chapter eleven

1.7K 202 4
                                    

Suara alunan musik yang dihasilkan dari tiap tuts piano begitu indah terdengar di ruang santai istana Kerajaan Deunia. Seorang pria muda dengan jari-jemarinya yang lentik menekan setiap tuts pada piano yang terletak di sudut ruangan itu sehingga menghasilkan nada yang indah.

Sementara itu pria yang lebih tua darinya terduduk di sofa sembari menatap wajah cantiknya yang tengah fokus pada permainan pianonya. Sebuah berkas yang telah selesai dibaca oleh pria itu tergeletak di atas meja.

Setelah beberapa saat, akhirnya Nanette menyelesaikan permainan pianonya. Ia meletakkan kedua tangannya di atas paha dan kemudian menoleh pada Jeconiah. "Ada yang ingin kau katakan?"

Jeconiah melirik sisi sofa di sebelahnya mengisyaratkan Nanette untuk duduk di sana. Nanette yang mengerti maksud Jeconiah lantas berdiri dan menghampiri suaminya itu lalu duduk di sampingnya.

Jeconiah lantas menyandarkan tubuhnya dengan pandangannya mengarah pada lampu gantung yang berada di langit-langit ruangan. "Kau ingin mengajukan dana untuk memperkuat pasukan di selatan?"

"Benar." ucap Nanette pada Jeconiah. Ia kemudian mulai menjelaskan alasan dari pengajuannya itu "Aku melihat kerajaan-kerajaan kecil di selatan mulai menolak membayar upeti kepada Deunia. Ada kemungkinan mereka sedang menghimpun kekuatan untuk menyerang Kerajaan kita."

"Dan kau juga meminta untuk melakukan ekspedisi ke Timur?" Nanette mengangguk mendengar pertanyaan Jeconiah sehingga membuat suaminya itu kembali menegakkan tubuhnya dan menatap wajah Nanette.

Melihat suaminya menatap wajahnya dengan penuh pertanyaan dalam benaknya, lantas Nanette pun berkata "Selagi kita menunggu kesepakatan dengan Kerajaan Dagmar untuk melakukan ekspedisi ke Benua Selatan akan jauh lebih baik kita terlebih dahulu melakukan ekspedisi ke Timur. Kita harus memperbanyak daerah koloni untuk memperbesar jumlah pemasukan Kerajaan."

"Semakin banyak budak yang kita miliki bisa membuat kita terancam. Apa kau terpikirkan akan hal itu?" meskipun menerima tatapan yang mengintimidasi dari suaminya, Nanette tetap berusaha untuk tenang.

Setelah menghembuskan nafasnya panjang, Nanette kemudian berkata "Aku juga meningkatkan dana untuk pendidikan, kesehatan, dan juga untuk membiayai kegiatan penelitian. Kita butuh sumber daya alam dan manusia yang melimpah jika ingin membangun peradaban yang maju, sayangnya Deunia tidak memiliki keduanya. Kita kekurangan populasi, dan juga sebagian wilayah kita tertutup oleh hutan yang entah makhluk apa saja yang tinggal di dalamnya."

"Dengan meningkatkan pajak bagi bangsawan dan memotong tunjangan keluarga kerajaan?" Nanette mengangguk dengan mantap menanggapi pertanyaan dari Jeconiah. "Bagaimana jika para bangsawan mengamuk dan melengserkanmu?"

"Akan kupenggal kepala mereka semua beserta keluarga dan keturunannya, sampai yang terkecil. Lalu kepalanya akan kugantung di kamarku." ucap Nanette sembari tertawa kencang tanpa menghiraukan suaminya yang ada di dekatnya. Setelah puas tertawa, Nanette lalu mengatur nafasnya dan kemudian berkata "Kita ini keluarga kerajaan. Kita yang memerintah negara, bukan mereka. Mengapa kita harus takut dengan mereka?"

"Baiklah, baiklah." melihat istrinya yang mulai menggila membuat Jeconiah benar-benar ingin mengakhiri pembicaraan ini. "Pengajuan ini akan kusetujui dengan satu syarat."

Nanette hanya diam menatap suaminya dengan datar. Melihat Nanette tak bereaksi apa-apa membuat Jeconiah mendengus dan kemudian berkata "Datanglah ke upacara pengangkatan selir Katarina. Lakukanlah tugasmu sebagai permaisuriku."

"Aku akan datang." ucap Nanette dengan lirih.

Jeconiah tersenyum mendengar jawaban dari istrinya itu sembari mencubit gemas pipinya lalu ia mengeluarkan sebuah benda berbentuk tabung dari saku pakaiannya dan kemudian berkata "Kau bisa gunakan stempel kerajaan untuk mengesahkan pengajuan itu."

FANTASIA | NOMIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang