BAB 9 : BANDARA

186 157 26
                                    

"Jangan jauh dari hati aku, cukup jarak aja yang jauh"

Semoga suka ^_^

Malam itu, setelah Gabriel berpetualang keliling kota bersama Aurora, ia duduk di kamarnya dan mulai mengemas barang-barang yang akan dibawanya ke London dalam koper miliknya. Di tengah-tengah kegiatan tersebut, pikirannya terus melayang kepada Aurora, sahabatnya yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Sambil melipat pakaian dan meletakkan barang-barang dengan hati-hati, batin Gabriel mulai berbicara dalam keheningan, seolah-olah berbicara kepada dirinya sendiri. "Apa Aurora bisa menunggu aku selama 6 tahun? Aku tidak yakin Aurora bisa menunggu aku selama itu. Ya Allah, berilah aku petunjuk untuk aku dan Aurora."

Gabriel merasa cemas dan ragu tentang masa depan persahabatannya dengan Aurora. Mereka telah melewati begitu banyak momen indah bersama, tetapi sekarang Gabriel akan pergi jauh untuk melanjutkan studinya di London. Ia merasa khawatir bahwa jarak dan waktu yang terpisah akan memengaruhi hubungan mereka.

Namun, di tengah kekhawatiran itu, Gabriel juga merasakan kekuatan dan kedalaman persahabatan mereka. Mereka telah melewati banyak cobaan dan selalu saling mendukung satu sama lain. Gabriel tahu bahwa Aurora adalah seseorang yang kuat dan penuh pengertian.

Sambil melanjutkan mengemas barang-barangnya, Gabriel memikirkan momen-momen indah yang telah mereka bagikan bersama. Mereka telah saling mengenal dengan baik, memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mereka telah menjadi tempat curahan hati satu sama lain dan saling memberikan dukungan dalam setiap perjalanan hidup mereka.

Gabriel menghela nafas dalam-dalam dan mengucapkan doa dalam hatinya. "Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu. Tolong berikan aku kejelasan tentang hubungan kami dengan Aurora. Aku tidak ingin kehilangan persahabatan yang berarti ini, tetapi juga tidak ingin mengecewakan Aurora jika aku tidak bisa memberikan kehadiran fisikku selama 6 tahun."

Gabriel merasa lega setelah berdoa. Ia percaya bahwa Allah akan memberikan petunjuk dan jalan yang terbaik bagi mereka. Ia tahu bahwa persahabatan sejati akan tetap kuat meskipun jarak memisahkan.

Setelah selesai mengemas barang-barangnya, Gabriel duduk sejenak di tepi tempat tidurnya. Ia melihat foto-foto mereka berdua yang terpajang di meja. Senyum Aurora dalam foto itu membuat hati Gabriel hangat.

Gabriel membuka pesan di ponselnya dan mengetik dengan perasaan yang tulus. "Hai, Aurora. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya persahabatan kita bagiku. Aku tahu akan ada jarak yang memisahkan kita selama 6 tahun ke depan, tetapi aku percaya bahwa persahabatan kita akan tetap kuat. Tolong tunggu aku, Aurora. Aku berjanji akan kembali dan kita akan melanjutkan petualangan kita bersama. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Terima kasih telah ada dalam hidupku."

Gabriel mengirim pesan tersebut kepada Aurora dan merasa lega setelah melakukannya. Ia tahu bahwa Aurora akan memahami dan mendukung keputusannya. Mereka telah melewati banyak hal bersama dan memiliki ikatan yang kuat.

Saat Gabriel mengakhiri malam itu dengan pikiran yang tenang, ia merasa yakin bahwa persahabatan mereka akan terus berkembang meskipun jarak memisahkan. Ia percaya bahwa takdir akan membawa mereka kembali bersama di masa depan.

****

Pagi harinya, Gabriel terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa gugup dan sedih karena hari ini adalah hari keberangkatannya ke London. Ia berjalan menuju ruang makan dan melihat keluarganya sudah menunggunya di sana. Mereka duduk bersama dan mulai sarapan bersama, seperti yang mereka lakukan setiap pagi.

Cinta Yang Terhalang Oleh Pagar Tuhan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang