Angelo hanya tersenyum melihat sikap manja Fahri yang memang tidak pernah berubah sejak dulu.
"Daddy dengar tadi kalian ngobrol soal perusahaan, ya?" tanya Angelo, membuka pembicaraan.
"Aku takut aja keinginanku jadi arsitek malah bikin daddy gak suka," jawab Fahri, suaranya pelan.
Angelo tertawa kecil, lalu menepuk bahu Fahri. "Perusahaan daddy sudah dijual juga, jadi sekarang daddy bebas. Masalah biaya kuliahmu aman terkendali."
Fahri menghela napas lega. "Tapi tetap aja aku gak enak hati, Daddy."
"Daddy sekarang punya bisnis batu bara bareng Om Dwi. Jadi, aman terkendali. Daddy bosan meeting terus. Sekarang daddy cuma pengen satu hal: nimbang cucu dari kamu dan Roy," ujar Angelo sambil menyeringai, membuat Fahri tersedak air putih.
Putra yang sedari tadi hanya mendengarkan ikut menimpali, "Tuh, Daddy Angelo, sebenarnya Fahri udah ada calon. Cuma, terhalang restu calon bapak mertua."
"Luluhkan hatinya dengan agamamu, Nak," ujar Angelo sambil mengangguk bijak.
"Soal identitasmu," lanjutnya, "bilang aja kalau kamu cuma anak dari pemilik restoran kecil di pinggiran kota."
"Tapi Daddy, bohong itu dosa!" protes Fahri sambil melipat tangan di dadanya.
Angelo hanya terkekeh, lalu berkata, "Daddy cuma mau tahu aja apakah keluarga gadis itu matre atau enggak. Jangan lupakan kenangan pahitmu dengan mantanmu dulu. Dia matre, tapi karena kamu cinta, Daddy biarin aja waktu itu."
Fahri mendesah panjang. "Iya sih, tapi tetap aja aku gak enak bohong."
"Lihat seseorang dari hatinya, Nak, bukan dari rupanya," Angelo melanjutkan, nadanya lebih serius. "Karena kalau hatinya baik, kamu akan mudah membimbingnya."
Fahri mengangguk pelan. "Aku bakal melamarnya kalau udah punya pekerjaan tetap, Daddy."
Angelo tersenyum bangga. "Kamu boleh nikah sama dia, tapi ada satu syarat."
"Apa?" tanya Fahri penasaran.
"Jangan manja lagi," jawab Angelo dengan nada bercanda.
Fahri langsung merengek sambil meraih lengan Angelina. "Ah, Daddy, aku tuh gak manja! Kan Mommy yang selalu manjain aku!"
Angelina tertawa kecil sambil mengelus kepala Fahri. "Iya, iya, kamu gak manja kok," katanya menenangkan.
Angelo tertawa terbahak-bahak sambil menunjuk Fahri. "Tuh kan, manja banget! Makanya Mommy selalu jadi tempat pelarianmu."
Tak tahan dengan ucapan suaminya, Angelina pun memukul pelan lengan Angelo. "Hush, jangan ganggu anak kita!"
Fahri yang merasa menang langsung memeluk erat perut Angelina. "Mommy, aku cinta Mommy!"
Angelo hanya menggeleng-geleng sambil tertawa, menikmati kehangatan keluarganya. "Dasar anak Mommy!"
Fahri tertidur dengan lelap, terlihat begitu nyaman hingga membuat Angelo yang awalnya ingin berbicara dengannya mengurungkan niatnya. Angelo hanya menghela napas sambil tersenyum, melihat anaknya yang tampak kelelahan.
"Wajar Fahri lelah, Daddy Angelo," ujar Putra sambil menyesap minumannya. "Dia kan suka banget jalan kaki jauh, kayak cari tantangan sendiri terus."
Angelo mengangguk, memahami kebiasaan Fahri yang tidak berubah. "Ya sudah, biar aku yang gendong dia ke kamar," ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
Dengan hati-hati, Angelo mengangkat Fahri dan menggendongnya di punggung. Meski tubuh Fahri sudah jauh lebih besar, Angelo tetap melakukannya dengan penuh kasih sayang. Setibanya di kamar, dia menurunkan Fahri perlahan-lahan ke tempat tidur, memastikan anaknya nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fahri (END)
Ficção AdolescenteMahendra Sabil Al Fahri, seorang cowok yang selalu terlihat ceria dan penuh canda tawa di depan semua orang. Namun, di balik senyumnya yang menawan, ia menyimpan luka mendalam akibat perlakuan tak adil dari kedua orangtuanya. Topeng keceriaan yang i...