Renjun tengah merapihkan kue-kue yang dipajang di etalase cafe saat mendengar pekikan senang Jaehee sambil memanggil mamanya. Apa ibu Jaehee berkunjung? Kalau iya, jelas Jaehee senang karena setelah nyaris satu minggu cafenya buka. Kedua orangtua Jaehee belum pernang datang, Jaehee padahal mengharapkan penilaian langsung orangtuanya tentang cafenya.
Untungnya kakak Jaehee, Jeno. Setiap hari selalu menyempatkan diri kemari untuk sekedar mencoba cookies Jaehee atau memesan pastry untuk dibawa ke kantornya. Renjun bisa merasakan bentuk kasih sayang Jeno pada Jaehee hanya lewat perhatian macam dukungan untuk adiknya itu.
"Renjun! Kemari." Jaehee mengisyaratkan Renjun agar menghampirinya dan seorang wanita paruh baya yang terlihat masih cantik itu.
Saat Renjun sampai dihadapan kedua wanita itu, bertepatan datangnya seorang pria paruh baya yang memiliki rahang tegas mirip Jeno.
"Mama, Papa, ini Renjun. Temanku yang banyak membantu aku mendirikan cafe ini. Ia benar-benar baik, ia juga yang sekarang membuat pastry-pastry disini." Jaehee bercerita dengan semangat.
Renjun sedikit membungkuk memperkenalkan dirinya pada kedua orang tua Jaehee, penilaian Renjun soal keluarga Lee rasanya tak akan jauh-jauh dari kata baik dan ramah. Karena memang, Nyonya dan Tuan Lee bukan tipe orangtua yang menatap sinis oranglain. Pantas saja Jaehee dan Jeno juga meninggalkan kesan baik sejak pertemuan pertama mereka dengan Renjun, karena memang keluarga mereka tak seangkuh golongan orang kaya biasanya.
"Apa Jaehee menggajimu dengan layak? Jangan sampai ia memberimu gaji lebih sedikit hanya karena kebetulan kau teman dekatnya." Tuan Lee berujar dengan nada bercanda.
"Papa!" Tegur Jaehee.
Renjun tersenyum geli melihat itu. "Jaehee baik padaku, bahkan rasanya ia terlalu baik hingga aku nyaris berpikir tak apa untuk tidak diberi upahpun."
"Hey, tidak boleh seperti itu." Ganti Nyonya Lee yang bersuara, sambil menatap Renjun.
Renjun tersenyum kemudian mengangguk mengerti. "Maaf, aku ke belakang sebentar." Renjun pun beralih menatap Jaehee. "Jaehee apa yang harus aku bawa untuk orangtuamu?"
Jaehee menyebutkan beberapa makanan, kemudian. "Jangan kau Renjun, biar suruh Ally saja yang membawakannya. Nanti kalau kau sudah selesai dengan urusanmu, kembali kemari."
Halis Renjun naik sebelah, tak paham maksud ucapan terakhir Jaehee.
"Jaehee memintamu bergabung dengan kami." Nyonya Lee tersenyum geli melihat raut bingung Renjun.
"Mama, benar." Jaehee mengangguk.
Renjun pun hanya bisa tersenyum setelahnya, Jaehee ini memang aneh. Renjun sengaja izin ke belakang itu untuk memberi ruang bagi keluarga itu, tapi dengan polosnya Jaehee justru meminta Renjun bergabung.
Renjun pun membantu Ally membawakan nampan makanan untuk keluarga Lee tersebut, hingga saat Renjun sampai di meja itu. Jaehee memekik protes.
"Kenapa kau yang membawanya?" Jaehee dengan cepat mengambil alih nampan yang dibawa Renjun.
"Mana mungkin aku membiarkan Ally membawanya sendirian, Jaehee." Ujar Renjun.
"Tapi kau bisa meminta yang lain membantu Ally." Ujar Jaehee sambil menyodorkan nampan kosong pada Ally dan menyuruh pegawainya itu kembali ke belakang.
"Sekalian aku kemari juga." Renjun duduk di sebelah Jaehee.
Nyonya Lee tersenyum geli melihat bagaimana putrinya begitu kesal mengetahui Renjun melakukan pekerjaan yang tak diizinkan Jaehee.
"Aku baru kali ini melihat Jaehee memiliki banyak kepedulian pada temannya, kurasa Jaehee benar-benar senang berteman denganmu." Kata Nyonya Lee setelah menyuapkan cookies manis di hadapannya.