25

14.4K 1.2K 62
                                    

KALANA sudah ready komplet on ebook dan karyakarsaYang mau baca bisa melipir ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KALANA sudah ready komplet on ebook dan karyakarsa
Yang mau baca bisa melipir ya.

Ikuti juga kisahnya ARKANSA ya, update setiap hari

"Alana!"

Baru saja Alana menginjakkan kakinya keluar dari mobil Kaindra, Kalingga langsung mencekal tangannya, tidak membiarkan Alana pergi lagi seperti yang selalu Alana lakukan belakang ini.

Tidak ada kemarahan di wajah Alana, lebih buruk dari sebuah kemarahan wajah Alana bahkan sama sekali tidak berekspresi, dia hanya menyentak tangan Kalingga yang mencekalnya dengan dingin sebelum Alana melambaikan tangan pada Kaila.

Seketika Kalingga hanya bisa meringis dengan hati yang teriris, rasanya luar biasa sakit mendapati dirinya di acuhkan begitu saja seolah dia tidak terlihat dan melihat Alana begitu dekat dengan Kaila, anak dari rivalnya sendiri, Kaindra.

Yah, kembali takdir menyiksa Kalingga, memaksanya untuk berkaca melihat jika sesuatu yang menurutnya dulu adalah hal yang biasa ternyata begitu menyakitkan untuk Alana. Kalingga kini merasakan sakit yang di rasakan Alana. Kesakitan yang pelan dan lembut tapi perlahan seolah menggerogotinya.

Suara klakson dari mobil Kaindra yang menjauh menyentak pikiran Kalingga, satu hal yang melegakan mendapati pria yang dulu menaruh rasa pada Alana tersebut tidak menempeli Alana bersikap seperti pahlawan kesiangan.

Kalingga benar-benar luar biasa lelah hari ini, masalah yang dia ciptakan ini berkali-kali lebih menguras tenaganya di bandingkan misi apapun yang sudah di embannya.

Masih berusaha meraih tangan Alana, Kalingga benar-benar memohon pada istrinya tersebut, "please Al, kita perlu ngomong, ada banyak hal yang mesti aku luruskan."

Senyuman getir yang terlihat di wajah Alana saat menampik genggaman tangan Kalingga yang berusaha membujuk istrinya tersebut menimbulkan rasa kecut di hati Kalingga. "Kita ngomong tapi nggak di sini, Mas. Ada banyak hal yang harus kita bicarakan, dan mereka pun pasti ingin mendengar apa yang akan kita katakan."

Pandangan Alana tertuju pada rumah megah mereka, dan saat Kalingga mengikuti arah pandang istrinya, matanya bertumbuk pada dua pasang orang tua yang kini menatapnya dan Alana dengan bersedekap.

KALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang