chapter seventeen

1.7K 194 0
                                    

Alunan musik terdengar begitu indah memenuhi ruangan bernuansa putih. Gesekan biola yang berpadu dengan tuts piano bersamaan dengan seseorang yang menyanyikan sebuah lagu menghasilkan melodi yang indah yang siap menghipnotis siapapun yang mendengarnya.

"Kau menyukainya?" pria dengan nama belakang Arcangel itu tak ada henti-hentinya mengusak sembari mengecupi kening istrinya. "Musiknya seperti nama keluargamu, kan?"

Sementara itu, seseorang yang tampaknya sudah mulai bosan menunggu sesuatu akhirnya membuka suara setelah sebelumnya ia terdiam. "Boleh saya bertanya, apa sebenarnya yang sedang kita tunggu?" Theophilus tampak sudah tak sabar untuk mengakhiri pertemuan itu.

Sedangkan Theodore yang berada dalam dekapan suaminya itu tersenyum pada pria bermarga Aethelbald seraya berkata "Kami datang jauh-jauh kemari untuk membicarakan kembali tentang kesepakatan kerjasama ekspedisi Benua Selatan. Setidaknya biarkanlah kami menunggu seseorang untuk datang."

Theophilus menghela nafasnya gusar. Bukan karena tak menginginkan kehadiran mereka, justru Theophilus, Jeconiah, dan para anggota Dewan Bangsawan lainnya sudah menanti-nanti momen itu, hanya saja sudah satu jam berselang sejak kedatangan pasangan dari Kerajaan Dagmar namun mereka berkata ingin menunggu seseorang.

Jeconiah yang terduduk di kursi utama menatap Theophilus dengan tatapan yang sengit. Salahkan saja sikapnya yang terlalu lancang pada Pangeran dari negeri sebelah itu. Jeconiah lantas tersenyum ramah pada Jeffrey yang masih setia mendekap tubuh mungil istrinya.

"Yang Mulia Permaisuri telah tiba!" seru salah seorang pelayan. Kedua netra Theophilus seketika membola saat melihat pria muda itu dengan anggun berjalan memasuki ruangan diikuti oleh Jovian dan terduduk di seberang Sang Raja. Tak hanya Theophilus, bahkan Jeconiah sendiri juga terkejut atas kehadiran istrinya diantara mereka.

"Mari kita mulai." ucap Nanette seraya mengangguk mengisyaratkan sesuatu pada Theodore.

Jovian lantas menyerahkan sebuah lembaran kertas dan sebuah pena bulu kepada Nanette. Nanette pun kemudian menyodorkan lembaran kertas itu kepada Jeffrey.

"Kau bisa baca terlebih dahulu isi dari kesepakatan kita." ucap Nanette mempersilahkan Sang Pangeran untuk membaca isi dari lembaran kertas itu.

Tangan Jeffrey bergerak meraih lembaran kertas itu dan setelahnya kedua manik matanya mulai bergerak membaca isi dari lembaran kertas itu. "Jadi, kau ingin kita bekerjasama dalam misi ekspedisi ke Benua Selatan dengan Benua Selatan bagian timur menjadi milik Deunia sementara bagian barat menjadi milik Dagmar. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab mengawasi jalannya misi ini?"

"Compagnie de Zuid-Deunisch," ucap Nanette seraya mengambil sebuah lembaran kertas baru yang diserahkan oleh Jovian kepadanya dan kemudian mendorongkannya di atas meja. "Ayahku sudah menyetujuinya, tinggal kau saja yang menandatangani surat perjanjian itu."

"Baiklah," Jeffrey lantas mengambil surat itu dan kemudian mulai membaca isi darinya. Setelah ia selesai, lantas ia mulai mengambil sebuah pena bulu yang telah diletakkan Jovian di atas meja dan mulai menandatanganinya.

Nanette menghela nafasnya puas saat Jeffrey selesai menandatangani surat perjanjian itu. "Senang akhirnya Dagmar setuju untuk bergabung dalam misi ekspedisi ini."

"Begitu juga aku." Sang Pangeran tersenyum ramah pada Sang Permaisuri sebelum akhirnya ia beranjak bangun.

Lantas Jeffrey mengulurkan tangannya sementara Nanette balas menjabat tangan Sang Pangeran sembari tersenyum. "Kita sepakat."

Setelahnya, Sang Pangeran kemudian menundukkan wajahnya sejenak pada Sang Permaisuri sebelum akhirnya ia dan istrinya berjalan keluar dari ruangan yang didominasi oleh warna putih itu. Nanette memandangi mereka yang perlahan mulai menjauh sembari melambaikan tangannya pada Theodore yang juga melambaikan tangannya.

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang