Vilania atau yang sering di panggil Vila itu berkacak pinggang. "Om ngapain ancam-ancam Rizal segala? Om mau sampai kapan recokin dunia Vila?!" amuknya jengkel.
"Aku capeloh baru pulang magang, udah kena omel!" gemas Zafeel sambil mengacak poni Vila.
"Ihhh! Kenapa sih harus magang di kota ini dan nginep di rumah Vila! Ga ada om ga ada tuh yang recokin, papa aja engga. Papa ga masalah anaknya bawa pacar ke rumah!" cerocosnya penuh luapan tak terima.
Zafeel melepas dasi yang mencekik lehernya. "Aku kerja di perusahaan keluarga mama kamu, yang berarti keluargaku juga, jelas di sini jaraknya ga jauh makanya semenjak magang nginep di sini dari pada hotel. Di hotel ga ada yang sengegemesin kamu," lagi-lagi poni Vila jadi korban.
Vila semakin menggeram gemas nan kesal. "Cari kerja keluar kota kek sana! Pusing Vila tahu, udah dua cowok kabur gara-gara om! Abis sweet seventeen aku kok sial!" dumelnya sambil mengayunkan langkah untuk menuju kamar.
Vila mengatur nafas, dia harus tenang agar tetap awet muda. Jemari lentiknya mengusap wajah, berharap tidak muncul keriput karena marah terus.
"Rizal ga baik buat kamu, tattoan gitu," Zafeel mengikuti si gadis yang sibuk misuh-misuh.
Vila menghentikan langkah sambil berbalik marah. "Terus siapa yang baik? Om gitu! Biarin Vila pilih sendiri!" tegasnya.
Zafeel menatap kemarahan di wajah cantik calon istri rahasianya itu. "Pergaulan ga baik di luar sana. Aku cuma mau kamu baik-"
"Vila akan baik kalau om ga ikut campur!" potong Vila dengan emosi yang meledak.
"Eh kenapa ribut-ribut?" Puspa menghampiri keduanya yang memang suka sekali ribut atau berdebat walau Zafeel lebih banyak mengalah.
"Iniloh, ma~ " rengek Vila jengkel. "Om ganggu Vila terus! Udah dua cowok kabur akibat ulah om, kata Rizal om marahin dia karena Vila belum boleh pacaran. Papa ga marah-"
"Papa marah, papa setuju sama tindakan, Zafeel!" suara Saka muncul mengundang perhatian ketiganya.
"Ih! Kok gitu, papa biasanya ga-"
"Papa kasih ke Zafeel tanggung jawabnya, kamu udah ga mau denger kata papa sama mama, jadi Zafeel berhak tegur dan urus urusan kamu!" potong Saka tegas.
Vila menekuk wajahnya dengan nafas memburu, kenapa semua jadi berpihak pada Zafeel? Vila tidak terima!
"Kalau gitu, Vila mau keluar rumah aja!" tegasnya sambil mengayunkan langkah menuju kamar.
Vila akan melawan, dia tidak mau di atur. Lebih baik dia hidup di luar. Sendirian!
Saka menghela nafas. "Pantau dari jauh aja, jangan di tahan. Kita liat, sejauh mana Vila terus melawan. Vila jadi banyak berubah setelah memiliki ktp," keluhnya di akhir.
Zafeel mengangguk samar, dia setuju. Vila terlalu diberi kebebasan. Di saat dia diatur dan di saat itu juga Vila tidak mau dan memilih kabur.
***
Vila menyeka air matanya, sedih dan kecewa karena tidak ada yang menahannya. Senakal itukah dia sampai mereka menyerah?
Apa salah pacaran di usianya yang masih muda? Apa salah banyak main? Dia hanya ingin seperti teman-temannya.
Vila merogoh ponselnya yang berdering. Nama sahabat tercinta muncul. Vila terharu, di saat dia butuh sahabatnya itu ada.
"Malikaaaaa!" panggilnya dengan berderai air mata.