"Ah aku lupa," Jeconiah berdiri setelah ia mengingat sesuatu. Ia kembali berjalan menuju rak tadi dan mengambil sebuah toples kaca berisikan permen di dalamnya.
Di belakang Jeconiah yang tengah mengambil toples itu, Nanette dengan sengaja menukar gelasnya dengan gelas milik Jeconiah.
Sebenarnya Nanette tak memiliki niat buruk apapun kepada sang Pangeran, hanya saja ibunya selalu berpesan untuk tak memakan atau meminum apapun pemberian orang lain saat ia sedang bertamu. Dalam keadaan darurat, ia diperintahkan untuk menukar makanan atau minuman miliknya dengan milik orang lain tanpa sepengetahuan si pemberi, begitulah kira-kira ada yang dikatakan oleh Nyonya von Hellman pada putra semata wayangnya.
Jeconiah kemudian kembali dan membukakan toples itu lalu meletakkannya di atas meja. "Kau suka permen?"
Nanette mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Jeconiah lalu mengambil sebuah benda kecil berwarna kemerahan dari dalam toples itu dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut. "Jarang sekali ada yang menjual permen di Deunia."
Jeconiah melirik sekilas ke arah gelas yang isinya sama sekali belum diminum oleh Nanette, menyentuhnya saja mungkin belum. Ia lantas berkata "Tak baik menolak pemberian tuan rumah."
Nanette mendengus kesal dengan Jeconiah yang terus memaksanya untuk minum minuman itu. Ia pun kemudian mengambil gelas yang tersaji di hadapannya dan meminumnya bersamaan dengan Jeconiah. Setelah ia menenggak minuman beralkohol itu, ia berkata "Rasanya tak begitu buruk."
"Kau merasa tak nyaman?" Nanette menggeleng menanggapi pertanyaan Jeconiah. Jeconiah sendiri merasa heran saat Nanette tak bereaksi apa-apa setelah ia meminum minuman yang disajikan untuknya.
Alih-alih Nanette, Jeconiah sendiri yang kini merasa tak nyaman. Secara tiba-tiba udara di sekelilingnya menjadi panas sehingga ia membuka beberapa kancing teratas pakaiannya.
"Paduka Pangeran?" Nanette pun heran saat melihat tingkah laku Jeconiah yang tak biasa itu. "Wajah Paduka tampak kemerahan. Apa Paduka sedang sakit?"
"Tidak!" dengan cepat Jeconiah menggeleng. Ia lantas berdiri dan kemudian berjalan menuju pintu lalu menguncinya. Setelahnya, Jeconiah kembali berjalan ke arah Nanette dan duduk di sampingnya.
"P-Paduka Pangeran?" Nanette tampak terkejut saat Jeconiah memajukan wajahnya tepat di hadapan wajah Nanette. Jarak diantara mereka kini hanya sekitar lima sentimeter.
"Ssttt!" Jeconiah menempelkan jari telunjuknya pada bibir Nanette dan kemudian mengusap bibir Nanette dengan lembut. Wajahnya kini turun pada leher milik pria muda itu. Diraupnya leher pria muda itu sehingga membuatnya mendongakkan wajahnya.
"Ouh shit! Jeconiah!" kesadaran Nanette akhirnya kembali setelah beberapa saat. Ia dengan keras menjambak rambut sang Pangeran lalu menarik kepalanya menjauh dari tubuh Nanette.
Namun tampaknya Nanette kurang kuat saat Jeconiah menahan tangannya. Posisi kini berbalik dengan Jeconiah mengunci pergerakan Nanette.
"Jeconiah, sadar! Apa yang kau lakukan?!" Nanette berusaha meronta sekuat tenaga namun usahanya sia-sia. Tenaga yang dimiliki Jeconiah jauh lebih besar darinya.
"Sshhutt! Diamlah, atau aku akan—" ucapan Jeconiah terhenti saat pandangannya mengarah pada bibir tipis milik Nanette. Dengan segera Jeconiah mengarahkan kecupannya pada bibir Nanette dan melumatnya dengan lembut.
Nanette yang semula meronta kini terbawa oleh permainan yang Jeconiah lakukan. Ia justru menggigit bibir bawah milik Jeconiah dan memasukkan lidahnya pada rongga mulut pria yang ada diatasnya sehingga lidah mereka saling bertautan.
Merasa tak ada perlawanan dari pria yang berada di bawahnya, Jeconiah perlahan mengendurkan cengkeramannya pada pria muda itu. Nanette yang pergerakannya kini sedikit lebih bebas lantas menarik tengkuk Jeconiah sehingga membuat ciuman mereka lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FANTASIA | NOMIN ✓
FanfictionNanette, seorang pria muda dari kalangan bangsawan berhasil menikahi Jeconiah yang merupakan pewaris tunggal tahta Deunia. Dia adalah permaisuri yang paling beruntung yang pernah ada. Suaminya yang akan menjadi seorang Raja kelak dan semua keinginan...