Puspa menatap tak bersahabat Yelina yang kini tersenyum. "Kok bisa ya, ketemu lagi." ujarnya pura-pura takjub.
Puspa tidak menjawab, dia bagai kucing yang siap menerkam lawan. Hormon ibu hamil membuatnya semakin sensitif dan instingnya kuat.
"Hm.. Kalau gitu kita pamit." Saka merangkul Puspa yang terlihat akan ngamuk itu.
Saka menahan kedut di bibirnya, lucu melihat ke garangan Puspa dan agak ngeri juga kalau istrinya itu menyerang Yelina dengan bar-bar.
"Tunggu!"
Puspa lebih dulu berhenti dan menoleh semakin garang, terlihat sekali mengibarkan bendera perang.
"Kenapa kita ga makan siang bareng?"
Saka menatap Puspa lalu mengusap bahunya dengan sedikit remasan, menyuruhnya untuk diam.
Puspa pun urung bersuara.
"Maaf, Yelina. Kita butuh waktu berdua. Puspa lagi ngidam dan maunya cuma berdua." jelasnya.
Puspa mendelik judes lalu melanjutkan langkah dengan Saka memeluk pinggangnya posesif.
"Sebel! Puspa ga suka!"
Saka mengusap punggung Puspa sekilas. "Tahan emosi, jangan rasain hal-hal buruk nanti anak kita tiru, tarik nafas buang." titahnya.
Puspa menurut.
"Kok bisa ya dia tahu kita kemana gitu." Puspa mulai berpikir keras. "OH! Pasti liat instagram!" serunya.
Saka juga baru ngeh, dia dan Puspa memang selalu pamer sedang jalan-jalan.
"Kita simpen dulu fotonya, besoknya baru upload."
Saka mengangguk setuju. Puspa terus berceloteh, bahkan menjelaskan makanan yang beberapa kali mereka lewati saat berjalan.
Saka mengecup puncak kepala Puspa saking gemas. "Anak kita nanti sebawel kamu ga ya?" tanyanya membuat Puspa berhenti bercerita.
"Jelek ya?" Puspa manyun.
"Engga, justru bagus ga kayak papanya, bisa-bisa bikin salah paham."
Puspa cekikikan. "Sadar diri ternyata." kedua matanya sampai menyipit bulan sabit, lucu.
Saka merangkul, mengusap bahu Puspa gemas lalu membawanya masuk ke dalam toko pakaian dalam.
"Beli baju dinas ahh.." Puspa melangkah lebih dulu ke tempat pakaian seksi. Lingeri.
Saka mengusap wajahnya, melirik sekitar yang untungnya hanya pegawai.
Puspa meraih random, di matanya lucu dengan warna yang cantik barulah dia ambil.
"Ini cantik ga?"
Saka menghela nafas, otaknya langsung traveling sialnya. Puspa menunjukan pakaian tipis yang pendek, jika di pakai pasti dalamannya hanya akan menutupi puting dan miss V.
Astaga! Telinga Saka sampai merah karena sekilas membayangkannya.
"Bagus." Saka berpaling, mencari boxer. Lebih baik kabur dari pada kepanasan, biarkan Puspa memilih semaunya, dia hanya tahu nikmatnya saja.
Saka mengulum senyum samar sambil meraih beberapa boxer yang mirip dengan yang sering dia pakai.
***
"Mau pulang?" Saka menatap Puspa yang menyeruput jus alpukat dan menatap jalanan dari balkon cafe yang ada di mall.
Puspa menatap Saka dengan mata memicing. "Kenapa sih minta pulang terus? Sayang sama cuaca yang lagi bagus." di cubit pipi Saka sekilas.