Bab 24

492 25 2
                                    

Vote dulu yuk..

Hari semakin sore, Sera dan Sehan memutuskan untuk pulang ke rumah orang tua Sera. Kesalahpahaman diantara mereka sudah beres.

Sera membantu ibunya memasak untuk makan malam. Sementara Sehan mengobrol dengan Supardi. Sera menyajikan makanan nya. Kini mereka makan bersama.

"Seadanya aja ya nak Sehan." Ucap bu Edah.

"Iya tidak apa-apa bu. Malahan saya sangat berterimakasih sudah diterima di keluarga ini." Tutur Sehan.

Setelah makan dan berbincang. Sehan akan berpamitan pulang namun Supardi menyuruh agar Sehan menginap saja karena sudah sangat malam dan perjalanannya lumayan jauh. Sehan pun dengan senang hati mengiyakan untuk menginap. Sehan tidur di kamar Sera sedangkan Sera tidur di kamar kakanya dulu yang kadang di tempati jika kakanya menginap di sini.

Sehan memasuki kamar Sera. Kamar yang tidak sebesar kamar Sehan namun cukup untuk ranjang, lemari dan meja rias. Sehan mendekati dinding yang ada foto Sera saat kecil. Diambilnya foto itu Sehan tersenyum di foto itu Sera sangat menggemaskan. Lalu Sehan bersiap akan tidur, ia baru ngeh sprei yang dipakai Sera bergambar barbie. Lagi-lagi Sehan dibuat tertawa.

Keesokan harinya

Setelah sarapan Sera berangkat mengajar. Sehan tidak langsung pulang, ia malah membantu Supardi yang sedang menanam cabai di kebun belakang rumah. Tidak hanya itu Sehan di pinjamkan baju Supardi kaos oblong.

Sudah waktunya jam pulang, anak-anak sudah pulang 10 menit yang lalu. Sera membereskan meja nya lalu bergegas pulang. Pak Agus kepala sekolah tk yang masih muda umurnya sekitar 26 tahun, menawarkan tumpangan kepada Sera kebetulan mereka searah. Sera pun ikut dan naik ke motornya.

15 menit sudah sampai. Sera turun dari motor Pak Agus.

"Terimakasih Pak atas tumpangannya." Ucap Sera sambil tersenyum ramah.

"Iya sama-sama." Balas Agus dengan senyuman.

"Mau mampir dulu?" Tanya Sera.

"Lain kali saja. Kalo begitu saya permisi." Ucap Agus lalu melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Sera.

"Bagus ya diantar laki-laki sambil senyam-senyum ga jelas." Sewot Sehan.

Dari tadi Sehan sudah melihat Sera dibonceng laki-laki sambil mengobrol dan tersenyum. Sehan tidak suka Sera dekat dengan laki-laki lain apalagi sampai senyam-senyum.

"Apasih mas, orang itu kepala sekolah tempat ku ngajar." Ucap Sera lalu masuk ke kamarnya untuk berganti baju.

Sera dan Sehan menyusul orang tuanya yang sedang di ladang. Mereka sedang memanen daun bawang. Sementara Supardi menanam Ubi. Sehan mencangkul tanah, Sera melihat nya ternyata Sehan bisa diandalkan juga hehe. Setelah itu Sehan menghampiri Sera yang sedang mencabut daun bawang dan membantunya. Edah menyuruh Sera mencuci daun bawang nya ke sungai Sehan juga ikut membawakan daun bawang nya. Sampai di sungai mereka membersihkan daun bawang nya hingga bersih. Di saat-saat terakhir Sehan mencipratkan air ke wajah Sera. Sera tak terima akhirnya mereka malah bermain air seperti anak kecil.

Sore harinya Supardi sedang memberi makan kambingnya. Namun Sera mengambil alih, ia dan Sehan memberi makan kambing dengan rumput.

"Mas kamu pasti belum pernah kaya gini kan?" Tanya Sera.

"Kata siapa?saya pernah memberi makan kambing malahan jerapah juga saya pernah." Ucap Sehan.

"Serius mas pernah?" Tanya Sera.

"Iyalah pernah waktu saya ke kebun binatang." Ucap Sehan.

"Itu sih kebun binatang." Dengus Sera.

Setelah keduanya mandi karena seharian sudah terkena terik matahari. Sera mengajak Sehan ber jalan-jalan keliling kampung. Tetangga-tetangga Sera berkerumun sambil menanyakan tentang Sehan. Bahkan ada ibu-ibu yang minta foto dengan Sehan. Sera menggelengkan kepala nya emang dipikir Sehan aktor apa.

"Duh ganteng banget si."

"Mau ga jadi suami kedua saya."

"Mau ga jadi menantu saya."

"Mas ganteng boleh minta nomornya."

"Semoga ganteng nya nular ke anak aku." Kata ibu-ibu yang sedang hamil.

Itulah celotehan ibu-ibu rempong. Sehan ternyata jadi idola ibu-ibu kampungnya Sera.

Sehan akan pulang sore ini. Namun ban mobilnya bocor. Sehan tidak menyadari nya entah sejak kapan ban nya bocor. Sementara bengkel satu-satunya di desa itu sudah tutup dan buka kembali besok pagi. Akhirnya orang tua Sera mengizinkan Sehan untuk menginap satu malam lagi.

Sehan sedang duduk di teras depan rumah. Sera datang membawakan wedang jahe dan goreng pisang.

"Nih di makan. Ini enak banget loh walaupun makanan kampung."

Sehan mengambil goreng pisang dan menyeruput wedang jahe nya. Pas sekali cuacanya sedang dingin.

"Hmm enak." Gumam Sehan.

Sera ikut duduk disamping Sehan. Mereka menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang.

"Enak ya suasana di pedesaan, adem, hening." Ucap Sehan.

"Ya begitulah mas."

"Emang mas betah tinggal di kampung sementara mas dari kecil tinggal di kota."

"Mas betah-betah saja asal sama kamu." Ucap Sehan menatap wajah Sera.

"Kamu kapan pulang lagi ke kota?" Tanya Sehan.

"Ngga tau mas, aku masih mau di sini." Ucap Sera.

"Kalo gitu tunggu mas, mas akan bawa kamu." Ucap Sehan tersenyum.

Sera tidak mengerti maksud Sehan. Memang Sera belum ada rencana untuk balik ke kota. Sera masih mau di sini. Tapi jika sesuatu mengharuskan Sera kembali ke kota maka ia siap.

Malam itu sepupu Sera berkunjung ke rumah Sera. Si kembar Dimas & Dita, mereka menghabiskan malam dengan bermain kartu dan karambol.

Puja Sera (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang