Suasana rumah sangat sunyi hari ini setelah apa yang terjadi kemarin, Jeano sendiri diam karena merasa kalut dan tidak tau mau berbicara apa padahal biasanya sering berbicara bersama Jeo.
Jayden, Jazlan dan Jia sudah bersiap sarapan di meja kecuali Jeo yang baru saja turun malah menghampiri Jeano yang masih di dapur.
"Papi? Jeo boleh bawa bekal?" Tanya Jeo.
Jeano menoleh heran menatap anaknya, tumben sekali Jeo meminta dibawakan bekal apalagi ini ke sekolah. Jeano tidak menjawab malah terdiam menatap Jeo penuh selidik, sedangkan yang ditatap merasa gugup.
"Tumben?" Tanya Jeano, mengambil salah satu kotak bekal di lemari yang terletak di atas wastafel.
"Pengen makan aja masakan papi hari ini, aku sarapan di sekolah ya? Maaf pi." Kata Jeo meminta maaf, mengusap lehernya tidak enak.
Kalaupun makan disini rasanya akan canggung dengan ayahnya apalagi dengan kakaknya karena kejadian tadi malam. Jeano menatap Jeo, menghela nafas. Menata rambut Jeo yang berantakan karena lupa di sisir.
"Gapapa, jangan telat makan nanti di sekolah." Jeano pasrah mengikuti, takut masalah akan semakin besar jika Jazlan dan Jeo bertemu di meja makan.
Jeo tersenyum lega, beruntung tidak terjebak di meja makan bersama kakaknya. Jeo memeluk papinya dari samping dengan erat membuat Jeano berhenti dari aktifitasnya dan mengeluh sesak nafas.
"Jeo lepasin! Papi sesek!" Kesal Jeano dengan nafasnya yang memberat, memang terkadang Jeo ini seperti papanya yang suka memeluk.
"Maaf pi, aku dua minggu lagi turnamen basket jadi minta ijin pulang sorean boleh 'kan?" Tanya Jeo dengan nada memohon, tidak mungkin papinya tidak mengizinkan ketika ia ada turnamen basket seperti biasanya.
"Papi boleh aja, minta izin sama papa dulu." Balas Jeano, Jeo mendengus kemudian mengangguk pasrah menuju meja makan.
Jazlan mendongak, mereka berkontak mata sesaat dengan Jeo yang pandangannya datar pada Jazlan. Jeo menoleh ke papanya dengan mata penuh harapan.
"Pa, aku ada turnamen dua minggu lagi jadi pulangnya malam soalnya latihan." Jelas Jeo singkat, Jayden mendongak.
"Terus?"
"Boleh gak?" Jeo berusaha menatap ayahnya tenang tanpa memandang Jazlan yang ikut memandangnya.
"Ya boleh, jangan terlalu maksa latihan sampai sakit." Ucap Jayden memperbolehkan, Jeo mengangguk dengan tersenyum senang.
"Makasih, pa!"
Jazlan menunduk menahan senyumannya, seandainya mereka tidak bertengkar mungkin saja hari ini akan baik-baik saja pasti Jazlan akan membantu atau memberi dukungan pada Jeo yang mulai ikut turnamen kembali.
Jeo itu sangat pintar bermain bola yang memantul itu, sudah hobi dari kecil yang diajarkan papinya sampai membawa kejuaraan untuk sekolah dan kotanya.
Jeano mendekati Jeo, menyerahkan kotak bekal itu padanya. "Dihabisin, jangan telat makan siang disana." Peringat Jeano.
Jeo mengangguk mengerti, meletakkan bekal itu pada tasnya membuat Jia terheran-heran karena tumben sekali kembarannya membawa bekal.
"Tumben lo bawa bekal." Sahut Jia, bangkit dari kursinya karena sudah selesai makan.
"Lagi pengen, lo bareng Bang Alan aja. Gue mau ke sesuatu tempat."
Jia mengernyit, "Lo mau telat? Sekarang udah jam berapa anjir!"
"Cuma bentar, dah ah! Papa, papi, Jeo berangkat!" Jeo mengecup pipi Jeano dengan cepat, berlari ke luar pintu. Mereka hanya menggelengkan kepalanya walau sedikit penasaran dengan Jeo yang ingin pergi ke sesuatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOYFRIEND - JAEMJEN [✓]
Novela JuvenilJeano si keras kepala yang mempunyai hubungan rival dengan Jayden namun hubungan mereka belum menententukan sepenuhnya tetap atau bahkan bisa berubah seiring berjalannya waktu. "Now, I Got You." Start: 24 Juni 2022 Finish: 29 Juli 2022 ©nonovvibe 20...