Bagian 27

12 2 1
                                    

Perayaan pembentukan Kekaisaran sebentar lagi akan dimulai. Para rakyat di seluruh negeri menyambut meriah hal tersebut, Semua bangsawan dari berbagai wilayah Kekaisaran akan diundang ke istana.

Lea sekarang bersama teman-temannya kini berada di luar menikmati libur sehari mereka. Dengan pakaian tanpa jubah, ia banyak ditatap oleh orang-orang, walaupun sudah terbiasa dengan hal tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan ia masih merasa sedikit risih oleh tatapan mereka. Lea pergi keluar diseret oleh Beatrice berkeliling kota Tallin. Berbagai tempat mereka kunjungi mulai dari kedai makan, toko roti, toko permen, toko perhiasan, toko pakaian dan lain sebagainya.

Karena dalam beberapa hari lagi menyambut ulang tahun Kekaisaran, rakyat yang antusias sudah membuat dekorasi cantik pada rumah-rumah dan toko-toko mereka bahkan taman dan lampu-lampu jalan di percantik membuat suasana kota semakin ramai.

Berdiri di samping jembatan, Lea melihat air sungai yang mengalir membelah kota Tallin. Banyak perahu mewah berlayar di permukaan sungai tersebut.

"Hei Beatrice, apa gunanya perahu mewah itu? " Tanya Lea penasaran karena sejak datang ke ibukota ia hanya disibukkan dengan berbagai masalah oleh karena itu ia belum sempat berjalan-jalan melihat hal menarik apa yang ada di ibu kota.

"Oh, itu. Sebenarnya perahu itu digunakan oleh para bangsawan sebagai hiburan untuk menikmati bagaimana rasanya berdiri di atas sungai Aeri menikmati pemandangan kota Tallin."

" Apakah hanya bangsawan yang bisa menikmatinya? "tanya Ruka yang pada dasarnya seorang rakyat biasa.

" Tentu saja tidak, karena banyak dari kalangan biasa dan dari luar Kekaisaran ingin menaiki perahu maka dibuatlah perahu wisata yang pastinya tidak semewah perahu untuk para bangsawan."

"Itu benar, karena para bangsawan itu tidak mungkin mau berdesak-desakan dengan rakyat biasa." ucap Philippe berkomentar.

Ruka yang mendengar itu segera menyipitkan matanya menatap Philippe.
"Jadi, apakah kau juga bangsawan yang sama seperti mereka?"

"APA?.... TENTU SAJA TIDAK!"sangkal Philippe keras.

" Kalau begitu ayo kita mencoba menaikinya!" kata Ruka antusias.

Mereka kemudian menaiki sebuah perahu mewah dengan Beatrice sebagai  pembayar sewa perahu itu.

Perahu itu kemudian berlayar menyusuri kanal. Cahaya jingga senja menambah indah pemandangan bangunan kota Tallin.

Hembusan angin mengibas lembut rambut Lea dan suara burung yang berterbangan membuat Lea sangat menikmatinya jika saja tidak terganggu oleh suara heboh Ruka, Philippe dan Beatrice yang saling bersahut-sahutan.
Sementara Monia dan Kenzo yang kalem tidak memperdulikan keributan mereka tetap santai menikmati keindahan kota.

Setelah satu jam mereka kemudian kembali ke daratan dan akhirnya pulang ke menara sihir.

Di perpustakaan.

Lea membaca buku peninggalan Penyihir Agung yang ia pinjam dari Yuda.

"Apa yang sedang kau cari dari buku itu? Apakah hal yang kau cari tidak ada di buku itu?" tanya Yuda yang tiba-tiba muncul mendekatkan wajahnya menatap Lea.

Lea yang sedang fokus membaca buku itu dengan spontan mengangkat kepalanya dan seketika bertatapan langsung dengan mata emas seksi dan menggoda Yuda, wajahnya yang tampan sangat dekat membuatnya terkejut dan dengan refleks mendorong wajah Yuda dengan tangannya, Yuda yang terdorong tanpa persiapan hampir saja terjatuh.

"TERLALU DEKAT, WAJAHMU TERLALU DEKAT." teriak Lea dengan wajah memerah. Sementara Yuda masih terbengong menatap wajah memerah Lea, ia juga terkejut, mengapa? Karena sebenarnya ia hampir saja terjatuh akibat terpesona oleh wajah Lea, apalagi dengan mata peraknya yang bagikan mata air musim gugur yang sangat jernih dan indah itu.

The Story Of The Missing Hero (Hero Of The Thirteen Ancient Ruins) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang