O38

421 70 10
                                    


trigger warning!!! this part have a lil bit angst, cringe, harsh word & mention of death.

Baca pelan-pelan karna ini lumayan panjang.




















"Sayang, maaf ya gak bisa anter sampai bandara. Sebagai gantinya, nanti kalau udah sampai sana kamu kabarin Papa ya?"

Papa mengelus rambut gue dengan pelan, membuat gue menganggukkan kepala sembari tersenyum tipis. Mama datang dari dapur sebelum akhirnya memeluk gue dengan erat.

"Kamu dari kecil gak pernah bisa jauh dari Mama, sekarang kenapa udah mau jadi anak rantau aja..." Gue terkekeh geli melihat reaksi Mama yang menurut gue cukup berlebihan. Bahkan beliau semalam sempat menangis tidak tega kalau gue bakal pergi jauh.

Padahal anak perempuannya ini kan tahun depan udah mau 24 tahun...

Mama mengelus lengan gue sebelum akhirnya kembali memeluk dan memberikan tiga kecupan di kedua pipi dan kening.

"Minhee sama Hyunjae pasti bakal marah kalau tau kamu jadinya berangkat pagi ini,"

Gue membasahi bibir, tersenyum kecil mendengar gumaman Papa untuk gue. "Aku sempetin mampir ke sekolahnya dulu buat ketemu. Lagian kak Hyunjae juga bakal anter aku ke bandara nanti kok," jawab gue.

Mama menatap gue, "Gitu?" tanyanya merasa tak yakin. Gue mengangguk mengiyakan sembari mengelus tangan mama yang masih ada di lengan gue.

"Mama, makasih ya udah mau khawatir sama aku. Tapi serius, aku pasti baik-baik aja di sana." kata gue mencoba menenangkan Mama yang sepertinya masih gak bisa rela kalau gue pergi.

Papa yang mendengar ucapan gue juga mengangguk, ikut membantu gue berbicara pada Mama.

Hampir 30 menit Mama masih gak lepas pandangannya sama gue, sampai akhirnya beliau harus pamit karna ada kerjaan yang di urus. Dan Papa sebenarnya sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu. Berpesan kalau gue harus rajin mengabari sesampainya di sana.

Gue gagal.

Niatnya sebelum berangkat gue udah meyakinkan diri buat ngasih tau keadaan gue sekarang ke Mama dan Papa. Namun rasa-rasanya agak tidak pas timing yang gue pilih, makanya gue gak berani buat bicara mengenai itu. Kalau dibilang ingin memberitahu, jelas gue mau. Tapi gue  harus nunggu waktu yang pas. Apalagi keadaan Mama dan Papa yang lumayan masih belum bisa melepas gue. Acara gue pergi buat ke New York aja dadakan banget, bukan cuman gue yang pusing... Tapi hampir satu rumah ikut di buat pusing oleh gue.

Kadang hati kecil gue menghangat. Padahal gue bukan anak kandung, tapi kenapa ya perlakuan mereka bener-bener kayak keluarga asli? I don't deserve them, tapi gue gak bisa kalau tanpa mereka.. they're too precious fot me.

Kalau gue boleh berkata yang sejujur-jujurnya, gue pindah ke New York ini alasan utamanya buat kabur. Ya, anggaplah gue suka kabur dari masalah. Tapi mau gimana lagi? Apa bakal ada yang nerima gue nanti pada saat mereka tau keadaan gue sekarang? Alasan gue cukup logis, S2 di New York. Dan kebetulan gue memang disana buat menjalani S2. Kabur opsi pertama, tapi lanjutin kuliah gue juga termasuk dalam rencana.

Dan gue gak berniat pulang buat waktu dekat meskipun nantinya gue udah lulus S2. I need a time, apalagi harus nerima fakta yang bakal terjadi kalau gue publish semuanya tentang keadaan gue.

Oiya ngomong-ngomong, keadaan vlog gue gimana ya? Gue baru inget kalau gue YouTubers yang suka bikin konten. Kayaknya deact akun harus gue lakuin deh, gak mungkin gue selamanya bakal nge-vlog terus-terusan.. Lagian gue bukan keluarga Thunder yang famous banget itu, gue cuman YouTubers iseng-iseng :(((

RBB | Kevin MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang