36. Dangerous Feels

6.1K 460 9
                                    

Sekarang adalah harinya para murid untuk menentukan mereka harus lulus atau tidak, ujian.

Ujian kenaikan, Jayden benar-benar semakin gila tentu saja. Ayahnya tidak berhenti mengabarinya untuk belajar karena memang ini sangat penting.

Ujian baru saja selesai sekarang, tapi masih ada ujian yang lainnya juga. Jayden, Jeano dan yang lainnya tentu stres dengan ujian ini, tidak peduli jurusan mereka apa.

"Susah tadi?" Tanya Jayden melihat raut lelah Jeano menjelaskan semuanya, Jeano hanya mendengus mendengar pertanyaan Jayden.

"Emang ada ujian ga susah?" Tanya Jeano sedikit malas, memutar bola matanya kemudian menyandar pada pundak Jayden, lelah.

Entahlah kenapa dengan Jayden, bukannya harusnya stres pemuda itu lebih terlihat biasa saja dengan ujian ini seperti sudah terbiasa dan merasa mudah.

"Gapapa, memang ujian susah tapi sayangnya kita juga beda jurusan." Ucap Jayden, mengusap tangan yang ada di genggamannya.

Mereka sedang di kafe Loyal untuk makan tapi Jeano yang masih bersandar di pundak Jayden karena lelah dan malas berdiri, mau tidak mau mereka masih duduk disana belum memesan makanannya.

"Makan dulu, ya?" Ajak Jayden menatap Jeano yang ada di pundaknya, lebih baik makan sekarang daripada semakin pusing nanti. Jeano menggeleng sebagai jawaban, yang diinginkan hanyalah Jayden.

"Makan aku." Ujarnya menatap Jayden yang terkejut tidak menyangka menjadi gugup sendiri.

"M-maksudnya makan nasi, Jeano." Jayden menahan gugupnya, saat ini sedang tidak ingin meminum vitaminnya, takut Jeano tidak nyaman.

Jeano menurunkan bibirnya kebawah kemudian mengangguk lesu menjawab, mengangkat kepalanya supaya Jayden bisa berdiri dan memesan makanan. Jayden menatap Jeano yang lesu setelah kembali dari kasir, sepertinya Jeano lelah sekarang.

Jayden sengaja memesan miliknya yang dibungkus dimakan di rumah sementara Jayden yang akan menyuapi Jeano sekarang.

Jeano menerima suapan dari Jayden yang duduk di depannya, saat makanannya sudah datang tapi dahinya mengernyit menatap Jayden.

"Kamu nggak makan?" Tanya Jeano pada Jayden yang menatapnya.

"Aku makan di rumah, kamu makan aja sekarang." Balas Jayden. Saat akan menyuapkan kembali, tangannya ditahan Jeano dengan cepat membuatnya heran.

Jeano mengambil sendok dari tangan Jayden kemudian menyuapkan balik kepadanya, Jayden menurut membuka mulutnya menerima suapan itu. Jayden dapat bertahan untuk pulang nanti tapi Jeano hanya tidak ingin terjadi apa-apa nanti.

"Makan." Kata Jeano penuh penekanan pada Jayden, ia menurut akhirnya mereka saling menyuapi.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

"Jeano."

Jeano menoleh saat ada yang memanggilnya di belakang, itu Davian. Papa Jeano.

Jeano diam, tidak menjawab panggilan itu membiarkan Papanya mendekatinya dan menatapnya tanpa ekspresi.

"Papa udah ketemu mama kamu, sementara papa disini nemenin kamu untuk seminggu mungkin? Mama kamu di Canada sekarang." Ucap Davian tanpa basa-basi ke Jeano yang mengangguk mengerti.

Saat Jeano akan pergi ke kamarnya, papanya menahan lengannya agar tidak pergi, "Jeano, sampai kapan kamu begini? Papa mau nepatin janji kamu."

Jeano menatap Papanya datar, sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan. Perasaannya masih kecewa, janji itu saat dia berumur sebelas tahun tapi sekarang dia sudah delapan belas tahun, bukankah terlambat?

BOYFRIEND - JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang