Bab 22

463 26 1
                                    

Vote dulu yaw..

Sera berdiri di depan pagar rumahnya yang terbuat dari bambu buatan ayahnya. Rumah yang sederhana seperti rumah di pedesaan pada umumnya. Ia mengedarkan matanya ke sekeliling rumah dan halaman yang di tumbuhi berbagai bunga. Sera tersenyum kecil sudah hampir 2 tahun ia tidak pulang kampung. Sera membuka pagarnya lalu menapaki halaman rumah sembari menyeret koper.

"Assalamu'alaikum bu pa." Ucap Sera.

"Waalaikumsalam."

Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh keluar dari rumahnya sepertinya habis dari dapur.

"Nok Sera." Ucap bu Edah matanya berbinar.

"Ibu Sera pulang."ucap Sera tersenyum lalu memeluk ibunya.

"Loh katanya satu minggu lagi tau gitu tadi ibu nyuruh bapak buat jemput."

"Hehe Sera udah kangen bu."

"Oh ya bapak mana?" Tanya Sera.

"Bapak di sini nok." Ucap Supardi yang baru pulang dari ladang.

Sera menyalami tangan bapaknya.

Sehabis magrib, mereka bertiga makan bersama di meja makan hanya dengan lauk sederhana tapi itu cukup membuat perut mereka kenyang.

"Sini bu biar Sera aja yang cuci piringnya." Ucap Sera.

"Udah biar ibu aja, kamu pasti lelah."

Sera pun ke kamarnya untuk beristirahat. Sera kangen sekali dengan kamar ini. Walaupun Sera tidak menempati kamar nya tapi bu Edah selalu membersihkan nya juga mengganti sprei. Sera membuka kopernya dan membereskan baju-bajunya. Setelah selesai Sera merebahkan dirinya di kasur. Pikirannya malah tertuju pada Sehan. Sera bertanya-tanya apakah Sehan mencarinya?atau malah sebaliknya. Sera juga teringat ponselnya di matikan.

***

Subuh-subuh Sera sudah terbangun karena memang di kampung orang-orang terbiasa bangun pagi sekali. Pak Supardi pergi ke masjid untuk sholat subuh berjamaah. Sementara Sera sholat bersama ibunya. Setelah itu ibunya akan sibuk di dapur memasak sarapan. Di desa nya sarapan itu wajib makan nasi.

Pagi yang dingin-dingin sejuk ini Sera akan ber jalan-jalan keliling kampung. Kampung Sera yang dekat pegunungan ini membuat para penduduk desa bermata pencharian sebagai petani. Orang-orang terlihat berjalan sambil membawa berbagai peralatan untuk berkebun. Tak jarang dari mereka juga menyapa Sera. Kehidupan di desa itu sangat mengasyikan baik itu suasananya, udaranya, orang nya juga ramah-ramah. Eits tapi jangan salah terkadang ada saja para tetangga atau ibu-ibu yang tukang gosip.

Sera kembali ke rumah nya. Bapak dan Ibunya sudah pergi ke ladang. Sera kangen dengan keponakan nya. Tapi kakanya itu tinggal di desa sebelah lumayan jauh harus menaiki kendaraan. Sera teringat motornya itu yang menjadi pertemuan pertama dirinya dengan Sehan. Motor itu sudah Sera jual karena ada kebutuhan yang mendesak.

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Sera akan mengantarkan makan siang untuk Bapak dan Ibunya. Sera berjalan menyusuri jalan setapak lalu ada sungai yang airnya sangat jernih, ikan berenang pun keliatan. Lalu melewati sawah-sawah. Hamparan sayur-mayur berwarna hijau menyejukkan mata. Walaupun agak terik matahari Sera melihat orang tuanya yang tetap semangat bekerja.

"Pa bu ayo makan dulu." Ajak Sera.

Mereka duduk di saung yang ada di ladang itu. Saung itu dibuat untuk istirahat sejenak. Mereka juga bisa sholat dzuhur di saung itu tinggal mengambil air ke sungai saja. Setelah selesai makan Sera membantu ibu nya memetik timun. Sementara Supardi sedang mencangkul. Ladang itu merupakan ladang punya orang tua Sera tadinya ladang itu milik orang lain orang tua Sera hanya membantu merawatnya saja. Bersyukur dengan uang yang ditabung orang tua Sera bisa membeli ladang itu kebetulan juga pemiliknya sedang sangat membutuhkan uang jadi bisa dibeli dengan harga terjangkau. Satu-satunya penghasilan orang tua Sera. Terkadang juga mereka mengerjakan sawah milik orang lain untuk menambah-nambah. Supardi juga memiliki 2 ekor kambing dari hasil jerih payahnya.

Sore hari mereka kembali ke rumah.

Sera duduk di teras depan rumah sambil melihat langit yang nampaknya mendung. Hanya suara binatang malam yang terdengar. Sera melamun jauh pikirannya tetap tertuju pada Sehan. Diam-diam Edah memperhatikan anaknya itu yang sepertinya sedang sedih.

Jakarta

Sehan kelabakan mencari keberadaan Sera. Sudah ke kos nya dan kata ibu kos Sera sudah pergi entah kemana tidak memberi tahu. Indira juga tidak tahu Sera pergi kemana apalagi Indira sekarang berada di India. Sehan sudah mencari dan menanyakan kepada orang-orang yang kenal Sera tapi tidak ada yang tahu. Sehan sangat frustasi berapa kali ia menelpon tapi ponsel Sera tidak aktif.

"Kamu kemana?"

"Kenapa kamu tiba-tiba menghilang?"

Aydan juga terus menanyakan Sera. Sehan tidak menceritakan yang sebenarnya. Ia hanya mengatakan jika Sera sedang cuti untuk mengurus beberapa hal. Tapi mamih Rita tidak percaya. Mamih Rita akan mencari tau apa yang terjadi.

Puja Sera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang