"Jadi, kenapa ayah memanggilku malam-malam begini?" Jeffrey tampak kebingungan saat Sang Raja memanggilnya di ruang santai istana di tengah malam. Terlebih dengan kehadiran Nanette di sana menambah kebingungan yang melanda pikirannya. "Apa yang dilakukan Nanette di Kerajaan kita?"
Sang Raja menghela nafasnya sebelum ia mulai menjelaskan situasi yang sedang terjadi. Lantas Sang Raja kemudian berkata "Nanette adalah adik kandungmu, Jeffrey. Ayah menyembunyikannya saat ia masih kecil. Dan kini ayah ingin dia bergabung dalam keluarga kita."
"Nanette?" Jeffrey beralih menatap Nanette. "Tapi aku di sana saat pemakamannya bersama mendiang ibu."
Sang Raja tertunduk. Matanya berkaca-kaca saat ia mengingat sosok sang istri yang sudah lama tiada. Sang Raja kemudian berkata "Kau ingat ibumu tak langsung dimakamkan di hari kematiannya. Ayah meratapi kematian mendiang ibu kalian dalam waktu yang cukup lama sehingga banyak orang yang mengatakan kalau ayah adalah seorang Raja yang lemah. Ibu kalian satu-satunya orang yang mampu membawa ayah keluar dari kesedihan setelah kakek dan nenek kalian wafat dalam peperangan. Itu sebabnya setelah kematian ibu kalian, ayah bertekad untuk membalaskan dendam Kerajaan kita pada Kerajaan Deunia yang telah merenggut nyawa kakek dan nenek kalian. Ayah menitipkan Nanette pada keluarga von Hellman agar kelak dia bisa menjadi seorang Ratu. Sebagai gantinya, keluarga von Hellman yang baru kehilangan putra mereka memakamkannya sebagai seorang Pangeran."
"Dan kau?" tatapan mata Jeffrey tak beralih dari raut wajah Nanette yang terlihat tenang. "Kau sudah mengetahui ini?"
Nanette mengangguk. Ia lantas berkata "Aku sudah mengetahuinya saat bunda menceritakan tentang kebenarannya padaku yang masih di usia delapan tahun."
"Jeffrey," Pangeran itu menoleh saat Sang Raja memanggilnya. "Ayah sebentar lagi akan turun tahta. Sedangkan Nanette, dia kehilangan segalanya karena rencananya yang membalaskan dendam Kerajaan kita pada Kerajaan Deunia. Maukah kau sedikit mengalah merelakan posisi pewaris tahta kepada Nanette?"
"Tentu, ayah." tanpa berfikir panjang Jeffrey mengiyakan ucapan Sang Raja. "Adikku sudah mengorbankan segalanya, bahkan satu-satunya cinta yang dia miliki pada seseorang. Nanette layak untuk mendapatkan tahta Kerajaan Dagmar."
"Benarkah?" Jeffrey mengangguk mantap menanggapi pertanyaan Sang Raja. "Ayah tak mengira kau akan melepaskan begitu saja posisimu sebagai pewaris tahta demi adikmu."
Tapi sebenarnya, jauh dalam lubuk hati Pangeran itu, ia merasa ketakutan. Jeffrey telah melihat kegilaan apa yang dapat Nanette lakukan demi mendapatkan keinginannya. Tentunya Jeffrey tak ingin keluarga kecilnya terluka hanya karena perebutan tahta dengan adiknya itu.
"Baiklah," Nanette menengahi pembicaraan di antara Sang Raja dan Jeffrey. "Ayah ingin melihat Kerajaan Deunia hancur sebelum ajal menjemput ayah. Ada baiknya kita mulai menyusun rencana dari sekarang."
"Kau masih memiliki rencana?" Nanette mengangguk menanggapi pertanyaan Sang Raja. "Setelah semua ini terjadi kau masih memiliki rencana?"
"Iya ayah." Nanette tersenyum tipis pada Sang Raja yang masih tampak tak percaya dengannya. "Jasper, dia salah satu bagian dari rencanaku."
"Ah, anak itu." Sang Raja mengangguk kecil. "Apa yang kau rencanakan untuknya?"
Nanette lantas menarik cangkir teh yang ada di atas meja. Ia menggoreskan kukunya yang cukup tajam pada telapak tangannya hingga meneteskan darah. Lantas Nanette menumpahkan darahnya pada teh itu seraya ia berkata "Jasper tumbuh tanpa kasih sayang dari orang di sekitarnya. Aku menanamkan perasaan cinta yang mulai bersemi dalam hatinya. Tapi itu tak lebih dari racun yang mulai meracuni hati dan pikirannya. Kita lihat saja nantinya, bagaimana dia akan membenci ayahnya karena telah membuangku dari istana."
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA | NOMIN ✓
Fiksi PenggemarNanette, seorang pria muda dari kalangan bangsawan berhasil menikahi Jeconiah yang merupakan pewaris tunggal tahta Deunia. Dia adalah permaisuri yang paling beruntung yang pernah ada. Suaminya yang akan menjadi seorang Raja kelak dan semua keinginan...