ABANG TENTARA

831 9 0
                                    

Gw udah nggak tahu berapa lama waktu berlalu, duduk manis sambil liat orang lalu lalang di
stasiun Kiaracondong Bandung, sementara KRD yang ke Cimahi belum datang juga.
Hari ini gw pengen berenang di Cimahi. kata orang gw aneh, padahal banyak kolam renang
di tengah kota dan gw lebih memilih ke Cimahi. Jauh kan dari Kiaracondong. Ah gw cuma
pengen jalan-jalan aja sebenernya. Ngebunuh waktu senggang.

Oh iya, nama gw Yanto, asal… bingung. Sebab tempat gw dilahirkan nggak sama dengan
tempat gw dibesarkan. Gw lebih merasa terikat dengan tempat gw dibesarkan daripada
dilahirkan. Gw baru aja lulus SMA, 18 tahun. Ya paling dua bulan lagi lah. Bodi, lumayan…
nggak kurus nggak gemuk. Ideal? Nggak juga, karena gw diatas “aturan” bodi ideal.
Jam udah hampir ke arah angka 1, padahal ini KRD harusnya datang sekitar jam 12.15an.
Telat banyak. Kenapa ya?
“Jalur 3 dari arah timur…”
aha, akhirnya datang juga.
“… akan masuk KA. Serayu, tujuan Purwakarta, Bekasi, Jatinegara, Pasar Senen dan
berakhir di Jakarta Kota…”
lho. Prek, kirain KRD.
“… dan mohon maaf untuk penumpang KRD Ekonomi, kereta anda masih berada di stasiun
Haurpugur.”
Hah! Haurpugur sampai Kiaracondong setidaknya setengah jam! Belum ke Cimahinya bisa
sejam! Payah nih. Dalam hati sebenernya udah males berenang. Sampai Cimahi jam 2, paling
berenangnya cuma sejam setengah. Nggak seru ah.
Di jalur 3 meluncurlah KA. Serayu yang dijanjikan akan masuk. Lumayan penuh. Kayaknya
nerima limpahan dari KRD juga. Gw yang duduk di peron 4 nyingkir dikit karena yang turun
dari kereta ini biasanya rada banyak. Dugaan gw gak salah, berhamburanlah itu segala
macam nenek-kakek, ayah-ibu, adik-kakak, bayi-dewasa dari kereta. Termasuk… dua tentara
dengan tas ransel segede gabannya.
Mata gw secara sengaja menatap dua tentara yang baru turun itu. Cakep banget. Umurnya
masih muda. Mungkin baru awal 20an. Dengan seragam PDL yang agak ngetat. Padahal
biasanya di umur 20an seragam PDL itu masih longgar. Sementara gw sibuk menatap
keindahan mereka, dan mereka sibuk membenahi barang barangnya yang baru diturunin dari
kereta, gw ditoel dari belakang. Gw membalik dan.
“… mas, kereta yang ke Cimahi masih belum lewat kan?”
O… Fuck…
Yang ini lebih sedap dipandang mata daripada yang dua sebelumnya. Berapa detik gw jadi
bengong sendiri. Dan untungnya gw bisa menguasai diri dan kemudian menjawab…
“belum, tapi yang ini kayaknya berhenti di Cimahi juga.”
“nggak bisa mas, saya mau nganterin temen saya dulu…”
Dia senyum yang menurut gw manis banget. Namanya tertulis Bernhard N. Dan gw
memandangi tubuhnya dari atas sampe bawah, rambutnya yang masih klimis rapi pendek a’la Calon Taruna yang baru masuk Akmil, otot lengannya yang dilatih dengan baik. Tapi gw
taksir memang dia punya bakat badan yang bagus, alias figurnya yang bagus.
“Kalo angkot ke Kodiklat naik yang mana ya mas?”
“Oh naik yang ijo bawah kuning aja. Bisa turun di bagian samping kalo nggak depan
Pussenif, eh Pussenif kan?”
“Iya.”

Dia kembali senyum pepsodent 1000 watt. Dan gw berasa semakin meleleh.
“Makasih ya mas…”
Dan kemudian dia menemui dua temennya yang ternyata emang yang gw pelototin
sebelumnya. Bernhard ini memang keluar terpisah dari pintu yang satunya. Dia nge-briefing
temennya dikit, lalu kemudian kembali menatap gw dan dadah sambil mengangguk. Gw pun
ikut ngangguk, makasih.
Alah rasanya indah banget siang-siang dapet pemandangan kayak gitu. Dan gw pun
termenung gimana ya kalo dia jadi pacar gw, gimana ya kalo… gimana ya kalo…
Halah pikiranmu kemana sih, wong belum tentu dianya juga inget sama kamu Yanto. Keluar
stasiun juga paling was wes lupa.
KA. Serayu kemudian diberangkatkan kembali. Nggak berapa lama, panggilan tiket untuk
KRD ke arah barat pun diumumkan. Gw yang sudah beli tiket tenang aja, bentar lagi kereta
dateng.
Dan kemudian bahu gw ditepuk lagi. Ya tuhan, Bernhard balik lagi dengan ransel di
punggungnya.
“Belum dateng kan?”
Dan gw kembali ablab ebleb ngejawab si tentara ini.
“Ah… eh… belum, bentar lagi.”
“Kok kayak nervous gitu sih.”
Dia ketawa kecil. Gw ikutan, padahal aslinya… ngng… gw lebih sibuk pengen milih antara
jaga mulut atau jaga selangkangan. Bukan gw mau pipis tapi gw rada gak nahan liat tentara
muda secakep dia di depan mata gw. Kalo dunia ini cuma isi kita berdua, mungkin udah gw
makan dari tadi.
“Ah enggak.”
“Jalur 3 dari arah timur…”, speaker stasiun kembali teriak-teriak mengumumkan kedatangan
KRD.
“Ah itu dia.”
“Mau kemana emang.”
“Ke Cimahi juga, mau renang.”
“Jauh banget renang dari sini ke Cimahi?”
“Soalnya renang disitu murah sih dibanding di tengah kota.”
Gw ketawa kecil. Dia juga.
“Ayo bareng aja kalo gitu, saya juga pengen liat sekalian kolam renangnya. Saya juga suka
berenang. Oh iya, saya Bernhard Nainggolan. panggil aja Ben.”

KUMPULAN CERITA GAY ONESHOOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang