26

36K 1.8K 178
                                    

KALANA sudah komplet on ebook, yang mau baca secara lengkap bisa melipir ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KALANA sudah komplet on ebook, yang mau baca secara lengkap bisa melipir ya.


Ikutin juga kisah manis Arkansa.
Happy reading semuanya.

"Sudah berapa juta kali Ibu dan Ayah bilang ke kamu dari dulu! Perempuan itu ular, Kalingga!"

"Kalau otakmu berfungsi dengan benar kamu pasti melihat bukan hanya Ayah dan Ibu yang menolaknya, tapi juga orangtua Rizky."

"Bahkan sampai Rizky mati pun mereka tidak mau menerima karena perempuan itu sudah keterlaluan buruknya."

"Tidak ada orangtua di dunia ini yang menolak kehadiran cucunya kecuali orangtua mereka yang nggak beres."

"Dan wanita yang nggak beres itu justru kamu tolong. Kamu kasih duit dia, kamu sekolahin anaknya, kamu bawa dia ke rumah menantu kesayangan Ibu. Di mana otak pintarmu itu, Kalingga. Semua yang kamu lakuin itu bikin dia ngerasa jadi istri keduamu. Astaghfirullah!! Ibu benar-benar nggak habis pikir sama kamu, Ngga! Kalau Ibu yang ada di posisi Alana, nggak cuma Ibu Jambak sama dorong dia, Ibu bakal hancurin sampai berkeping-keping sekalian sama kamunya."

Aku terdiam, membiarkan orangtua Kalingga memarahi anaknya yang kini duduk dengan kepala tertunduk di sampingku, tidak perlu aku ceritakan bagaimana keadaan suamiku sekarang ini, seragam gagah yang biasanya melekat sempurna di tubuhnya dengan begitu rapi kini tampak berantakan sama hancurnya dengan wajahnya yang babak belur di hajar mertuaku.

Tidak ada lagi keangkuhan dan wibawa seorang Danyon yang biasanya melekat di dirinya, di hadapan kami semua sekarang khususnya orangtuanya sekarang ini Lingga tidak lebih hanyalah seorang anak yang bersalah dan sedang di adili.

Seperti yang sudah aku duga, pertengkaranku dengan Nadya tadi sore viral dan semakin kusut di tambah dengan video di mana Nadya merengek tidak mau di tinggalkan oleh Kalingga viral di sosial media, entah siapa di antara para pengunjung yang menyebarkannya  tentu saja hal itu langsung membuat orangtua Lingga tercoreng merasa permalukan dengan tingkah WIL suamiku ini. Hari ini Kalingga di sidang oleh orangtuanya sendiri dan bisa di pastikan jika besok dia akan mendapatkan teguran karena sudah melanggar kode etik Perwira.

Rasanya sangat jahat, tapi aku merasa satu kepuasan di dalam hatiku mendapati Kalingga di hukum sedemikian rupa oleh orangtuanya, aku yang sudah terlanjur enggan walau sekedar memarahinya kini terwakilkan oleh Ayah dan Ibunya.

Aku sebenarnya agak terkejut mendapati keacuhan Lingga menghadapi Nadya setelah sebelum-sebelumnya dia begitu membela Nadya dan anak-anaknya, aku kira dia akan menghabiskan waktunya menenangkan janda penuh drama tersebut tapi ternyata dia langsung mengejarku usai keluar dari ruang Security. Meski demikian apa yang di lakukan Kalingga tersebut sama sekali tidak mengurangi rasa kecewa yang sudah terlanjur mengakar padanya. Jika dia ingin menghindari Nadya cukup melakukan apa seperti yang aku minta padanya, seharusnya Kalingga tidak perlu membela Nadya saat aku mengancamnya di ruang Security, aku masih cukup waras dengan tidak akan benar-benar melaporkannya ke Polisi mengingat dia mempunyai dua anak balita. Aku hanya ingin menguji Kalingga dan Kalingga tidak lulus hal tersebut.

Yah, kembali untuk kesekian kalinya Kalingga mengecewakanku, tidak menepati janjinya untuk memperbaiki hubungan kami seperti yang ingin dia katakan. Hanya pesan dan panggilan yang terus menerus dia lakukan berisikan permintaan maaf dan memintaku pulang bukan sebuah perjuangan untukku.

"Sudah, San. Saya sudah selesai ngerokin nih otak bodoh anak laki-lakiku. Sekarang terserah kalian sama Alana mau di apain ini laki nggak guna."
Terlalu larut dalam pikiranku sendiri aku sampai tidak mendengar jika semua kemarahan Ibu mertuaku sudah selesai beliau lampiaskan, sosok Ibu mertuaku yang begitu hangat dan penyayang terhadapku kini sama sekali tidak terlihat saat menatapku, bahkan beliau terlihat malu atas apa yang sudah di perbuat oleh Kalingga terhadapku. "Kalau kamu mau pisah sama dia Ibu juga nggak akan heran, ngeliat mantan pacar sialannya berani nggangguin kamu sudah pasti karena nih anak kelewat baik sama dia, kalau Ibu ada di posisi kamu Ibu juga akan ngelakuin hal yang sama. Sumpah, dari dulu Ibu sama tuh perempuan ya karena manipulatifnya udah ngelebihin uler, pura-pura lemah padahal dianya tukang manfaatin keadaan. Benci banget Ibu sama dia yang sudah berani ganggu kamu, Al."

Aku beringsut ke arah Ibu mertuaku, meraih tangan tersebut dan mengusapnya perlahan untuk memenangkan beliau, aku sudah berjanji sejak aku menikah dengan Kalingga, orangtuanya adalah orangtuaku, aku benar-benar berharap apapun yang terjadi di antara aku dan Kalingga sama sekali tidak mengubah hubunganku dengan mertuaku yang sangat aku sayangi ini.

Tapi berbeda denganku yang menghadapi semuanya dengan tenang, Papa dan Mama yang sedari tadi hanya diam menyimak kemarahan keluarga Dharmawan terhadap putra tunggal mereka menahan geram, aku sudah sangat hafal bagaimana raut wajah kedua orangtuaku, mereka sangat jarang marah tapi jika itu menyangkut sesuatu yang menyakiti hatiku maka Papa bisa meruntuhkan dunia hanya untuk menenangkan hatiku. Terdengar berlebihan, namun Papaku seluar biasa itu.

"Kalingga, Papa hanya akan bertanya satu pertanyaan untukmu. Pikirkan jawabannya baik-baik sebelum kamu menjawab" Suara tenang Papa membuat bulu kudukku meremang, sarat akan emosi dan amarah yang terasa membakar dan aku yakin Kalingga yang ada di sebelahku pun merasakan hal yang sama. Dengan wajah babak belur tidak karuan Lingga mendongak, menatap lesu pada Papa seolah Papaku hendak menjatuhkan hukuman mati dan dia pasrah begitu saja menerima semuanya tanpa penyangkalan. "Kamu mencintai Alana? Setelah semua hal buruk yang sudah kamu lakukan kepada putri Papa, Papa hanya ingin bertanya, kamu mencintainya?"

Entah ilusi optik atau mataku yang bermasalah, di antara mata yang bengkak dan wajah yang babak belur tersebut terlihat mata hitam tajam tersebut berkaca-kaca seolah menahan air mata, menangis, hal yang sangat bukan Kalingga sekali.

Untuk beberapa saat Kalingga terdiam, dia berulangkali menarik nafas panjang di antara gerak kepalanya yang mendongak dan menunduk.

"Lingga mencintai Alana, Pa." Mendengar jawaban Lingga hatiku terasa di remas, sakit rasanya mendengar dia mencintaiku tapi sikapnya sangat bertolak belakang dengan apa yang dia katakan. "Lingga membuat kesalahan selama ini, Lingga sadar itu Pa, karena itu sekarang Lingga ingin memperbaiki semuanya, beri kesempatan Lingga, Pa. Maafkan Lingga yang sudah mengecewakan Papa."

Senyuman sumir lebih ke arah mengejek terlihat di wajah Papa saat memandang dingin Kalingga yang ada di sampingku, selama ini sebagai anak beliau aku selalu mendapati Papa sebagai seorang yang hangat tidak tampak beliau sebagai seorang dokter militer yang tegas, tapi sekarang ini aku melihat beliau dalam wibawa yang berbeda.

"Selama ini Papa menutup telinga atas perbuatanmu yang keterlaluan, Kalingga. Menurutmu saya tidak tahu dengan sikap jahatmu membawa wanita lain ke dalam kehidupan rumah tangga kalian tidak peduli apapun alasanmu?"

Bukan hanya Lingga yang terkejut, aku pun juga merasakan hal yang sama, tidak aku sangka Papa melakukan hal seposesif ini terhadapku.

"Tapi tadi sore, sama seperti Alana yang sudah habis kesabarannya saya pun demikian, Alana saya jaga sepenuh hati namun kamu sakiti dia hanya karena dia belum bisa memberikanmu anak, kamu pikir anak saya hanya mesin penghasil keturunan? Saya tidak menyangka otakmu sedangkal itu Kalingga, begitu menyedihkan menaruh bahagia sebuah perkawinan hanya sekedar anak di antara kalian. Kamu tahu? Saya kecewa mempercayakan pertama hati saya pada pria bajingan sepertimu."

KALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang