"Nih, buat jajan di sekolah." Zafeel mengangsurkan uang 50 ribuan ke Vila.
Vila menerimanya dengan senyuman, lumayan uang tambahan. "Banyak banget, om." ujarnya sambil berhitung.
Zafeel melajukan mobilnya menuju sekolah Vila lalu setelahnya dia pergi bekerja.
"Bisa ga jangan panggil om? Aku masih muda, sayang." protesnyaa sambil fokus pada jalanan.
Vila memasukan uang tadi ke dalam saku seragamnya. "Menurut silsilah keluargakan emang harusnya panggil, om." balasnya kalem.
"Jangan nurut ke sana, panggil kakak kek biar keliatan ga terlalu jauh usia kita,"
Vila menggeleng. "Sebelum nikah panggilnya akan tetep, om. Udah jangan protes lagi!" tegasnya so galak namun terdengar lucu.
Zafeel mengacak poni Vila sebagai balasan, dia pun pasrah. "Padahal panggil sayang, baby juga boleh." kodenya.
"Udah fokus ke jalan aja," balas Vila dengan santainya.
Zafeel berdecak gemas, lagi-lagi sebelah tangannya terulur mengusap poni Vila sekilas dan mencubit pipinya.
Tak lama mobil pun sampai di depan gerbang sekolah Vila. "Yang bener belajarnya, sayang." lalu meraih wajah Vila untuk dia kecup kening, pipi dan bibirnya sekilas.
Vila mengangguk lalu tersenyum. "Om juga yang bener cari uangnya biar Vila bisa jajan terus." kekehnya.
Zafeel mengangguk. "Nanti jajan lagi, aku jemput ya."
Vila mengangguk semangat. "Oke, makasih ya, om. Aku turun, dadah." pamitnya.
***
"Kalau udah nyoba mana bisa buat berhenti." komentar Rayan— salah satu teman kerja Zafeel yang dekat juga dengan Denta, makanya dia tahu masalah dengan Vila waktu itu.
Zafeel menyimpan nampan berisi makan siangnya di meja, di susul Rayan.
"Gue usahainlah," Zafeel terlihat yakin kalau dia bisa untuk tidak menyentuh Vila lebih jauh.
"Kalau seandainya cewek lo yang ga bisa gimana?" Rayan membuka botol air mineralnya.
Zafeel melirik Rayan. "Emang bisa cewek mau duluan?" kekehnya tak percaya.
Rayan berdecak. "Ga tahu bakalan sama atau engga. Gue juga punya cewek kali, dia sama kayak cowok. Punya gairah, apalagi udah pernah coba. Di saat gue lama ga sentuh dia, dia kode-kode mau," jelasnya sesuai pengalaman.
"Vila ga mungkin gitu, dia itu masih sekolah dan polos." Zafeel jelas menyangkal.
Rayan mengangkat bahunya acuh. "Ya gue ga tahu, ngejamin apa engga. Tapi gue sih yakin, lo bakalan ke siksa. Jangan sampe jajan di luar, bro." nasehatnya.
"Ya iyalah, gue ga ada niat cari yang lain!" sambar Zafeel dengan yakin.
***
Sebulan sudah berlalu, keduanya benar-benar menghargai batas. Paling hanya sampai di tahap ciuman.
Zafeel memang mulai merasakan gelisah, dia butuh pelepasan namun jelas saja tidak bisa lagi mengajak Vila untuk membantu kebutuhannya.
"Jangan deket-deket dulu, lagi panas tubuh aku," Zafeel mengingatkan Vila yang kini ndusel di lehernya yang sensitif.
"Demam? Om sakit?" Vila menjauh sambil memeriksa suhu tubuh Zafeel yang normal menurutnya.
"Bukan, maksudnya aku lagi naik," jelasnya masih berbau kode.
"Ha? Naik apa?" Vila mengerjap.
Zafeel tersenyum sambil mengusap wajah polos Vila sekilas. "Lagi naik gairahnya, bawaannya itu pengen bawa kamu ke atas kasur. Paham?" tanyanya.
Vila sontak bersemu, dia yang tahu rasa keintiman mereka pun jadi terbawa mau. Dia rindu berduaan, menikmati kenikmatan yang tidak bisa di jelaskan.
"Bahaya!" Vila menangkup kedua pipinya sendiri.
Zafeel menautkan alisnya. "Bahaya? Apanya yang bahaya?" tanyanya sambil fokus berkendara.
Vila menatap Zafeel lalu menelan ludah. "Kok Vila juga kangen, mau lagi kayak malam itu." jujurnya.
Zafeel terdiam. Ternyata benar kata Rayan. Perempuan juga memiliki gairah dan ada kemungkinan mau juga.
Zafeel menghela nafas. "Tapi ga boleh, belum boleh sekarang. Nunggu kamu lulus." dan itu lama.
Zafeel mulai gelisah. Setan dan malaikat dalam jiwanya mulai perang saling menguatkan. Zafeel sampai pusing dibuatnya.
"Vila tahu, cuma kangen aja." jujurnya malu-malu.
Zafeel yang mulai tidak fokus pun memilih memarkirkan mobilnya di toko asal. Dia ingin menjemput fokusnya dulu.
Keduanya lama diam, saling melirik dan terakhir saling terkunci. Entah siapa yang mulai, keduanya sudah berpagutan panas di dalam mobil itu.
Dan di sinilah mereka berada. Hotel Cantika. Berkat hasutan setan yang kuat keduanya kembali melanggar batas.
Bukan hanya Zafeel yang butuh. Vila pun sama inginnya seperti Zafeel. Entah apa yang merasuki keduanya.