chapter six

2K 215 1
                                    

"Kau terlihat senang sekali." seorang gadis berdiri di ambang pintu menatap Jeconiah yang tak henti-hentinya terkekeh lalu kemudian memutuskan untuk menghampirinya.

"Kate!" wajah Jeconiah kembali tersenyum saat melihat kekasihnya menghampirinya. Dengan segera ia memeluk tubuh kekasihnya itu dan menyandarkan kepalanya pada bahu kekasihnya.

"Keluarga von Hellman sudah pulang ya?" tanya Katarina yang hanya dibalas anggukan kecil oleh Jeconiah.

Katarina pun tersenyum pada Jeconiah. Namun, masih ada sesuatu yang terasa mengganjal dalam benaknya. Lantas Katarina pun bertanya "Bagaimana perjodohanmu dengannya?"

"Aku tak bisa mengabaikan keinginan ayahku." jawab Jeconiah berbohong. Ia tahu bahwa yang diucapkan olehnya pada gadis itu adalah kebohongan. Dalam benaknya, sejujurnya Jeconiah pun juga menginginkan pernikahan itu.

Entah apa yang merasukinya, tetapi sejak pagi tadi bayang-bayang Nanette tak berhenti muncul dalam benaknya. Jeconiah terus membayangkan wajah cantik pria muda itu mulai dari matanya yang menatapnya dengan tatapan yang tak dapat Jeconiah jelaskan, hingga bibirnya yang lembut ketika Jeconiah mengecupnya. Bagi Jeconiah, Nanette ibaratkan sebuah patung yang dipahatkan begitu sempurna sehingga membuatnya menginginkannya.

"Jadi kau tak membatalkan perjodohanmu dengannya?" terdengar kekecewaan pada diri Katarina dari nada bicaranya pada Jeconiah. Ia tahu hal tersebut memang mustahil. Memang siapa dia sampai-sampai bisa menolak keinginan sang Raja untuk menikahkan putranya dengan putra seorang bangsawan.

Jeconiah yang melihat kekasihnya sedang kecewa lantas kembali memeluknya dengan erat sembari mengusap-usap punggungnya. Ia berkata pada Katarina "Kau tak perlu khawatir, aku sudah berjanji padamu bukan? Setelah aku menikah dengan Nanette, segera aku akan menjadikanmu sebagai selirku."

"Baiklah baiklah, aku percaya kepadamu, Jake." Katarina mengangguk dan sebuah senyuman terukir pada wajahnya. 

Di tempat lain, Nanette yang baru saja sampai di kediamannya langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa di kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tempat lain, Nanette yang baru saja sampai di kediamannya langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa di kamarnya. Di sebelahnya ada Thony yang baru saja menghabiskan segelas susu dan kemudian meletakkan gelas itu ke atas meja.

"Thony," si pemilik nama langsung menoleh pada tuannya saat namanya dipanggil. Nanette lantas mengangkat tubuh Thony dan kemudian menjadikannya sebagai guling. "Menurutmu Pangeran Jeconiah itu orang yang seperti apa?"

Thony terdiam sesaat. Sambil memainkan pakaian Nanette, Thony pun menjawab "Ia terlihat sangat menyebalkan bagi Thony. Jeconiah bahkan tak memiliki sopan santun pada Nanette."

Saat Nanette hendak memejamkan kedua matanya, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. "Sialan!" Nanette mengumpat dengan keras meluapkan kekesalannya. Matanya sudah berat namun ada saja yang mengganggunya untuk tidur. Nanette pun lantas mendudukkan tubuhnya.

Seorang pelayan masuk ke dalam kamar Nanette tak lama kemudian lalu berdiri di depannya sembari membuka sebuah kotak berwarna hitam dan berkata "Ada kiriman untuk Tuan Muda von Hellman."

Nanette mendapati sebuah kalung berlian berada di dalam kotak tersebut. Di atas kalung itu ada secarik kertas berwarna coklat dan Nanette pun kemudian mengambilnya. "Lakukanlah yang terbaik?" ucap Nanette membaca isi kertas itu.

Nanette lalu menatap pelayannya itu dengan penasaran. Ia pun bertanya "Siapa pengirimnya?"

"Sumpah Permaisuri." jawab si pelayan. Lantas Nanette pun tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban dari pelayannya.

"Sumpah Permaisuri?" Nanette tak menyangka kalau sang Raja sampai mengiriminya hadiah. "Apa laki-laki tua itu sekarang menyuapku dengan kalung berlian pemberiannya ini?"

"Lupakan saja," Nanette mengisyaratkan pelayannya agar meletakkan kotak itu di atas mejanya.

"Panggil Jovian kemari." suruh Nanette pada pelayannya. "Katakan padanya aku menunggunya di ruang tamu."

Pelayan itu lantas membungkuk pada Nanette sebelum akhirnya ia keluar dari kamar Nanette. Nanette pun berjalan di belakang pelayan itu menuju ke ruang tamu kediamannya bersama dengan Thony yang setia mengekor di belakang tubuh Nanette.

Lima belas menit Nanette menunggu di ruang tamu, akhirnya seorang pria memasuki ruang tamu itu dan kemudian membungkuk padanya. "Ada perlu apa Tuan Muda memanggil saya?"

"Duduklah," ucap Nanette sembari mengisyaratkan pria yang bernama Jovian itu untuk duduk di seberangnya. Di depannya sudah ada secangkir teh yang dihidangkan untuk duduk. Sementara itu, Nanette menyesap kopi dari cangkir miliknya.

Setelah meletakkan kembali cangkir itu ke atas meja, Nanette kemudian bertanya pada Jovian "Hadiah yang kuberikan untuk Theodore dan Pangeran Jeffrey sudah sampai?"

"Mungkin sudah, Tuan Muda." jawab Jovian. "Pangeran Jeffrey dan istrinya pulang sehari yang lalu dan kiriman itu berangkat tak lama setelahnya. Seharusnya itu sudah sampai, Tuan Muda."

"Kerja bagus!" Nanette tersenyum puas kepada orang kepercayaannya itu. Memang sedari dulu Jovian telah melayani keluarga von Hellman sehingga ia begitu dipercaya oleh keluarga von Hellman untuk menangani masalah-masalah penting.

Tak lama kemudian, Jovian mengeluarkan sebuah botol kecil berisikan cairan berwarna kuning dari balik mantelnya dan meletakkannya di atas meja lalu mendorongnya ke arah Nanette. "Dari Maggie, Tuan Muda. Ekstrak bunga Fantasia."

"Cepat juga ternyata." ucap Nanette sembari mengambil botol kecil itu. Ia memperhatikan cairan berwarna kuning yang ada di dalamnya sebelum akhirnya ia memasukkannya ke dalam kantung pakaiannya.

"Bunga Fantasia sangat mematikan, Tuan Muda. Kaum Elf biasa melumuri anak panahnya menggunakan sebuah kelopak bunga Fantasia untuk berburu rusa besar. Setengah ekstrak bunga Fantasia dari botol itu cukup untuk membunuh manusia dewasa." Jovian menatap wajah Nanette dengan perasaan penasaran dalam benaknya. "Apa yang akan Tuan Muda lakukan dengan ekstrak bunga Fantasia itu?"

"Semakin sedikit yang tahu, semakin baik." Nanette kembali tersenyum pada pria yang duduk di seberangnya lalu kemudian kembali menyesap kopi di cangkirnya yang masih tersisa setengahnya itu.

"Aarrhh" sedikit kopi yang tertampung dalam mulut Nanette akhirnya masuk membasahi tenggorokannya. Nanette begitu menyukai rasanya yang pahit, namun juga disertai sedikit rasa manis. Ia bahkan sanggup meminum lima cangkir kopi dalam waktu sehari.

Secara tiba-tiba, Nanette teringat akan sesuatu. Lantas ia pun bertanya "Apa yang terjadi dengan Maggie? Mengapa ia mengirimkan benda ini melalui kau?"

"Maggie baik-baik saja, Tuan Muda." jawab Jovian sesaat setelah ia meletakkan kembali cangkir teh yang baru saja diminumnya tadi. "Dia hanya sedang sedikit sibuk memantau gadis yang Tuan Muda sebut Katarina itu."

"Ah gadis itu," Nanette sama sekali belum pernah bertemu secara langsung dengan Katarina. Hal itu membuat rasa penasarannya pada gadis yang merupakan kekasih sang Pangeran itu memuncak.

"Baiklah, kau boleh pergi." Jovian lantas berdiri dan membungkuk pada Nanette sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan ruangan itu.

Nanette berdiri dan kemudian berjalan menuju balkon ruangan itu. Nanette mengarahkan pandangannya pada bangunan-bangunan di kota yang dikelola oleh ayahnya.

"Katarina, Katarina." Nanette mengetuk-ngetuk pagar balkon itu menggunakan jari tangan kanannya dan menggigit-gigit kuku jari kirinya. "Apa kau teman, atau musuh bagiku?"

To be continued.

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang