chapter twenty three

1.5K 186 17
                                    

Seharian sudah tamu-tamu istana Kekaisaran itu berkeliling ibukota Kekaisaran bersama dengan Sang Kaisar. Sang Raja juga sudah selesai membicarakan kesepakatan antar dua kerajaan besar itu bersama Kaisar dan kini mereka sampai di sebuah persimpangan jalan.

Sang Ratu turun dari kudanya bersamaan dengan salah seorang pelayan membawakan seekor kuda berwarna hitam yang akan ditunggangi oleh Sang Ratu.

Sang Raja sempat menahan tangan Sang Ratu yang hendak turun dari kereta kuda itu. Sang Raja tersenyum menyindir dan kemudian berkata "Selamat menikmati kencanmu dengan Jovian."

Sementara itu Sang Ratu hanya menatap wajah suaminya itu dengan tatapannya yang dingin. Memang sedari awal, bahkan dari kecil pun Sang Ratu tak pernah menyukai humor.

Sang Ratu lantas menarik tangan yang digenggam oleh Sang Raja dan kemudian mulai berjalan turun dari kereta kuda itu sebelum akhirnya ia menunggangi kuda hitamnya diikuti oleh pengawal kepercayaannya, Jovian dan berjalan menuju arah yang berbeda dengan kereta kuda itu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kedua pria itu kini sampai di sebuah tebing di pegunungan di pinggiran ibukota Kekaisaran. Sang Ratu lantas turun dari kudanya dan kemudian melangkahkan kakinya menuju ujung tebing menatap Sang Mentari yang hendak menenggelamkan dirinya di ufuk barat.

"Ada yang ingin kau sampaikan, Jovian?" Sang Ratu menyadari keberadaan pengawalnya itu yang berdiri di belakangnya meskipun Jovian melangkahkan kakinya hampir tanpa suara.

"Saya tak pernah sekalipun meragukan keputusan Yang Mulia." ucap Jovian. "Tapi saya masih tak mengerti mengapa Yang Mulia ingin menjalin hubungan baik dengan Jasper, adik dari selir Katarina."

"Keep your enemy close, pernah dengar ungkapan itu?" pandangan Sang Ratu dengan setia tertuju pada semburat merah yang dihasilkan oleh pantulan cahaya Sang Mentari yang hendak menenggelamkan diri. "Jasper adalah anak diluar nikah dari Katarina. Kau seharusnya ingat tujuh belas tahun yang lalu Katarina sempat menghilang setahun lamanya, mungkin dia menghilang untuk melahirkan. Aku harus mengetahui siapa ayahnya jika ingin menjatuhkan Katarina"

Mendengar ucapan dari Sang Ratu lantas membuat pria itu berusaha untuk mengingat-ingat kembali kejadian yang sudah lama terjadi. "Ah," Jovian mengangguk saat dirinya teringat pada kejadian itu. "Yang Mulia Raja dulu pernah memerintahkan pencarian terhadap selir Katarina, tetapi Mendiang Raja memerintahkan untuk menutup rapat-rapat kasus itu dari media. Saya sempat mendapat beritanya dulu."

"Tapi Yang Mulia," terdengar keraguan dalam ucapan Jovian. "Selir Katarina bukanlah seorang yang bisa Yang Mulia remehkan. Dia bisa saja menggunakan Jasper untuk menusuk Yang Mulia dari belakang."

"Benarkah?" Sang Ratu lantas berbalik setelah Sang Mentari seutuhnya terbenam. "Dia yang menusuk atau dia yang akan tertusuk?"

"Maafkan saya, Yang Mulia." Jovian merasa bersalah dengan apa yang telah dia katakan pada Sang Ratu. "Saya telah meragukan Yang Mulia dan seharusnya saya tak melakukannya."

Sang Ratu tersenyum tipis. Ia lantas melangkahkan kakinya beberapa langkah dan kemudian menepuk pundak pria yang ada di hadapannya itu seraya berkata "Jika Jasper akan menusukku dari belakang, akankah kau juga ikut menusukku dari belakang?"

Jovian meneguk ludahnya kasar saat ia mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Sang Ratu. Dengan kebingungan ia berkata "Saya tak mengerti dengan apa yang Yang Mulia katakan."

"Dewan Bangsawan," Sang Ratu membelai wajah Jovian dengan lembut sebelum akhirnya ia menarik wajah itu dengan keras hingga kedua netra mereka saling bertemu. "Katakan semua yang kau tahu tentang mereka."

"Saya tak tahu tentang Dewan Bangsawan sedikitpun, Yang Mulia." ucap Jovian. Sementara itu masih ada sedikit keraguan yang terlukiskan dalam sorot mata yang tajam milik Sang Ratu. "Mantan istri saya memang seorang anggota Dewan Bangsawan, tapi kami sudah tak berhubungan puluhan tahun lamanya."

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang