Keheningan menyelimuti kedua pria yang terduduk di kursi makan. Yang lebih muda mengangkat gelas anggurnya dengan anggun layaknya seorang bangsawan sembari sesekali menyesapnya. Yang lebih tua hanya memandangi yang lebih muda dengan kedua tangan mereka tergandeng sembari sesekali mengusapi tangannya.
"Nanette," Jeconiah tersenyum sementara Nanette meletakkan kembali gelas anggurnya di atas meja. "Mungkin sejak malam itu aku mulai menyukaimu."
"Malam itu?" Nanette berusaha mengingat pada malam yang dimaksudkan oleh Jeconiah. "Ah malam itu, saat kau membawakan makanan untukku."
"Tidak, tidak." Jeconiah menggeleng mengoreksi ucapannya. "Bukan malam itu, mungkin sejak pertama aku bertemu denganmu. Hanya saja aku baru menyadarinya sejak malam itu."
"Kemarilah," Jeconiah menepuk-nepuk pahanya mengisyaratkan Nanette untuk duduk di atasnya.
Nanette yang mengerti dengan maksud Jeconiah lantas beranjak bangun dan berpindah duduk di atas pangkuan suaminya itu.
Lengan kekar milik Jeconiah melingkar pada pinggangnya sementara wajah pria itu mengendus-endus ceruk lehernya. Nanette yang mulai luluh pun lantas menyandarkan tubuhnya pada dada bidang milik suaminya membiarkan tangan suaminya mengusap-usap perutnya yang rata.
"Nanette," tak ada jawaban saat Jeconiah memanggil namanya. Kedua mata pria cantik itu sudah terlebih dahulu terpejam dalam dekapannya. Namun Nanette belum sepenuhnya tertidur.
"Kau tahu, Grand Duke Aethelbald bertanya tentang keberadaan Dokter Markus." Kedua mata Nanette yang semula terpejam seketika membulat ketika mendengar nama dokter kerajaan itu.
"Malvian Markus?" tanya Nanette sembari ia menoleh pada Jeconiah.
"Mungkin, aku hanya mengenal nama belakangnya saja." Jeconiah mengangguk kecil pada istrinya itu. "Dia dokter kerajaan jadi Grand Duke Aethelbald mencarinya kemari."
"Aah," Nanette hanya mengangguk menanggapi ucapan Jeconiah. Raut wajahnya yang tenang tanpa memperlihatkan bahwa dia yang sedang menyembunyikan sesuatu benar-benar membuat Nanette layaknya psikopat gila. Tapi jauh dalam dirinya, Nanette menyimpan luka yang cukup dalam yang cukup untuk diketahui oleh dirinya sendiri.
"Jeconiah," Nanette merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Jeconiah. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."
Jeconiah tampak menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut istrinya itu. Namun Nanette tak kunjung bicara, jantungnya berdegup kencang. Pria cantik itu tak siap menghadapi kemungkinan yang akan terjadi.
"Jasper adalah putra kandung Yang Mulia Raja." kedua pria itu menoleh pada seseorang yang tiba-tiba muncul di ambang pintu ruang makan istana. "Saya tak tahu kalau pelayan Maggie ternyata menyembunyikan rahasia itu dari sahabatnya, Yang Mulia Ratu."
"Luke!" Nanette menatap tajam pada sosok Luke yang berdiri di ambang pintu. Sementara Luke tampak menyeringai mengejek pria cantik itu. "Tidak bisakah kau mengetuk pintu terlebih dulu?"
"Jasper?" Jeconiah tampak tak dapat memahami situasi yang sedang terjadi. "Apa maksudnya semua ini?"
Kedua pria itu terdiam. Jeconiah semakin dibuat jengkel saat tak ada seorangpun yang berniat untuk menjawab pertanyaannya. Ia kembali mengulang pertanyaannya dengan nada tinggi "Apa maksudnya semua ini?! Siapa Jasper?!"
"Nanette!" pandangan Nanette beralih pada Jeconiah yang mulai tersulut emosi. "Kau sudah tahu tentang ini, kan?! Itu alasanmu menjadikan Jasper sebagai putera mahkota?!"
Melihat suaminya yang sedang diliputi oleh amarah, Nanette lantas turun dari pangkuannya. "Aku tahu aku tak bisa mengandung, itu sebabnya aku mengangkat Jasper sebagai putera mahkota." ucap Nanette dengan wajahnya yang tertunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA | NOMIN ✓
FanficNanette, seorang pria muda dari kalangan bangsawan berhasil menikahi Jeconiah yang merupakan pewaris tunggal tahta Deunia. Dia adalah permaisuri yang paling beruntung yang pernah ada. Suaminya yang akan menjadi seorang Raja kelak dan semua keinginan...