17. Cruel

6K 578 33
                                    

Sudah lima hari berjalan, Jeano sedang perjalanan pulang dengan pikirannya yang tidak karuan ditamanh lebih sering diam membuat teman Jeano heran tentu saja.

"Je tungguin gue dong!" Sahut Hazel mendekat ke sepeda motor Jeano.

"Hm?" Ujarnya singkat tanpa menoleh membuat Hazel semakin curiga dan penasaran.

"Gue nebeng dong, motor gue lagi di pinjem!" Katanya berusaha memendam pertanyaannya, sudah tiga hari Jeano menjauhi Jayden.

Hazel ikut terdiam merasa penasaran namun tidak ingin ikut campur atau akan semakin memperburuk suasana.

Jeano hanya mengangguk, menaiki sepeda motornya menyuruh Hazel memakai helmnya dan naik.

Sepanjang perjalanan mereka saling diam entah karena apa, mereka tenggelam dengan pikiran mereka masing-masing.

Saat sudah tiba di rumah Hazel, ia menoleh ke Jeano, "Lo kalau ada apa-apa cerita aja kalau mau, gue disini siapa tau bisa kasih solusi." Tawar Hazel.

Jeano masih terdiam kemudian tersenyum, "Thanks, gue bakal cerita nanti atau gue selesain sendiri aja."

Hazel mengangguk, Jeano pamit meninggalkan area rumah Hazel dengan pikirannya yang bergelut macam-macam.

Saat sudah tiba di rumah ada Jafar dan Mama Selena disana baru pulang dari menemani Selena membeli kebutuhan dan beberapa cemilan.

"Eh, Jeano baru pulang, sini makan! Bunda udah beliin cemilan favorit kamu." Tawar Mama Selena lembut.

"Iya, Ma. Makasih, tapi buat nanti aja ya? Jeano lagi ga laper." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Mama Selena dan Jafar yang menatapnya heran.

Jeano mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya, menatap laptopnya yang menyala dengan bingung.

Jayden dan dirinya memang dekat semenjak taruhan itu, mereka bahkan sudah menerima satu sama lain saling bersentuhan tetapi bagaimana perasaan mereka berdua selama ini yang membuatnya bingung.

Bingung? Itu yang dirasakannya, bagaimana perasaan Jayden untuknya? Apakah dia hanya penasaran saja dengannya?

Jeano sudah tau bahwa dirinya sudah jatuh ke dalam pesona Jayden tapi berpikir apakah Jayden pun sama merasakannya atau tidak.

Banyak pertanyaan memasuki pikirannya, dia mengecek hp nya namun tidak ada notifikasi satupun dari Jayden membuatnya semakin dilanda kebingungan serta gelisah.

Dua murid itu sedang berbincang kecil di koridor, sampai akhirnya salah satu dari mereka bertanya.

"Kak, lo lagi deket ya sama Jayden?"

"Gue? Dari mana lo tau? Bukannya lo murid baru?" Tanya Jeano menatap Adel heran, membuat Adel langsung gugup.

"Gue denger dari beberapa murid disini," katanya sambil cengengesan, "Sedekat apa Kak? Lo pacaran sama dia beneran?"

Jeano bungkam, mereka bahkan pacaran karena taruhan Jayden. "Ya iya beneran, masa boongan?"

"Serius? Wah, gue pikir dia biasa aja sama lo Kak. Soalnya ekspresinya kek gaada spesial-spesialnya buat lo gitu."

Penjelasan Adel membuat Jeano terdiam, menurutnya Jayden itu memang terlihat biasa saja dari luar, namun sifatnya berbeda saat dengannya.

Sosok dingin, pendiam yang susah didekati itu tidak dirasakan Jeano lagi, mendengar itu membuat Jeano bertanya-tanya.

"Maksudnya biasa gimana?" Tanya Jeano butuh kejelasan.

"Lo pernah mikir ga Kak kalau Jayden selama ini main-main aja? Dia aja identitas bener-bener gaada yang tau selama ini." Jelas Adel sekali lagi membuat Jeano berpikir dan perasaannya mulai terguncang tentang Jayden.

Adel menyeringai melihat ekspresi Jeano yang mulai bingung, "Mending lo tanya langsung aja deh, Kak. Kalau dia sungguh-sungguh pasti bakal peduli sama lo."

Ucap Adel terakhir lalu berpamitan ingin kembali ke kelasnya, Jeano masih membatu seperti baru saja dilanda kebanjiran siang-siang.

Flashback end.

Jeano menutup matanya berusaha menenangkan diri dengan melupakan semua masalahnya yang mengingat-ingat tentang Jayden, dirinya berjalan ke kasur dengan sempoyongan dan meletakkan dirinya di kasur, mulai menuju alam mimpinya.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Sementara di sisi lain, Jayden sedang makan bersama keluarga di rumah neneknya, dirinya yang ingin mengabari Jeano namun hp nya sudah disita oleh ayahnya supaya lebih fokus kepada perbincangan neneknya.

"Dane, kamu bersungguh-sungguh ikut olimpiade ini?" Tanya Nyonya besar Zanero kepada Jayden.

"Iya, oma. Jayden bersungguh-sungguh." Ujarnya dengan lembut, menghormati yang lebih tua.

"Yang penting kamu pasti dapetin peringkat pertama, 'kan? Kalau sebelumnya kan ga sampai tingkat nasional masih dimaklumin." Pendapat Nyonya Zanero, Tania untuk Jayden dengan nada sopan membuat Jayden memutar bola matanya malas.

Rasanya Jayden ingin membongkar semua kebusukan wanita itu disini, namun Jayden harus menahannya supaya mereka masih punya harga diri dan juga hubungannya dengan ayahnya tidak memburuk.

"Kalian nginep aja disini, gapapa 'kan? Nemenin sehari aja."
Mendengar itu Jayden sontak menoleh ingin menolak namun dengan cepat ayahnya menjawab.

"Boleh kok, ma. Besok juga kita ga terlalu sibuk kok." Kata Tuan Zanero.

Tubuh Jayden langsung melemas begitu saja, dia sama sekali belum menghubungi Jeano sedari tadi apalagi saat melihat Jeano menjauhinya membuat dirinya semakin khawatir.

.

.

.

.

[02.07.2022]

To be continued..

N. Kunci membaca sebuah fiksi adalah, sabar 🤬🤬

BOYFRIEND - JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang