chapter fourteen

1.7K 206 0
                                    

Seorang pria dengan anggun terduduk di sofa di ruang tamu pribadi milik Nanette di istana kerajaan.  Ia mengangkat sebuah cangkir teh dengan anggun seperti kebanyakan bangsawan pada umumnya, lalu menyesap teh yang dihidangkan untuknya itu dan kemudian kembali meletakkan cangkirnya di atas meja.

"Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan." seru salah seorang pelayan saat Nanette beserta Jovian di belakangnya memasuki ruangan yang didominasi oleh warna putih itu. Semua orang yang berada di ruangan itu lantas membungkuk penuh hormat pada Sang Permaisuri kecuali satu, pria yang bernama Theophilus Aethelbald yang ingin menemui Sang Permaisuri secara pribadi.

"Harus kuakui harga dirimu sangat tinggi." ucap Nanette menyindir pria itu yang bahkan sama sekali tak berdiri saat Nanette memasuki ruangan. Sementara itu Theophilus hanya menghempaskan tangannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya.

Benar-benar situasi yang tak dapat dipercaya. Baru kali pertamanya ada seseorang yang begitu lancang sehingga dengan beraninya tak melakukan penghormatan kepada Sang Permaisuri yang sudah jelas-jelas merupakan istri sah dari Sang Raja. Tak hanya itu, Theophilus bahkan mengabaikan Nanette saat Nanette berkata pada pria itu.

"Kalau kau tak ingin berbasa-basi sekarang katakan apa tujuanmu menemuiku secara pribadi?" tanya Nanette dengan nada bicaranya yang datar sementara tatapannya menatap dingin pria itu.

Theophilus lantas mengeluarkan sepucuk surat dari balik pakaiannya, mendorongnya di atas meja dan kemudian berkata "Dewan Bangsawan telah mengajukan mosi tidak percaya kepada Yang Mulia Permaisuri. Tak hanya itu, kami juga mengajukan gugatan kepada Kementerian atas tindakan penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh Yang Mulia Permaisuri untuk mencampuri pemerintahan Kerajaan Deunia."

Nanette pun mengambil sepucuk surat itu dan mulai membuka lipatan-lipatan dari kertas berwarna coklat dengan segel berwarna merah gelap.

Tanpa menghiraukan Nanette yang sedang membaca isi surat tersebut, Theophilus kembali berkata "Yang Mulia diperintahkan untuk mengasingkan diri sampai Kementrian menyetujui gugatan dan menyerahkan kasusnya pada Hakim Agung."

"Bagaimana jika Kementrian tak menyetujui gugatan kalian?" nada bicara Nanette terdengar sangat tenang sekali seraya ia menyimpulkan senyuman pada wajahnya.

meskipun merasa geram dengan sikap Sang Permaisuri yang sama sekali tak merasa terancam, Theophilus mencoba tetap tenang. Ia lantas berkata "Kementrian pasti akan menyetujui gugatan kami."

"Benarkah demikian?" Nanette menyeringai dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Butuh suara lebih dari enam puluh persen dari jumlah keseluruhan bangsawan untuk menyatakan mosi tidak percaya jika ingin gugatan kalian disetujui oleh Kementrian. Mosi tidak percaya yang diajukan oleh Dewan Bangsawan hanya mewakili empat puluh lima persen dari keseluruhannya."

"Tetap saja anda tidak bisa bertindak sesuka hati anda mencampuri urusan pemerintahan hanya karena anda merupakan istri sah Yang Mulia Raja." ucap Theophilus membantah perkataan dari Nanette. Keduanya saling menatap satu sama lain dengan sengit. Theophilus lantas mengulurkan tangannya dann kemudian berkata "Anda harus mengembalikan stempel kerajaan."

"Jovian," pria yang berdiri tak jauh dari Nanette membungkuk saat mendengar Sang Permaisuri memanggil namanya. "Sebaiknya kau siapkan gugatan kepada Kementerian atas pengambilan paksa stempel kerajaan yang dilakukan oleh Ketua Dewan Bangsawan."

"Yang Mulia!" merasa tak dapat lagi menahan amarahnya lantas Theophilus menggebrak meja dengan sangat keras sehingga membuat Jovian menghunuskan pedangnya pada pria itu.

Namun dengan santainya Nanette berkata "Stempel kerajaan hanya boleh berada di tangan keluarga kerajaan. Kau sudah lama duduk di kursi Dewan Bangsawan, seharusnya kau mengetahui hal itu."

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang