Jeno rasanya lega mengetahui pemeriksaannya tadi berjalan baik, dan kakinya memang sudah sembuh. Ia tak perlu bantuan alat lagi untuk berjalan, dan terapinya juga sudah tak perlu dilakukan lagi. Hanya saja masih perlu sesekali memeriksa keadaan kakinya.Setelah kakinya sembuh, Jeno jadi bertanya-tanya sendiri setelah ini ia akan mendapat musibah macam apa lagi? Tanpa sadar Jeno jadi sudah merasa kalau ia memang akan terus mengalami semua peristiwa buruk. Yang belum ia ketahui pemicunya apa.
"Jeno, benar tak ada ngilu pada kakimu?" Tanya Nyonya Lee pada Jeno begitu melihat anaknya hendak berangkat ke kantor dengan menyetir lagi sendiri.
"Tidak, ma. Aku sudah baik-baik saja, lagi pula kalau tidak aku biasakan lagi. Aku akan sulit memulai lagi menyetir sendiri nantinya."
Dan dengan itu Nyonya Lee mengizinkan putranya untuk kembali menyetir dengan berat hati, ia masih mengkhawatirkan kondisi Jeno. Walaupun sudah satu tahu terlewat tragedi kecelakaan itu, Nyonya Lee masih merasa itu baru kemarin.
Jeno sampai di kantornya dengan selamat, Angela yang melihat kedatangan atasannya dengan mobil sendiri. Sedikit kaget, karena ia pikir masih membutuhkan waktu lama untuk atasannya itu memulihkan sedikitnya trauma setelah kecelakaan itu.
"Aku baik-baik saja, Angela. Berhenti menatapku seperti itu, lanjutkan acara menelponmu dengan Jaemin." Jeno bisa melihat Angela memang tengah menelpon seseorang tadi.
📞 "Jeno sudah masuk kantor?" Tanya Jaemin saat mendengar suara Jeno barusan.
"Dari kemarin juga sudah masuk." Jawab Angela, kemudian ia mengerjap cepat. "Ck, ucapan selamat pagiku belum dijawab."
📞 "Untuk apa sebenarnya ucapan itu? Kau sudah tau ini pagi, aku juga sangat tau itu. Tak usah diingatkan juga."
"Siapa tau kau jadi teringat mau mengajakku makan siang nanti." Ujar Angela.
📞 "Tidak sama sekali."
"Susah sekali makan siang bersama juga." Angela menggerutu begitu Jaemin menutup panggilannya lebih dulu.
Tapi siang itu, Jaemin dan Erik mengunjungi kantor Jeno untuk melihat benarkah kawannya itu sudah benar-benar pulih. Angela jelas senang karena bisa melihat wajah Jaemin siang ini, walaupun Jaemin banyak diam di ruangan Jeno tapi setidaknya Angela sempat bertemu dengannya.
"Jeno memintamu memesankan makanan untukku dan Erik, kami akan makan siang bersama disini dengan Jeno." Tiba-tiba Jaemin keluar ruangan, membuat Angela menatapnya dengan pandangan berbinar.
Mendengarnya Angela seketika itu langsung memasang wajah malas. Tadinya ia hendak mengajak Jaemin makan siang dengannya, tapi ternyata Jaemin lebih dulu akan makan siang dengan Jeno.
Jaemin sadar akan perubahan wajah Angela. "Kau bilang lapar, jadi sekalian saja kau juga memesannya untuk dirimu sendiri." Ujarnya.
"Aku tidak mengatakan lapar, aku mau mengajakmu makan siang itu untuk pergi bersama. Bukan menghilangkan laparku." Angela mendelik pada Jaemin.
"Terserah. Pesankan sekarang, Angela."
"Ck, iya iya." Angela meraih ponselnya, hendak menghubungi restoran yang biasa dipesan oleh atasnnya itu. Saat suara Jaemin kembali terdengar.
"Dua saja pesannya."
Angela masih sibuk dengan ponselnya, ia bertanya tanpa menoleh. "Kenapa?"
"Aku tak akan ikut makan siang dengan Jeno." Jawab Jaemin.
"Lalu?"
"Kau bilang mau pergi denganku."