku. Kalau aku jalan sama Mirna, istriku, banyak yang mengira aku adiknya atau bahkan piaraannya. Kurang asem, tuh orang.
Tiba-tiba aku ada ide untuk menahan kedua anak ini. “Hai, bagaimana kalau kalian makan siang di sini. Aku ingin mencoba resep masakan yang baru, aku pikir masaknya cepat dan rasanya sedap. Sementara aku masak kamu bisa ngobrol, baca tuh majalah atau pakai tuh, komputer Om. Kamu bisa main game, internet atau apa lainnya. Tapi jangan cari yang enggak-enggak, ya..”, aku tawarkan makan siang pada mereka.
Tanpa konsultasi dengan temannya si Donny langsung iya saja. Aku tahu mata Donny ingin memandangi tubuhku lebih lama lagi. Si Yusuf ngikut saja apa kata Donny. Sementara mereka menyalakan komputer, aku ke dapur mempersiapkan masakanku. Aku sedang mengiris sayuran ketika tahu-tahu Donny sudah berada di belakangku. Dia menanyaiku, “Om dulu teman kuliah papanya Yusuf, ya. Kok kayanya jauh banget, sih?”.
“Apanya yang jauh?, aku tahu maksud pertanyaan Donny.
“Iya, Om pantesnya se-umur dengan teman-temanku”.
“Gombal, ah. Kamu kok pinter nge-gombal, sih, Don”.
“Bener. Kalau nggak percaya tanya, deh, sama Yusuf”, lanjutnya sambil melototi selangkanganku.
“Om hobbynya apa?”.
“Berenang di laut, skin dan scuba diving, makan sea food, makan sayuran, nonton Discovery di TV”.
“Ooo, pantesan”.
“Apa yang pantesan?”, sergapku.
“Pantesan body Om bagus banget”.Kurang asem Donny ini, tanpa kusadari dia menggiring aku untuk mendapatkan peluang melontarkan kata-kata “body Om bagus banget” pada tubuhku. Tetapi aku tak akan pernah menyesal akan giringan Donny ini. Dan reaksi naluriku langsung membuat darahku terasa serr.., libidoku muncul terdongkrak. Aku merasakan kalau Donny ini memiliki naluri dan orientasi seksual yang sama denganku. Penyuka terhadap cowok sejenisnya. Setapak demi setapak aku merasa ada yang bergerak maju. Donny sudah menunjukkan keberaniannya untuk mendekat ke aku dan punya jalan untuk mengungkapkan kenakalan ke-gay-annya.
Aku tidak memerlukan penantian terlampau lama. Tiba tiba seolah tanpa sengaja, tangan Donny menyentuh ke daerah selangkanganku. Aku yang kaget, cepat berfikir apakah akan ku timpali atau diam saja pura-pura tidak menyadari. Kuputuskan, aku diam saja seolah tidak merasakan. Dan ternyata Donny mengulanginya lagi dengan cukup keras dan disertai remasan. Aku pura-pura tersentak dan sejenak memandangi Donny. Ternyata Donny memberikan senyum nakalnya padaku. Antara bingung harus bersikap apa, aku Cuma tertegun. Sehingga mungkin hal ini dianggap peluang bagi Donny untuk berbuat lebih. Tangan dia langsng didaratkan di gundukan batang kontolku, dan dipegangnya dengan lembut. Aku mendesis dan menutupkan mata, agar tampak menikmati ulah Donny. Tiba-tiba bibir Donny sudah mendarat di tengkuk leherku. Agak kaget juga aku mendapatkan perlakuan seperti itu.
Karena aku tidak ingin membuang kesempatan ini, lalu akupun membalas mengelus tangan Donny. Dan sejenak, Donny semakin liar dan beralih memagut bibirku. Kini bibir kami sudah berpagutan dan kemudian saling melumat. Dan tangan-tangan kami saling berpeluk. Tanganku berusaha meraih kepalanya serta mengelusi rambutnya. Sementara tangan Donny mulai bergeser menerobos masuk ke kaosku. Dan tangan-tangan itu juga menerobos dan kemudian meremasi dadaku. Dan aku mengeluarkan desahan nikmat agar Donny semakin bersemangat. Sungguh kurasakan nikmat kerinduan birahi menggauli anak muda yang seusia anakku, 22 tahun di bawah usiaku.
“Om, aku nafsu banget lihat body Om. Aku pengin menciumi body Om. Aku pengin menjilati body Om. Aku ingin menjilati kontol Om. Aku ingin ngentot Om”. Ah, seronoknya mulutnya Donny ini. Kata-kata seronok Donny melahirkan sebuah sensasi erotik yang membuat aku menggelinjang hebat. Kutekankan selangkanganku mepet ke selangkangnnya hingga kurasakan dua jendolan panas yang mengganjal. Pasti kontol Donny sudah ngaceng banget menindih kontolku yang telah tegang pula.
Kuputar-putar pinggulku untuk merasakan tonjolannya kontol Donny lebih dalam lagi. Donny mengerang dan mendesis. Dengan tidak sabaran dia tarik dan lepaskan celana dan kaosku. Sementara kaosku masih menutupi kepalaku, ternyata bibirnya sudah mendarat ke ketiakku. Dia lumati habis-habisan ketiak kiri kemudian kanannya. Aku merasakan nikmat di sekujur urat-uratku. Donny menjadi sangat liar, maklum anak muda, dia lalu membuat gigitan dan kecupannya dari ketiak beralih ke dadaku.
Dia jilatin permukaan dada dan otot dadaku. Hingga kedua pentilnya juga diisep dengan penuh nafsu. Suara-suara erangannya terus mengiringi setiap sedotan, jilatan dan gigitannya. Sementara itu tangannya mulai merambah ke pahaku, ke selangkanganku. Aku tak mampu mengelak dan aku memang tak akan mengelak. Birahiku sendiri sekarang sudah terbakar hebat. Gelombang dahsyat nafsuku telah melanda dan menghanyutkan aku. Hal yang bisa kulakukan hanyalah mendesah dan merintih menanggung derita dan siksa nikmat birahiku.
Cerita selengkapnya
https://karyakarsa.com/ACDC