chapter seven

1.9K 206 0
                                    

Suasana di istana Kerajaan Dagmar benar-benar sedang sangat ramai. Bersamaan dengannya, terdengar suara riuh di halaman istana sehingga membuat Theodore memutuskan untuk menghampirinya.

"Ada apa ini?" tanya Theodore yang penasaran dengan keberadaan sekelompok orang tak dikenal yang berada di halaman istana.

"Tuan Frühlingsstimen?" salah satu gadis dari sekelompok orang itu berjalan maju menghampiri Theodore.

"Saya sendiri." jawab Theodore. "Ada perlu apa mencari saya?"

"Ada kiriman dari Tuan Muda von Hellman." jawab gadis itu sambil menunjuk sebuah kotak yang berukuran sangat besar yang tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Gadis itu juga memberikan sepucuk surat kepada Theodore.

"Nanette?" Theodore yang penasaran dengan apa yang dikirimkan oleh Nanette pun lantas mengambil surat yang diberikan gadis itu padanya.

"Ada apa, sayang?" Theodore menoleh saat suaminya baru saja keluar menghampirinya. Tampaknya Jeffrey juga penasaran dengan apa yang dikirimkan oleh Nanette untuk istrinya itu.

Theodore lantas berjalan menuju kotak besar itu diikuti oleh Jeffrey dan kemudian ia membuka kain penutup kotak itu.

"Woaaah!" Theodore memandang takjub sesaat setelah kain itu dibuka. Sebuah jeruji besi dengan seekor kuda berwarna putih bersih di dalamnya. Sebenarnya tak ada yang membedakan kuda itu dengan kuda-kuda pada umumnya, hanya saja sebuah tanduk yang mencuat pada dahinya menandakan bahwa kuda itu merupakan makhluk yang sangat langka. Seekor unicorn, Itulah yang dihadiahkan oleh Nanette untuk Theodore.

Di tempat mereka sendiri, unicorn dikategorikan sebagai makhluk langka yang keberadaannya semakin sulit untuk ditemukan. Bahkan saking langkanya makhluk itu, sangat jarang ada yang dapat menangkapnya hidup-hidup. Dikatakan bahwa makhluk itu dapat membawakan keabadian bagi siapapun yang meminum darahnya.

"Theodore," Jeffrey tampak tak yakin dengan hadiah yang dikirimkan untuk istrinya itu. "Kau tahu kan kalau di Deunia memelihara unicorn itu ilegal?"

"Masa bodoh dengan Deunia." ucap Theodore menghiraukan kekhawatiran suaminya. "Kita bukan berada di Deunia melainkan Dagmar. Aku sangat ingin memiliki makhluk ini sejak aku kecil. Aku harus berterimakasih pada Nanette nanti."

Jeffrey hanya bisa melihat istrinya dengan tertawa senang berjalan masuk dengan tangannya membawa sepucuk surat dari Nanette. Jeffrey kemudian berbalik lalu berkata pada sekelompok orang yang membawa unicorn itu "Bawa saja makhluk ini ke kandang kuda. Jangan sampai ada orang lain yang mengetahuinya!"

"Baik, Paduka." ucap gadis yang tadi memberikan surat pada Theodore sembari menundukkan wajahnya pada Jeffrey. Lantas ia langsung memerintahkan orang-orangnya untuk memindahkan jeruji besi itu ke tempat yang diinginkan oleh Jeffrey.

Sementara itu di kamar Theodore, Theodore terduduk menyenderkan tubuhnya dengan mata terpejam di pinggiran ranjang miliknya sembari tangannya meletakkan sepucuk surat yang telah dibacanya tadi di atas nakas.

"Kau senang?" Theodore membuka kedua matanya saat suaminya berdiri di ambang pintu dan kemudian berjalan menghampirinya. Jeffrey lantas naik ke atas ranjang dan kemudian merangkul tubuh istrinya.

"Apa yang diminta Nanette padamu?" tanya Jeffrey sembari mengusap-usap pundak Theodore.

Theodore yang mendengar pertanyaan suaminya itu lantas mendongakkan wajahnya menatap wajah Jeffrey. "Apa? Aku tahu Nanette tak akan mengirimkan hadiah semahal itu secara percuma, kan?"

"Nanette minta kita membantunya." jawab Theodore dengan lirih sembari menunduk dan memainkan pakaian yang dikenakan Jeffrey. "Kau mau membantunya?"

"Tentu." Jeffrey mengangguk dan kemudian mengecup rambut Theodore yang masih setia memainkan pakaiannya. "Nanette sudah membuat hati istriku yang tercinta ini senang, kan? Tentu dia pantas mendapatkan apa yang ia inginkan."

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang