"Bentar, Sahril tidurin dulu." pamit Puspa saat Saka tengah menyelesaikan tugasnya dan memperiksa pemasukan uang hasil penjualan tanah maupun kontrakan.
"Hm.. Bawa teh ya kalau ke sini,""Siap om papa.." balas Puspa sambil mengusap kepala Sahril pelan.
Saka tersenyum samar setelah mendengarnya, kenapa harus ada omnya? Padahal papa saja.
Tak lama Puspa datang namun belok ke dapur, Saka menoleh lalu beranjak menyusul. Dia sudah selesai dengan tugasnya.
"Uang belanja buat bulan ini habis banyak," Puspa menunjuk beberapa kantong belanjaan."Kapan belanja?" Saka mengabaikan rambutnya yang masih agak basah itu lalu berdiri di samping Puspa yang tengah bersiap menyeduh teh manis dingin.
"Online, Puspa butuh mereka tapi males keluar He.." cengiran lucu Puspa lemparkan.
"Kirain keluar, jadi ga jadi marah hehe." kekeh Saka sambil mengusap gemas kepala Puspa lalu memeluknya sekilas.
Anak kecil ini istrinya? Astaga! Saka masih saja merasa mimpi punya istri semuda ini. Apalagi Puspa, pasti merasa tidak percaya punya suami di saat harusnya dia punya pacar.
"Maaf buat yang pagi, terlalu semangat." bisik Saka sambil memeluk Puspa dari belakang, kali ini cukup lama.
Puspa mengulum senyum. "Enak kok. hehe.. Mau lagi.." jawabnya dengan menggemaskan dan sefrontal itu.
Dasar bocah edan!
Saka menggeleng samar dengan masih mengulum senyum dan memeluk Puspa nyaman.
"Emang kuat? Katanya sakit, ga mau lagi sambil nangis-nangis," di gigit pipi Puspa gemas.
Keduanya begitu terlihat seperti pengantin baru yang kasmaran, tanpa drama malu-malu atau gengsi. Seperti pasangan yang memang di pertemukan karena cinta, padahal perjodohan.
Puspa cekikikan geli apalagi saat Saka menggesekan hidungnya di bahu dan leher.
Part ini fullnya ada dikaryakarsa bagi yang mau. Engga pun ga papa bisa lanjut ke part selanjutnya. Makasih:)