warn: typos :(
Gue terus-terusan menatap foto USG yang berada di tangan gue. Kata 'wah' tak ada hentinya terlontar dari mulut gue. Apalagi setelah Dokter Kandungan tadi mengobrol kecil kalau mereka berusia sekitar 2 minggu dan sehat.
Hjsksksksk happy to heard that.
Sempat ragu awalnya, gue pikir testpack itu bener-bener gak akurat sampai akhirnya pagi-pagi Bomin udah nangkring di ruang tamu gue dan bilang kalau dia udah jadwalin gue buat periksa sama salah satu Dokter Kandungan di rumah sakit yang agak pinggir dari Ibu kota. He know me as well, haha.
"Makasih, Bomin."
Bomin mendengus lalu menoyor pelan jidat gue "heh, kita tuh gak setahun-dua tahun kenal ya. Biasanya juga lo selalu repotin gue, kayak sama siapa aja sih lo." Ujarnya saat gue berujar tadi.
Abisnya gue gak tau harus bilang gimana lagi. Bahkan kata 'makasih' aja gak cukup bagi gue. Bomin selalu ada buat gue, gak ngerti lagi kenapa cowok itu mau-mau aja gue jadiin babu.
Kita berdua hafal satu sama lain, mungkin itu yang menjadikan kita lebih deket. Bahkan gue yang lebih dulu kenal dan nyaman sama kak Byounggon aja lebih sering curhat atau marah-marah ya ke Bomin.
"Lo gak ada ngidam, La?"
Gue menggeleng, tersenyum kecil mendengar pertanyaan cowok itu. Gak tau deh, gue gak ada gejala kayak morning sickness atau ngidam-ngidam begitu. Mungkin ngidam ada, tapi lebih ke selera makan gue yang ganti.
Akhir-akhir ini gue juga baru ngeh kalau gue itu jadi punya selera yang sama kayak Kevin. Pagi-pagi harus makan sandwich plus susu coklat, es krim harus rasa choco mint dan yang paling parah gue sampe obses banget buat makan olahan seafood.
"Bom, masih lama ya?"
Bomin menggeleng kecil, tanda tak tahu. Gue hanya menghela nafas dan sebagai gantinya menyenderkan kepala di bahunya sedangkan cowok itu memilih membaca buku panduan khusus Ibu hamil yang tadi sempat di kasih sama Dokternya.
"Mrs. Anandika!"
Gue terlonjak kaget begitu mendengar suara dari meja resepsionis yang cukup keras. Mrs. Anandika?????
Gue mendelik horror "gue daftar pake nama gue, makanya lu dipanggil begitu." Ringis Bomin yang membuat gue menabok kecil tangannya.
"Lo disini aja, gue yang ambil." Kata Bomi menahan gue yang hendak bangun dari duduk guna mengambil beberapa vitamin dan suplemen yang di resepkan oleh Dokter. Mau gak mau gue cuman ngangguk kecil dan membiarkan cowok itu yang mengambil alih sedangkan gue berganti membaca buku panduan yang Bomin tinggalkan.
"Beruntung banget Teh punya suami yang sigap begitu,"
Gue menoleh begitu merasa ucapan tadi di lontarkan untuk gue. Dengan bingung, gue hanya tersenyum senagai balasan membuat si Ibu yang tadi ikut tersenyum sembari mengelus perutnya yang membesar, disampingnya ada anak laki-laki yang sepertinya berumur sekitar 5 tahun tengah memakan lollipop dan sesekali berceloteh kecil.
"Suami saya boro-boro begitu, haduh. Gara-gara trauma sama Rumah Sakit, makanya cuman bisa nunggu di parkiran doang."
Gue terkekwh kecil mendengar rutukan si Ibu tadi mengenai suaminya. Gila, si suaminya persis Hyunjin kalo di ajak ke rumah sakit wkwkwk
"Berapa bulan Teh?"
Gue tersenyum simpul, lalu memgelus perut gue "baru 2 minggu, Bu. Ini juga kaget baru kemarin tau karna temen saya yang suruh cek." Kata gue sembari meringis kecil.

KAMU SEDANG MEMBACA
RBB | Kevin Moon
Fanfiction[alternate Universe] ❝I know that I need someone to look after me and all I do. But no one else makes me smile the way you do. You're a bad boy and you're bad for me❞ Sequel of Bad boy Kevin Moon ©jungsereal 2019 cover by @aquilaeee