Puspa membuka mata saat merasakan usapan di perut, senyum pun merekah saat melihat Saka tengah memandangi sambil mengusap perutnya.
"Udah pagi, ayo sarapan." Saka mengusap sudut mata Puspa yang sedikit terdapat kotoran.
Puspa memejamkan mata sambil menikmati usapan Saka di wajahnya, pagi ini tubuhnya begitu terasa ringan dan nyaman.
"Males bangun, rasanya Puspa mau tidur lagi." ungkapnya apalagi saat usapan Saka berpindah pada rambutnya.
"Dede bayi butuh makan, mamanya juga." Saka mengangkat Puspa lalu menggendongnya menuju kamar mandi.
Saka tahu kalau ini yang Puspa mau, selama beberapa minggu memang beginilah Puspa. Manja dan pemalas, bagai Koala.
"Mau nginep di rumah mama hari ini?"
"Males ada kak Latif." jawabnya.
"Kan mau bahas soal syukuran."
Puspa merengek malas, bahkan tidak mau Saka turunkan dari gendongan. Saka sabar, semanja ini memang Puspa sekarang. Semenjak mual-mual bahkan sempat di rawat khususnya. Tapi, Saka suka. Sangat.
"Mandi dulu, sayang." di kecup pelipis Puspa gemas.
"Dingin."
"Ada yang anget."
Puspa menekuk wajah, dia pun pasrah saat Saka menurunkannya. "Puspa ngantuk, mau bobo aja." lalu rebahan di bathtub.
Saka menggeleng samar, mulai melucuti gaun tidur tipis itu dengan mudah, meraih gagang shower lalu menariknya agar mendekati Puspa yang ada di bathtub.
Puspa benar-benar memejamkan mata, segampang itu dia tertidur. Saka mengulum senyum sambil menyeka bagian tubuh Puspa yang terkena air.
Puspa semakin nyaman, airnya tidak dingin tidak juga panas. Pas.
Saka mengusap perut Puspa yang sudah tidak rata lagi itu. "Sehat-sehat ya." ucapnya.
"Iya, papa sayang." balas Puspa dengan masih memejamkan mata nyaman.
Saka mengulum senyum. "Ga sabar mau lihat kamu lahir ke dunia, besok jadwalnya cek ya?" tanyanya.
Puspa mengangguk lalu membuka mata. "Puspa juga ga sabar pengen liat perkembangannya." di usap perutnya.
Saka yang berjongkok mulai mencodongkan tubuh untuk mengecup perut Puspa yang basah beberapa kali.
***
Lagi-lagi Puspa tidur, perjalanan menuju rumah Namira pun tidak memakan waktu lama karena kebetulan jalanan tidak macet.
Musik ballad Korea menemani perjalanan mereka, membuat Puspa semakin hanyut ke dalam mimpi.
Saka melirik Puspa, telinganya tidak akrab dengan lagu-lagu asing itu. Tangannya terulur, menekan tombol off lalu musik pun mati.
“Kok di matiin?”
Saka tersentak pelan, dia pikir Puspa sudah sangat terlelap. Kenapa Puspa semakin sensitif sih setelah hamil?
"Puspa tahu kalau om ga suka tapi Puspa suka." lanjutnya merajuk.
Saka tersenyum dengan melirik Puspa sekilas. "Yaudah nyalain lagi, kirain kamu udah bener-bener tidur." tatapan Saka masih fokus ke jalanan.
"Ga usah, Puspa tahu kalau om ga suka." Puspa menatap jalanan di sampingnya dengan bibir di tekuk ke bawah.
Saka menghela nafas sabar, tidak heran dengan Puspa yang begitu. "Lebih ga suka kalau kamu panggil om. Aku-kamu juga boleh dari pada om." Saka memilih mengalihkan topik.