Saka menggendong Sahril di lengan kiri sedangkan tangan kanannya menuntun Puspa agar tidak hilang di tengah kerumunan orang yang sedang sama seperti mereka, berlibur. Niat awal belanja namun ingin Puspa malah berlibur.
"Serius ga sakit kalau jalan jauh atau lama?" tanya Saka perhatian.
"Serius, Puspa udah ga papa om," jawabnya sambil menyeka mulut Sahril yang ada di gendongan Saka.
Puspa begitu peka, jiwa keibuannya muncul di saat dia masih 19 tahun. Pantas takdir membawa Puspa menikah dengannya.
Sahril mulai menggeliat, sedangkan Puspa menangkap satu wahana yang mencuri perhatiannya.
"Om, naik wahana itu yuk? Eh Sahril ga akan ada yang pegang," gumamnya diakhir.
Saka mengusap jemari Puspa sebagai respon, kepalanya celingukan mencari tempat duduk. Cuaca semakin panas.
"Sahril kenapa?" Puspa mengusap bahu mungil yang kini tengah merengek itu.
"Kayaknya haus," jawab Saka dengan masih mencari tempat duduk.
Puspa melepas genggaman Saka lalu merogoh tas yang dia gendong yang berisi keperluan Sahril.
"Di sana, kita duduk di sana," tunjuk Saka lalu kembali menuntun Puspa, kali ini dia merangkul bahu sang istri.
"Sabar ya bayi unyu.." Puspa mengusap pipi Sahril yang masih merengek dengan pandangan sayu, rambutnya mulai berkeringat.
"Duduk, sayang." ucap Saka pada Puspa tanpa sadar memanggilnya sayang lalu dia ikut duduk di sampingnya.
"Nih, bikin dulu ya.." kata Puspa sambil fokus membuatkan Sahril susu formula dengan cekatan dan rapih.
Saka menepuk pantat Sahril lembut sebagai upaya menenangkan lalu mengusap punggungnya.
"Sstt.. Tuh miminya udah mau jadi.." Saka mengusap pipi gembul yang kini basah itu.
"Nih.. Jadi, yeaayy.." riang Puspa sambil mengocok pelan botol mini itu.
"Angetnya cukup?" tanya Saka sambil meraih botol susu itu dan meneteskan sedikit pada lengannya. "Oke, cukup. Istriku udah cocok jadi ibu," lanjutnya sambil menjejalkan lembut puting plastik itu ke dalam mulut mungil Sahril.
Sahril menyambutnya rakus, membuat Puspa yang tengah tersipu kini meringis. Membayangkan putingnya di hisap begitu rasanya geli-geli ngeri.
Saka menatap wajah mengkerut Puspa setelah mendengar ringisan. "Kenapa? Mau dihisep kayak gitu?" godanya.
Puspa melotot panik, kenapa Saka tidak kontrol sekali? Mereka sedang di tempat umum! Apa Saka yang cool itu tertular virus tak tahu malunya!
"Om ihh!" dicubit manja lengan otot Saka.
Saka hanya terkekeh sambil mengusap keringat di kening Sahril.
Puspa mengulum senyumnya, melihat Saka memangku Sahril rasanya seperti keluarga yang bahagia. Memiliki satu anak yang tampan dan lucu.
Ahh.. Puspa jadi mau punya satu hasil perjuangannya dengan Saka.
"Abis pulang dari sini bikin anak lagi yuk om, sampe berhasil," kali ini Puspa yang tidak kontrol.
Saka melotot samar lalu terkekeh. "Siap, sayang." di raih kepala Puspa lalu mengecup keningnya sekilas.
Puspa lagi-lagi tersipu.
"Udah?" Saka bertanya pada Sahril yang kini melepas dot lalu mulai menatap sekitar.
"Udah, om? Yuk masuk, Puspa ga sabar main.."