"Liam ada di butik dengan Hana." Ujar Renjun begitu mengangkat panggilan dari Jeno.📞 "Lalu kau dimana? Aku sudah di depan butik."
"Aku sedang di luar membeli beberapa barang, Hana tak bisa melakukannya jadi aku yang pergi." Jawab Renjun.
📞 "Dimana? Aku jemput pulangnya."
Renjun sempat terdiam, kembali asing akan afeksinya Jeno yang sudah lama tak ia dapat. "Aku membawa mobil sendiri Jeno."
"Kau bisa bertemu Liam, masuklah ke butik ia pasti sedang bermain dengan Hana." Lanjut Renjun
📞 "Aku menunggumu di dalam tak apa?"
Dahi Renjun berkerut mendengar itu, ada keperluan apa Jeno menunggunya? "Ingin mengajak Liam pergi? Kau bisa meminta izinnya lewat telpon, Jeno. Dan, kau boleh mengajaknya pergi kalau Liamnya mau."
📞 "Aku ingin bertemu denganmu." Jawaban Jeno sebenarnya mudah ditebak, tapi Renjun mencoba tak semudah itu mengambil kesimpulan.
Renjun berkedip. "Ah, ya." Ujarnya canggung.
📞 "Sudah makan?" Tanya Jeno kemudian terdengar suara Liam menyahut.
📞 "Liam sudah."
📞 "Papa belum." Jeno membalas ucapan Liam.
📞 "Renjun? Jadi bagaiamana?"
"Apa?" Renjun balik bertanya, ia tiba-tiba lupa tadi mereka sedang membahas apa?
📞 "Aku bertanya padamu, kau sudah makan belum?" Jeno mengulang pertanyaannya.
Jeno bertanya itu untuknya? Tadi Renjun kira untuk Liam, itulah kenapa Renjun dari tadi diam tak menjawab.
"Aku akan makan siang begitu sampai butik." Akhirnya Renjun menjawabnya.
📞 "Makan siang denganku, mau?"
"Liam mau ikut lagi makan siang tidak?" Renjun tak menjawab dulu pertanyaan Jeno, ia lebih dulu menanyakan diri Liam.
📞 "Perutnya Liam kenyang." Liam menjawab tanya yang Renjun berikan.
"Temani baba." Kata Renjun.
📞 "Hmm." Hanya terdengar gumaman dari seberang sana, kemudian Jeno memberitaunya kalau Liam mengangguk mau.
"Baiklah, kita makan siang dimana Jeno?"
📞 "Nanti aku kirim alamatnya."
Setelah Renjun mematikan sambungan telpon, ia segera menyelesaikan urusannya dan menuju tempat yang sudah Jeno sebutkan barusan melalui pesan singkat.
"Baba! Tadi Liam bantu Hana." Liam langsung mengadu soal kegiatannya tadi saat Renjun tak di sampingnya.
Renjun tersenyum menghampiri Liam yang sudah duduk dengan Jeno di salah satu restoran, Renjun pun ikut duduk di kursi kosong. "Bantu apa Liam?"
"Hana ambil banyak kain dari laci, Liam bantu ambil dua." Liam menunjukkan dua jari mungilnya, Renjun terkekeh gemas dan mengusak surai putranya itu.
"Liamnya pintar." Ujar Renjun. Membuat senyum senang Liam terulas lebar, Jeno ikut tersenyum melihat itu.
"Kau sudah lama tak ke rumah mama, ia menanyakanmu dan Liam." Sambil menunggu makanan mereka, Jeno membuka percakapan antara keduanya.
Renjun menoleh. "Kalau kau mau membawa Liam kesana, tak apa."
"Lalu kau?" Jeno bertanya soal Renjun, karena barusan submisif itu hanya mengatakan soal Liam tanpa menyebut mau tidaknya Renjun mengunjungi rumahnya lagi.