Arrange the comfort Words

2.5K 220 63
                                    

Ini diawal-awal mereka tinggal serumah
Semoga kalian gak bingung pas bacanya...
___________

"Papa!" Suara bocah itu terdengar memanggil papanya di pagi hari saat melihat papanya tengah menyeduh susu coklat milik si bocah lucu dengan pipi gembil itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa!" Suara bocah itu terdengar memanggil papanya di pagi hari saat melihat papanya tengah menyeduh susu coklat milik si bocah lucu dengan pipi gembil itu.

Jeno tersenyum melihat putranya berlari menghampirinya, ia segera meraih tubuhnya untuk ia gendong kemudian ia beri kecupan hangat pada pipinya. Kebiasaan yang Jeno miliki semenjak pernikahannya dengan Renjun, adalah menyeduhkan susu coklat milik putranya dan menyambutnya dengan kecupan selamat pagi.

"Minum baba, mana?" Tanya Liam dengan mata yang memperhatikan tiga cangkir yang ada di atas meja.

Sang papa menurunkan tubuh Liam di atas kursi, kemudian menunjuk cangkir berisi susu vanilla milik Renjunnya. "Ini punya baba."

"Minum papa, mana?" Tanya anak itu lagi, kepalanya mendongak menatap sang papa yang mengusap kepalanya.

"Ini minum papa." Jeno menunjuk cangkir dengan latte miliknya.

Liam tak perlu menanyakan lagi miliknya karena terlihat jelas dari cangkirnya yang bergambar koala— satu-satunya peralatan makan yang lucu di rumah ini hanya milik Liam.

Jeno mendengar langkah Renjun mendekat, dan melihat Renjun terlihat tenang namun juga tergesa. Renjun mengecup pipi Liam, kemudian mencium rahang Jeno. Tangannya melingkar pada pinggang dominannya. "Ayo sarapan."

Ketiganya duduk dengan Renjun dan Jeno yang bersisian, sementara Liam di pangkuan sang papa.

Submisif itu hendak pergi ke butik karena Hana mengatakan ada seseorang yang menelpon dan mengatakan bahwa ada kesalahan pada baju salah satu pesanan. Padahal Renjun dan Hana merasa tak seceroboh itu.

"Kau ada perlu hari ini?" Tanya Jeno melihat gelagat Renjun yang tak sesantai biasanya.

Padahal Jeno saja masih cuti dari kantornya karena mereka hendak menikmati waktu honeymoon —yang Renjun inginkan untuk tak pergi kemanapun dan hanya menikmati kehidupan baru mereka.

"Iya..." Renjun mengangguk, kemudian menceritakan apa yang terjadi padanya. Ada nada bersalah dalam suaranya, karena ia justru akan meninggalkan pasangannya itu.

Tapi Jeno tak terlihat keberatan, ia justru bertanya perhatian. "Ingin aku antar?"

Renjun melirik Liam yang tak lepas dari pangkuan Jeno, putranya itu sibuk mencampur serealnya dengan susu. "Kau jaga Liam dulu, tak apa?"

Jeno mendengus tak percaya. "Tentu, kalaupun harus mengantarmu pun tak apa." Renjun seolah hendak menitipkan Liam pada oranglain, padahal Jeno pun harus memiliki andil menemani, menjaga Liam sama seperti Renjun.

"Tidak, cukup dengan Liam saja. Aku akan usahakan pulang cepat." Ujar Renjun.

Setelah itu ia pergi ke butik menemui Hana, mengurus beberapa hal yang memang membuatnya cukup kewalahan karena orang yang mengajukan 'protes' itu kukuh bahwa baju itu berasal darinya dan Hana. Padahal tidak ada label di baju itu yang menunjukkan kalau itu berasal dari butik mereka.

Unspoken Words ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang