Di lokasi transmigrasi, dua rumah menjadi satu kopel. Antara satu kopel dengan kopel
lainnya, agak berjauhan. Kami mau kesekolah juga agak jauh, berkisar 2 kilometer harus
ditempuh dengan jalan kaki melintasi dua buah sungai kecil berair jernih. Di sungai yang tak
jauh dari depan rumah kami, di sanalah aku dan anak2 lelaki di kampungku selalu mandi dan
bermain di pancuran dekat sungai itu, kami mengambil air minum. Terkadang aku dan
teman-teman suka menangkapi ikan sungai yang kecil-kecil. Ikan itu kami bakar seadanya
dan kami makan saja dan rasanya enak.Tetangga di rumah sebelah (satu kopel) punya 1 anak lelaki bernama ARYO. Walau berbeda
umur, tapi karena dia tetangga terdekat, kami jadi berteman dekat.Suatu sore aku dan Aryo, kami mencari kayu api dari pohon yang sudah meranggas, untuk
kayu bakar. Setelah mencari kayu, kami istirahat sebentar di tepi sungai tak jauh dari orang
yang sedang mencuci pakaian. Di sana kami melihat sepasang monyet sedang melakukan
sengama. Aku dan Aryo melihat monyet itu sambil tertawa-tawa kecil. Sengaja suara kami
sekecil mungkin agar monyet itu tidak terganggu. Pada dahan itu, monyet jantan mengeluarkan kontolnya yang kemerahan. Dengan menggoyang-goyang pantatnya, kontol itu
ingin memasuki memek si betina.
"Wah...kontolnya monyet jantan sudah masuk ke lobang pantat si betina," Aryo berbisik.Ya.., tentu saja waktu itu kami mengira monyet itu melakukan lewat pantat karena kami
melihat monyet jantan itu memeluk si monyet betina dari belakang dan sepertinya menekan-
nekan pantatnya. Monyet betina kelihatan diam saja. Saat itu aku mulai gelisah. Aryo juga
diam seribu basa menyaksikan kejadian itu. Entah kenapa, tahu tahu seperti tanpa sadar, Aryo
memeluk bahuku. Dan aku otomatis balas memeluk dia juga.
"Kenapa ya, tititku berdiri," kataku. "Waduh, aku juga nafsu, kontolku juga ngaceng," kata
Aryo. "Nih lihat," katanya, lalu Aryo tanpa bermaksud apa2 dia mengeluarkan kontolnya dari
celah celananya.WAH... Aku terkejut!, aku memang sering melihat titit Aryo setiap kali mandi disungai, tapi
saat itu aku baru pertama kali aku melihat titit punya Aryo sedang ngaceng. Dan aku juga
terkejut karena pada saat ngaceng, alat kelamin Aryo ternyata panjang dan ukurannya jauh
lebih besar 2 kali lipat dibanding punyaku, tapi terus terang, saat itu aku belum terpengaruh
apa apa melihat alat vital Aryo, seperti melihat tangan atau kaki saja rasanya.
"Kita antarkan kayu bakar, nanti mau kita coba main begituan yok di belakang rumah dekat
pondok cebai?," kata Aryo polos, tanpa nuansa homo. Seperti tak sadar aku mengangguk
setuju. Kami mengangkat kayu api kami dan pulang ke rumah, setelah lebih dulu kami mandi
bersama di sungai kecil itu.
Setiba di rumah kami meletakkan kayu api kami. Ibu dan bapakku, baru saja pulang dari
ladang. Mereka langsung membawa adikku ke sungai untuk mandi. Aku hanya mendapat
tugas menjerang air. Setelah itu, Aryo mengajak aku ke gubuk cabai milik ayahku. Kami naik
ke atas.”Ayo kita main kawin-kawinan”. Aryo bilang dia pernah lihat bapaknya seperti netek ke tetek
ibunya. Aku membuka bajuku. Tentu saja anak lelaki tidak punya tetek, tapi sudah tumbuh
pentil. Pentilku masih kecil juga. Aku duduk di lantai dengan menjulurkan kedua kakiku.
Aryo tidur di kedua pahaku. Aku menjulurkan tetekku ke mulut Aryo. Aryo mengisap-isap
pentil dadaku yang kecil. Aku menggelinjang karena Ooh...rasanya ternyata enak sekali.
"Enak sekali, Yo. Terusin aja," kataku. Aryo mengisap-isap pentil tetekku.Aryo keheranan
melihat aku sampai mengerang2 merasakan isepannya sehingga dengan gemas dia menggigit
kecil. Terkadang terasa sakit, tapi ada nikmatnya juga.
"Sudah, sekarang kamu bapaknya, aku ibunya, kita main seperti kemarin" kataku. Dengan
cepat kubuka celanaku. Dan kubukakan celana Aryo. Aryo memasukkan kontolnya ke dalam
lobang pantatku. "Perlahan, Yo," kataku.
"Ayo kita mulai”, katanya "Tadi kamu sudah melihat kontolku. Aku mau melihat lobang
pantatmu. Bolehkan?" Aryo meminta. Tanpa perasaan ragu atau malu, aku membuka
celanaku. Aku menungging dan memperlihatkan lobang pantatku. "Lobangnya kok tertutup
gitu? Memasukkannya gimana?" Aryo bertanya sambil jari2nya berusaha menguak bibir
duburku!. .Sungguh!. Saat itu kami tidak terangsang secara seksual tapi hanya rasa penasaran dari cowok2 ABG yang masih lugu dan polos. Pikiranku dan pikiran Aryo juga tidak diisi
oleh naluri seks sejenis...., semuanya berjalan wajar tanpa basa basi, tanpa perasaan
bersalah.., tanpa aroma homo, hanya sekedar coba coba saja.
"Ayo dimasukin," kataku.
Heran!, aku yang masih lebih kecil, tapi justru aku yang ambil inisiatif: "Kamu masukinnya
pelan-pelan ya," kataku.
Entah dapat inisiatif dari mana, Aryo meludahkan air lir dan membalurkan pada kontolnya,
lalu tanpa disuruh aku membantu menggenggam kontolnya dan mengarahkan pada lubang
pantatku lalu Aryo menekankannya.Cerita selengkapnya
https://karyakarsa.com/ACDC