Renjun bangun saat merasakan sentuhan dingin di pipinya, dan ternyata Liam pelakunya. Apa putranya terbangun dan memutuskan mendatangi kamarnya? Namun saat ingat sentuhan Liam barusan yang terasa dingin, dengan cepat Renjun bangkit dan menarik tubuh Liam ke atas pangkuanya."Ada apa Liam?" Dan Renjun langsung dibuat panik begitu merasakan tubuh Liam yang panas, tak seperti telapak tangan anak itu yang dingin.
Bocah itu menggeleng kemudian memeluk tubuh Renjun sambil merengek. "Liam tidur dengan baba."
"Liam demam, baba ambil obat sebentar ya? Dengan papa dulu tidurnya." Renjun mencoba membaringkan tubuh Liam di samping Jeno yang sekarang mulai terbangun juga.
Tangan Liam mencengkram erat baju tidur Renjun, anak itu enggan lepas dari Renjun. "Baba.." Rengeknya saat Renjun kembali berusaha membiarkan anak itu dengan Jeno.
"Kenapa?" Jeno bangun terduduk menyadari Liam ada di kamarnya.
Isakan milik Liam makin terdengar, seiring anak itu makin merasakan tubuhnya yang tak nyaman. "Baba.." Pelukannya pada Renjun makin erat.
"Jeno, biar aku ambil obat dulu. Kau bisa pegang Liam sebentar?" Renjun menatap Jeno.
Jeno mengerutkan dahinya mendengar ucapan Renjun, ia masih dalam keadaan setengah sadar jadi belum menangkap alasan putranya berada dalam pelukan Renjun. Hingga beberapa detik kemudian, ia dengan cepat turun dari kasurnya. Perasaan khawatir menyerangnya dengan cepat saat melihat wajah Liam yang memerah, apalagi saat ia menyentuh kulit anak itu yang terasa panas.
"Biar aku yang ambil obatnya." Jeno bisa melihat Liam yang tak mau lepas dari Renjun, jadi lebih baik ia yang pergi ke dapur untuk membawa kotak obat.
"Air minumnya yang hangat, Jeno." Pinta Renjun saat Jeno sudah beranjak keluar dari kamar.
"Iya." Jeno bergegas mengambil kotak obat serta air hangat untuk minum Liam.
Jeno membiarkan Renjun yang membujuk Liam untuk minum obat, sementara dirinya menempelkan plester penurun demam untuk putranya itu.
"Sekarang gantian, Liam dengan papa ya?" Jeno hendak mengambil alih tubuh Liam saat anak itu selesai minum obat. Ia tak mungkin membiarkan Renjun terus memangku tubuh Liam sendirian.
Namun bukannya menurut, Liam malah menggeleng tak mau. Ia makin mengeratkan pelukannya pada Renjun.
"Liam dengan baba!" Jerit anak itu sambil menyembunyikan wajahnya dalam pelukan Renjun.
Renjun mengusap lembut punggung Liam. "Iya, Liam dengan baba." Ia juga mengecup sayang kepala Liam saat masih terdengar rengekan kecil anak itu.
"Kau bisa kembali tidur, Jeno." Renjun menyuruh Jeno kembali berbaring, dan Jeno pun menuruti ucapan Renjun. Sebelumnya ia juga membantu Renjun berbaring dengan Liam yang masih tak mau melepas pelukannya dari Renjun.
"Dulu kau mengatasi ini sendirian. Maaf, ya?" Lirih Jeno sambil menyelimuti tubuh kedua orang yang ia cintai itu.
Jeno bisa melihat raut panik Renjun barusan, tatapan penuh kekhawatiran juga jelas bisa ia lihat dari Renjun begitu mendapati Liam terserang demam. Lalu bagaimana dulu Renjun melewati hal seperti ini sendirian?
Hari ini ia bisa membantu sedikit kesulitan Renjun, dulu Renjun pasti lebih kesulitan menghadapi rewelnya Liam saat sakit juga menekan kekhawatirannya sendirian.