39. The Sincere

5.4K 427 15
                                    

Hari sudah dijalani semua murid di perkemahan hari ini, dan malam ini adalah malam terakhir mereka karena besok sudah waktunya kembali.

Ingin bawanya ke tempat-tempat indah~

Tipikal klise ingin tahu pikirnya~

Jeano bertepuk tangan bersama yang lainnya sesuai irama, saat suara Reyhan dan Hazel bernyanyi bisa menghasilkan harmonis yang sangat indah dan bagus bila dipadukan.

Mereka sedang bernyanyi di depan api unggun untuk menikmati hari terakhir mereka disini, berpisah untuk menjalani kehidupan mereka bukan sebagai siswa atau pelajar.

Jayden tersenyum begitu juga Jeano yang tersenyum bangga karena temannya ini memang punya bakat terpendam bernyanyi, katanya yang satunya tidak pede dan satunya ikut saja yang satunya.

Karena sudah gemas, Jayden dengan iseng mengecup sekilas pipi Jeano kemudian bersandar pada bahunya. Menatap Reyhan dan Hazel yang sekarang sedang mengejar high notenya.

Dan jika dia memang bukan untukku~

Tolong, reda dan redalah~

Senyuman Jeano masih merekah, apalagi pipinya yang baru saja di cium. Ia malah memejamkan matanya, malu dilihat yang lain.

"Thanks buat Reyhan sama Hazel atas sumbangan suaranya, besok bisalah jadi biduan." Ujar Rania ditertawakan oleh orang-orang disana.

"Enak aja! Besok gue jadi idol kali." Balas Reyhan tidak terima.

"Iya dah terserah, Reyhan emang yang paling bener." Jawab Hazel, mendudukkan dirinya di samping Jeano. Reyhan mencibir ikut mendudukkan dirinya di samping Hazel, melihat Rania ingin berbicara.

"Ekhem, gue mulai aja langsung. Makasih buat yang udah dateng kesini, berjuang juga biar lulus dari sekolah sksd itu. Ya intinya thanks udah ramein acara ini yang diadain osis dan pengurus yang udah bantu kita spesial Jayden dan Jeano perwakilan MIPA sama IPS. Selamat menempuh jalan hidup yang baru."

Pidato lebar Rania dihadiahi tepuk tangan dari semua orang, masa remaja mereka sudah berakhir dan akan tiba masa dewasa yang harus dijalani.

Semuanya berat, memang berat tapi inilah hidup. Semuanya sudah sesuai jalan dan takdirnya, tidak ada jalan lain kecuali jalan pintas untuk melewati rintangan di jalan itu.

Jayden menoleh ke Jeano yang berada di sampingnya, "I won't let you go."

"Glad to hear that. Good luck, Dane." Balas Jeano menyeringai menatap Jayden yang mengangguk, tersenyum miring.

Dane? Jadi Jeano juga akan memanggil namanya seperti panggilan Neneknya? Tapi tidak masalah, ini Jeano yang menyebutnya.

Mereka kembali menyimak obrolan santai para pengurus, jangan lupakan tangan Jayden yang merangkul pinggang Jeano mendekat kemudian mengelusnya perlahan sementara yang dielus hanya diam saja tidak keberatan.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ***ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

Semua murid sudah tidur dan kembali ke tenda masing-masing, hanya tersisa Jayden dan Jeano yang sedang duduk bersama di depan api unggun dengan teh hangat di genggaman Jeano.

Mereka masih terdiam, menikmati hangatnya api di depan mereka dan sentuhan mereka satu sama lain. Entah kenapa suasana menjadi canggung dengan Jayden tapi Jayden malah terlihat santai.

Jeano meniup teh yang ada di genggamannya perlahan agar panasnya berkurang kemudian meminumnya sedikit agar tidak panas saat melewati lidahnya.

"Jayden."

BOYFRIEND - JAEMJEN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang