Chapter 29

19 1 0
                                    

Setelah pembasmian iblis dan monster, para kesatria sihir dari ibu kota di undang Duke Nego untuk menghadiri perjamuan di kediamannya.
Di jamuan itu, Duke dengan sungguh-sungguh berterimakasih pada para kesatria sihir ibu kota terutama Lea yang banyak berkontribusi mengalahkan begitu banyak monster sehingga iblis dapat dikalahkan. Lea sekarang merasa bahwa dirinya adalah seorang selebriti karena banyak kesatria sihir dari Divisi lain yaitu Divisi Perak dan Ungu mengajaknya berbicara kecuali Divisi Emas yang memang anti dengan Divisi Merah.

Apalagi dengan kehebohan Komandan Kesatria sihir Divisi Merah Yuda yang selalu memamerkan kehebatannya itu kepada para kesatria sihir yang lainnya sehingga membuat Sergio Kluge Komandan Divisi Emas jengkel.

Saat sedang asik dengan kemeriahan perjamuan, tiba-tiba pintu aula terbuka dengan keras.

BRAKKK...

Seorang pria berambut ungu dengan warna mata yang senada dengan rambutnya membawa sebuah busur di punggungnya masuk ke perjamuan.

Semua perhatian kemudian teralihkan pada pria itu.

Duke Nego yang melihat pria itu segera menghampirinya.

Pria itu dengan tajam melirik Duke Nego.
"Bukankah sudah ku katakan untuk menutup akses Reruntuhan?"

" Maafkan saya Tuan. Para petualang memprotes atas penutupan itu."

"Apa kau tau apa yang terjadi jika iblis itu tidak berhasil dikalahkan?...Semua orang yang ada di wilayah ini akan mati!"

Aula itu menjadi hening karena perkataan pria itu.

Keheningan kemudian pecah oleh sebuah suara.

"Hei, Windflugel. Kau harusnya tenang sedikit. Sifat kaku dan pemarah mu itu sejak dulu tidak pernah berubah ya. Membuat orang takut saja." ucap Yuda merangkul pundak pria dengan sebutan Windflugel itu.

Wajah pria itu seketika berkerut jijik melepaskan rangkulan Yuda.
"Singkirkan tangan menjijikkan mu itu!"

"Wah, perkataan mu itu menyakiti hati teman mu ini." ucap Yuda dramatis.

"Siapa teman mu?"kesal Pria itu.

Lea heran melihat Ruka yang sekarang bersemangat, biasanya jika ekspresinya berubah seperti itu hanya berlaku bagi oang yang menurutnya kuat saja.

" Ruka, siapa pria itu? Apa kau mengenalnya?"tanya Lea.

Ruka tercengang pada pertayaan Lea itu.
"Aku sangat khawatir tentang pengetahuan mu terhadap Kekaisaran Lea. Windflugel, apa kau tidak pernah mendengar nama itu?"

"Dia Aron Windflugel. Keturunan dari Pahlawan Legenda." ucap Beatrice mengantikan Ruka menjawab pertanyaan Lea.

"Ah, jadi dia keturunan salah satu pendiri Kekaisaran? "

Ruka mengangguk.

Lea kembali melihat pria itu. Dia adalah pria tampan yang dingin ia tidak mengetahui deskripsi dari Windflugel karena ia tidak membaca novel sampai selesai. Lea cuma tau kalau pendiri Kekaisaran ada tiga mereka di sebut Pahlawan Legenda. Lomon Urel, Windflugel, dan Penyihir Agung.

"Ayolah Windflugel! Mengapa kau begitu marah? Katakan alasannya?" tanya Yuda.

Aron melototi Yuda.
"Aku  memperingati mu dan para kesatria sihir yang ada disini, jangan pernah mencoba memasuki Reruntuhan lagi!... Ia kemudian menatap para kesatria sihir dan tatapannya kemudian berhenti tepat menatap Lea.
"Kalau kalian tidak mau menghadapi hal yang serupa seperti kejadian hari ini!" ucap pria bernama Aron itu kemudian berjalan pergi.

Lea tanpa sengaja melihat panah emas itu dan teringat pada panah yang sama yang telah menyelamatkan Monia saat pertarungan iblis.
"Panah itu...mungkinkah dia yang telah menyelamatkan Monia?" Kalau itu dia aku ingin berterimakasih padanya, semoga aku bisa bertemu kembali dengannya."

The Story Of The Missing Hero (Hero Of The Thirteen Ancient Ruins) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang