O35

306 92 12
                                    

"Ingin makan sesuatu sebelum makan malam? Kamu juga tadi lewatkan makan di pesawat ya?"

Kevin membasahi bibirnya. Matanya menatap tepat ke manik milik Olivia. "Nope. Aku mau tidur, masih ada sisa jetlag tadi." balasnya kecil. Mau tak mau perempuan berambut panjang dihadapannya itu mengangguk mengiyakan.

"Okay, rest well. Jangan lupa besok," Olivia mengecup pipi Kevin sebelum kembali masuk ke dalam mobil. Melambaikan tangan begitu mobil berjalan menjauh dari posisinya.

Kevin menghela nafasnya. Ia berbalik, masuk ke dalam kediaman Anandika yang memang sedari dulu terpusat di Kanada. Ia di sambut oleh beberapa maid yang dengan spontan membungkuk menyapa. Kakinya ia langkahkan menuju dapur, membuka satu kulkas besar dan menegak satu botol penuh air mineral.

Matanya menatap lurus, memperhatikan beberapa pelayan yang sibuk berbolak-balik. Entah apa sebutannya Kevin tak mau tau. Ia menghentikan kegiatan anehnya dan berjalan menuju kamar. Di rebahkan nya tubuhnya pada kasur, sembari menatap langit-langit.

Sepertinya hobi baru Kevin adalah melamun.

Tangannya terulur untuk menggapai gawai nya, melihat-lihat status yang di posting beberapa teman.

"Lo doyan apa laper, anjir?"

Kevin tersenyum tipis, melihat wajah marah perempuan yang kini memenuhi layarnya. Yunho, ia ingat betul pada laki-laki ini. Korban dari serangan mabuk milik Stella dulu, sampai membuat Kevin pusing setengah mati memisahkan keduanya karna melihat wajah shock Yunho akibat keganasan Stella kala itu.

"Doyan! Sekarang kan kalo makan gue secara otomatis ngasih makan dua yang lainnya juga!"

Video yang berdurasi 15 detik dari instastory milik Yunho berakhir dengan teriakan milik si perempuan.

Kevin tak bisa untuk tak menatap sendu. Benar, sekarang perempuan itu memiliki kehidupan lain di tubuhnya. Memberi nutrisi pada gumpalan darah yang mengisi rahimnya. Umurnya bahkan masih 2 minggu, tega sekali kamu Kevin.

Kegiatan Kevin terinterupsi begitu pintu kamarnya di ketuk. Mau tak mau laki-laki berusia 25 tahun itu membuka pintunya. Sempat mengernyitkan dahinya begitu satu laki-laki kepercayaan keluarganya itu memberikannya satu paper bag berwarna krem.

"We don't know the sender. But there says it's for you." 

"Thanks, Mr. Climton." balas Kevin pendek.

Setelah menutup pintu, Kevin lantas membuka paper bag di tangannya. Terdapat satu surat di sana. Jika memang Olivia pengirimnya, mengapa perempuan itu tak memberikannya langsung saat mereka bertemu tadi? Repot-repot sekali dengan mengirim paket.




Hi, Kevin! I think you know who's the sender, heheh. Ya, it's me, Stella. So.. aku tahu alamat ini dari kenalanku, i think it's just TMI if i told you about her, right? Dan aku juga gak mau basa basi, sih. Aku udah denger soal pernikahanmu, congratulations! Uh... Mungkin kamu bakal kaget kenapa aku tau kamu bakal nikah. It's been a two days sejak Olivia texted me. She tell anything about your relationship between her. I'm so sorry karna secara tidak langsung jadi orang ketiga diantara kalian. Dan yah, mungkin kamu juga udah tau dengan keadaanku sekarang. Aku gak tau jawaban kamu apa karna aku nulis ini sebelum kepergian kamu ke Kanada. Mungkin sesuai sama yang aku pikirkan sih, heheh. Aku juga sebenarnya bakal ikutin semua keputusanmu, karna kamu pasti tau yang terbaik. Aku gak bisa nulis banyak-banyak karna aku gak mau biarin temenku capek nulis huhuhu

Kevin, makasih udah hadir di hidupku dalam beberapa bulan ini. Aku gak akan pernah nyesel sama semua yang pernah kita lalui. Secara teknis mungkin itu kesalahan, but i clearly said it's a beautiful mistake. Aku dan kamu, sedari dulu emang gak akan pernah bisa bersama. Seneng rasanya bisa punya perasaan ini meskipun sesaat. Aku suka semua hal yang kita lalui kemarin. Mungkin beda sama kamu, ya?

Meskipun semua yang kamu tunjukin ke aku itu palsu, aku tetep suka. Aku suka segalanya tentang kamu. Dan saking sukanya, aku bahkan gak bisa marah ataupun benci kamu. I think you has no choice too.. Aku harap kamu bahagia atas pernikahan kamu dan Olivia (udah pasti kamu bahagia sih kenapa aku sok basa basi begini ya haha). Dan makasih telah ngasih keputusan yang tepat buat aku sama little beans. Mulai saat ini aku sama kamu, dan mungkin juga sedari dulu, kita cuman sekedar mantan pacar yang baru kenal apa itu cinta-cintaan.

I love you, but i'm letting you go. Dan sudah seharusnya begitu.

a/n: aku kasih hadiah foto dua kacang yang ada di perutku hahahaha kamu bisa buang kalau gak suka. Aku cuman mau kasih, sebagai kenangan.

-Stella.

Kevin menggenggam satu foto hasil USG yang terdapat di samping surat. Setelah membaca surat itu, perasaannya campur aduk. Air matanya tak bisa berhenti mengalir. Ia pun sama sakitnya. Semua yang ia lakukan pada perempuan itu bukan hal palsu, murni atas kemauannya.

Kevin terlalu jatuh pada Stella, dan itu menyakitkan bahwa ia telah menaruh luka yang sangat besar pada perempuannya.

Mereka memiliki perasaan yang sama. Tapi semesta tak mengizinkan mereka untuk tetap bersama. Cara apapun itu, tak bisa membuat keduanya bersatu. Berpisah adalah jalan terbaik.


Hi, Daddy! :)

-little beans


Kevin semakin tak bisa mengendalikan rasa sedihnya begitu membalikkan foto USG itu. Tulisan tangan milik Stella. Hanya dua kata, tapi membuat Kevin begitu kacau. Daddy... Ia tak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi anak yang tak di inginkan oleh Ayahnya. Dan ia melakukannya. Ia tak menginginkan mereka.

Tuhan, Kevin memang tak bisa mendapatkan ampunan atas apa yang ia lakukan. Ia sama saja seperti penjahat di luar sana, ia membunuh bayinya sendiri.

Kevin seorang pembunuh.

Pathetic.

"All i want to say is goodbye." lirih Kevin, membaca satu notes berwarna biru muda.

Stella memberinya satu parfum. Dan entah untuk kesekian kalinya, Kevin menangis. Mungkin kali ini lebih parah dari sebelumnya. Karna laki-laki itu tak percaya dengan apa yang perempuan itu berikan. Sebuah parfum? Demi Tuhan...

Kevin tau dengan jelas apa artinya.

Memberikan hadiah berupa parfum adalah hal yang buruk, totally... Bad luck. Memberi parfum pada orang terkasih, sama halnya dengan "kita selesai"

Parfum diibaratkan sebagai perasaan yang akan menguap hingga akhirnya menghilang.

Karna itu Kevin menangis. Ia tak ingin kisah keduanya selesai. Tapi ia juga tak punya pilihan lain. Mungkin ia bisa meminta orang untuk berada di pihaknya, tapi semesta selalu tak mendukung aksinya.

Ini karma atau memang sudah takdirnya?












.
.

HAIIII IT'S A FKIN' LONGGGGGGGGG DAY I'VE NEVER SEE MY READERS AHAHHAHAHAHAHHAHA gais ramein sini😭😭

Maaf ya, aku hectic di rl. Mana bentar lagi UTBK SATWTTSGSGSGSHSG AKU PUSINGGGGG lupa bgt punya banyak hutang ke kalian😭😓

Yang bacanya sambil nangis, elap dulu ih malu-maluin masa nangis... :((

Heheh ini udh tamat ya.. 🥰

RBB | Kevin MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang