BAB 8 : KELULUSAN

213 162 25
                                    

"Kita selalu minta kebebasan dalam perhubungan . Sampai kita tak sedar kebebasan yang kita minta itu adalah perpisahan."

Happy reading 📖🎉

Satu Minggu kemudian..

Kelulusan pun tiba. Akhirnya Gabriel dan Aurora sama-sama lulus sekolah, tetapi dengan pengalaman yang berbeda. Aurora adalah lulusan SMA homeschooling, sementara Gabriel adalah lulusan Islamic Senior High School of Jakarta. Setelah acara kelulusan mereka, Gabriel memutuskan untuk berbicara dengan Aurora tentang kabar baik dan kabar buruk yang ia miliki.

Gabriel sangat senang karena berhasil mendapatkan beasiswa kuliah di London. Ini adalah kesempatan besar baginya untuk mengejar impian akademiknya dan menjelajahi dunia baru. Ia tahu bahwa kuliah di London akan memberinya pengalaman yang tak terlupakan dan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai budaya.

Namun, di sisi lain, Gabriel juga merasakan sedih karena akan meninggalkan keluarga dan teman-temannya di kampung halamannya. Ia tahu bahwa perpisahan akan menjadi momen emosional, terutama dengan Aurora, sahabat terbaiknya. Mereka telah melewati banyak hal bersama dan menjadi pendukung satu sama lain.

Setelah acara kelulusan di sekolah Gabriel selesai, ia memutuskan untuk mengunjungi rumah Aurora. Ia merasa sedikit gugup, karena ini adalah momen penting yang akan mempengaruhi jalan hidup mereka berdua.

Gabriel mengetuk pintu rumah Aurora dengan hati yang berdebar. Ketika pintu terbuka, Aurora muncul dengan senyuman cerah di wajahnya. "Gabriel! Selamat datang! Ada apa?"

Gabriel menyambut senyuman Aurora dengan senyuman sendiri. "Terima kasih, Aurora. Aku punya kabar baik dan buruk yang ingin aku bagikan denganmu. Bolehkah aku masuk?"

Aurora mengangguk, memberi jalan kepada Gabriel untuk masuk ke dalam rumah. Mereka berdua duduk di ruang tamu, menciptakan suasana yang nyaman untuk berbicara.

"Dengar, Aurora," ucap Gabriel dengan serius. "Aku punya kabar baik dan kabar buruk yang ingin aku bagikan denganmu."

Aurora menatap Gabriel dengan penuh perhatian. "Tentu, Gabriel. Apa kabar baik dan kabar buruknya?"

Gabriel mengambil nafas dalam-dalam. "Kabar baiknya adalah aku telah mendapatkan beasiswa kuliah di London. Ini adalah kesempatan besar bagiku untuk mengejar impianku dalam bidang studi yang aku minati."

Aurora tersenyum bahagia. "Gabriel, itu luar biasa! Aku sangat bangga padamu. Ini adalah kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Kamu pasti akan sukses di sana."

Gabriel menghela nafas. "Tapi, kabar buruknya adalah aku harus study di London selama 6 tahun. Itu berarti aku akan berada jauh dari keluarga dan darimu, Aurora. Aku khawatir akan merindukan momen-momen berharga bersama kalian."

Aurora memegang tangan Gabriel dengan penuh perhatian. "Gabriel, aku mengerti bahwa ini adalah kesempatan yang luar biasa bagimu. Aku tahu bahwa kamu memiliki impian dan ambisi yang besar. Meskipun kita akan berada di tempat yang berbeda, persahabatan kita tetap akan kuat. Kita bisa menjaga hubungan ini melalui teknologi dan mengisi momen-momen penting dalam hidup kita dengan cara yang berbeda."

Gabriel tersenyum, merasa lega bahwa Aurora mengerti dan mendukungnya. "Terima kasih, Aurora. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti kamu. Aku akan berusaha menjaga hubungan ini dan tetap berbagi momen-momen penting dalam hidup kita, meskipun kita berada di tempat yang berbeda."

Cinta Yang Terhalang Oleh Pagar Tuhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang