chapter two

3.4K 285 0
                                    

Di taman pribadi milik Nanette, seorang gadis tengah terduduk di salah satu ranting pohon yang tumbuh di taman itu.

Di dekatnya, Nanette tengah berdiri dengan tangannya yang menggesekkan biolanya. Matanya yang tertutup menunjukkan Nanette begitu tenggelam dalam permainan biolanya. Alunan musik yang dihasilkan dari gesekan itu begitu merdu sampai-sampai mengalahkan nyanyian burung-burung yang berkicau di taman itu.

Setelah beberapa musik dimainkan oleh Nanette, akhirnya ia menghentikan permainan biolanya itu. Gadis yang semula terduduk di ranting tadi melompat ke bawah dan bertepuk tangan dengan meriah pada Nanette.

"Permainanmu semakin hari semakin terdengar bagus." puji gadis itu pada Nanette sambil bertepuk tangan. Nanette hanya tersenyum menanggapi pujian dari gadis itu.

"Kau tahu, Maggie," gadis yang dipanggilnya Maggie itu tak mengalihkan pandangannya pada Nanette. "Ayah dan bundaku menjodohkanku dengan Pangeran Jeconiah."

"Benarkah?" Maggie tampak terkejut mendengar ucapan yang keluar dari mulut Nanette. "Bukankah itu baik jika menjadi istri seorang pewaris tahta?"

Sementara itu Nanette memaku pandangannya ke hamparan langit biru yang luas dan kemudian berkata "Aku tak ingin menjadi seorang permaisuri. Yang kuinginkan adalah menjadi seorang Ratu."

Maggie yang mendengar perkataan dari Nanette tertawa lepas. Sedangkan Nanette kini berbalik menatapnya dengan sengit.

"Ah maaf." ucap Maggie. "Menjadi seorang Ratu itu artinya kau harus terlahir sebagai bagian dari keluarga kerajaan. Kau tidak lebih dari istri seorang Raja jika kau berasal dari luar keluarga kerajaan, tak peduli statusmu sebagai bangsawan. Kau tak akan memiliki kekuatan politik dalam kursi pemerintahan Kerajaan Deunia."

Nanette yang semula hanya berdiri terpaku kini berjalan memutari tiap sisi taman pribadinya. Tangannya bergerak menggapai bunga-bunga yang bermekaran di taman itu dan tak lama kemudian langkah kakinya terhenti lalu tangannya bergerak memetik sekuntum bunga mawar berwarna putih yang tumbuh di dekatnya.

Setelah diam beberapa saat, Nanette pun akhirnya kembali berkata "Hal itu hanya akan terjadi jika aku menikahinya tanpa membawa apapun ke dalam istana Kerajaan Deunia. Aku memiliki kartu as yang akan kubawa nantinya di pernikahanku."

"Kau tahu, Nanette," Nanette kini mengarahkan pandangannya pada wajah Maggie. "Kau adalah satu-satunya manusia mengerikan yang berteman denganku."

Nanette tertawa mendengar perkataan dari Maggie. Ia pun menimpalinya "Kau juga satu-satunya dari kaum elf yang berani keluar masuk taman ini hanya karena kau temanku."

Memang benar apa yang dikatakan oleh Nanette. Maggie bukanlah seorang manusia melainkan berasal dari sebuah ras light elf yang keberadaannya makin jarang di kerajaan Deunia. Itulah yang membuat Maggie tampak berbeda dari manusia pada umumnya.

Maggie hanya diam tak menanggapi ucapan Nanette. Setelah beberapa saat, Akhirnya Maggie berdiri tepat di belakang Nanette dan memeluk tubuhnya yang mungil. Ia pun berkata "Jangan sampai temanku yang satu ini terluka karena ambisinya."

Tanpa membalikkan tubuhnya, Nanette pun menjawab "Aku tak akan terluka sedikitpun sebelum aku mendapatkan tahta Ratu."

Beberapa saat kemudian, dari pintu yang menjadi pintu masuk taman pribadi milik Nanette itu terdengar suara ketukan. Nanette begitu terkejut, Ia sama sekali tak melihat bayangan manusia berjalan menuju pintu tersebut melalui jendela. Nanette pun menganggukkan wajahnya pada Maggie.

Maggie yang mengerti dengan maksud Nanette lantas berlari dan kemudian memanjat pohon. Dari atas pohon, ia melompat dengan sangat tinggi memanjat dinding kastil menuju atapnya.

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang