Vila berlari bahagia mendekati keluarganya. Mereka terlihat bahagia juga melihat Vila yang kini sudah lulus.
Saka menatap Vila dan Zafeel dengan cemburu. "Bukannya papa dulu yang di peluk!" protesnya.
Puspa menatap Saka lalu tertawa samar. "Sabar, papa." di usap lengan Saka dengan gemas.
Vila melepaskan pelukannya dari Zafeel lalu mendekati Saka dengan cengiran manja. "Maaf, papa. Kesenengan soalnya mau nikah, aku udah lulus!" riangnya.
Zafeel, Puspa, Denta mengulum senyum mendengar kebahagiaan Vila.
"Papa cemburu karena waktu kamu jadi banyak sama Zafeel!" ungkap Saka dengan masih memeluk anak gadisnya yang semakin dewasa.
Waktu sesingkat itu. Dulu Vila masih sering menempel padanya dengan hanya memakai celana dalam bagai tuyul. Menggemaskan.
"Bohong banget." Vila melepas pelukan. "Papa juga sukanya berduaan sama mama, ga inget sama aku." protesnya.
Interaksi ayah dan anak itu pun membuat siapapun yang melihatnya menghangat.
***
Zafeel memblokir nomor dari perempuan yang terang-terangan menggodanya itu. Jangan sampai Vila kembali salah paham.
"Om, lagi apa?"
Zafeel menoleh cepat lalu mematikan ponselnya. "Kenapa? Mau jajan? Mumpung masih jam 7 malem," tawarnya.
Vila berjalan lesu lalu menyandarkan kepala ke dada Zafeel. "Capek, kakinya pegel. Lama banget acara di sekolah tadi, padahal maunya jalan sama, om." keluhnya.
Zafeel mengusap punggung Vila lalu mengecup kepalanya. "Kita naik mobil, aku yang beli terus kita makan di mobil." ajaknya.
Vila mengurai pelukannya. "Ga ganti baju biarin?" tanyanya.
"Ga masalah."
Keduanya pun berangkat menuju pusat kota, mencari makanan untuk menemani perbincangan hangat mereka.
"Konsep nikahnya ga mau om tambahin?" Vila pun memasukan satu bulatan tahu bulat ke mulutnya.
Zafeel mengaduk saus di makanan yang entah apa, kata Vila itu enak dan Zafeel ingin mencoba jajanan itu.
"Aku ga tahu soal begituan, maunya aku cepet nikahin kamu aja."
Vila mendengus. "Om itu kebelet nikah apa kawin sih?" kekehnya.
Zafeel mengulum senyum. "Dua-duanya. Kawin kita ga bebas kalau belum nikah dulu." kekehnya.
"Dasar! Jangan mau ya malem ini, aku lagi capek!" tegasnya.
Zafeel tertawa pelan. "Orang yang denger pasti salah paham, sayang. Kita ga setiap waktu kawin ya! Kita bahkan pernah dalam waktu 3 bulan baru melewati batas. Kehitung 5 kali selama aku nunggu kamu lulus." terangnya.
Vila melempar cengiran. "Ya siapa tahu aja lagi mau," balasnya.
"Selalu mau, jadi jangan diingetin." Zafeel berujar santai sambil menikmati cibay yang ternyata cocok di lidahnya.
"Enakan? Kesukaan aku itu." Vila terdengar bangga saat melihat Zafeel lahap memakan makanannya.
"Enak, teksturnya kayak lendir." lalu melirik Vila dengan genit.